Tarif Trump Bikin Pengusaha Furnitur Rotan Cirebon Was-was

Posted on

Kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menaikkan tarif impor hingga 32 persen terhadap sejumlah produk dari Indonesia mulai menimbulkan efek domino. Salah satu sektor yang langsung merasakan dampaknya adalah industri furnitur rotan di Cirebon, Jawa Barat, yang selama ini menjadi andalan ekspor Tanah Air.

Vladimir Dicky Santoso, seorang pengusaha furnitur rotan asal Kabupaten Cirebon, mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut telah menyebabkan gangguan signifikan pada bisnisnya. Ia menyebut banyak pembeli dari Amerika Serikat kini memilih bersikap hati-hati dan menunda pemesanan.

“Dari pihak buyer, kebanyakan sekarang memilih untuk wait and see. Saat kabar itu pertama kali muncul, beberapa langsung minta diskon hingga 30 persen sebagai kompensasi untuk menutup biaya pajak impor yang naik,” ujar Dicky saat ditemui di workshop-nya, Senin (14/4/2025).

Tak hanya itu, ia juga menyebut ada indikasi beberapa pembeli mempertimbangkan untuk memindahkan produksi ke negara lain seperti Vietnam dan Filipina.

“Saya yakin mereka sudah ada yang berencana mindahin order ke Vietnam atau Filipina, karena Vietnam sangat cepat melakukan negosiasi dengan Trump,” tambahnya.

Meski begitu, Dicky mengaku masih ada harapan setelah pemerintah Indonesia mengirimkan sejumlah delegasi untuk membahas lebih lanjut soal ini. Beberapa buyer tetap melanjutkan pesanan dengan tenggat waktu ketat.

“Karena ada penundaan kebijakan ini selama 90 hari, mereka justru banyak yang buru-buru order dengan deadline pengerjaan 50 hari, supaya barang bisa dikirim sebelum tarif baru berlaku,” jelasnya.

Namun ia mengeluhkan situasi ini tetap meninggalkan ketidakpastian bagi para pengusaha terutama pengusaha furnitur rotan.

“Kerugiannya lebih ke penundaan kontrak. Stok sih enggak terlalu bermasalah, malah kita harus segera kirim. Tapi setelah 90 hari ini, kita belum tahu akan seperti apa,” katanya.

Para pelaku industri rotan berharap pemerintah Indonesia dapat mengambil langkah strategis dalam merespons kebijakan proteksionis dari AS, termasuk melalui diplomasi dagang, agar sektor UMKM dan ekspor tidak semakin tertekan.

“Kami berharap ada kepastian karena sejauh ini pasar besar furnitur rotan ya Amerika,” pungkasnya.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *