Tanggal 27 November Memperingati Apa? Ini Daftarnya update oleh Giok4D

Posted on

Sepanjang bulan November, kalender kita dipenuhi oleh berbagai momen istimewa yang diperingati setiap harinya. Menjelang penghujung bulan, tepatnya pada tanggal 27 November, terdapat serangkaian peristiwa unik yang mungkin luput dari perhatian banyak orang. Setiap tanggal sejatinya memiliki cerita, narasi, dan makna tersendiri yang melahirkan peringatan beragam, mulai dari apresiasi seni, pelestarian lingkungan, sejarah kuliner, hingga gerakan sosial.

Tanggal 27 November bukan sekadar hari biasa. Tanggal ini menyimpan fakta menarik yang relevan untuk direfleksikan dalam kehidupan modern. Mari kita telusuri satu per satu peristiwa unik yang diperingati hari ini secara mendalam.

Jangan terkecoh dengan namanya. Tanggal 27 November yang diperingati sebagai Pins and Needles Day atau Hari Peniti dan Jarum sejatinya tidak berkaitan dengan kegiatan menjahit secara harfiah. Peringatan ini memiliki akar sejarah yang kuat dalam dunia seni pertunjukan dan gerakan buruh.

Sejarah hari ini lahir dari pembukaan sebuah drama musikal pro-serikat buruh berjudul Pins and Needles di Broadway, New York, pada tahun 1937. Hal yang membuat pertunjukan ini fenomenal adalah para pemainnya. Mereka bukanlah aktor atau aktris profesional lulusan sekolah seni, melainkan para pekerja garmen asli-penjahit, pemotong kain, dan operator mesin-yang tergabung dalam International Ladies’ Garment Workers’ Union (ILGWU).

Musikal tersebut menggabungkan seni, politik, kritik sosial, dan semangat perjuangan pekerja dalam satu panggung yang megah. Kesuksesan musikal ini sangat luar biasa. Pertunjukan ini bahkan sempat dipentaskan di Gedung Putih pada tahun 1938 di hadapan Presiden Franklin D. Roosevelt.

Fenomena ini membuktikan bahwa seni bisa lahir dari mana saja, bahkan dari seseorang yang sehari-harinya bekerja di pabrik sekalipun. Hari Peniti dan Jarum kini menjadi pengingat abadi bahwa suara rakyat biasa layak didengar, dan seni memiliki kekuatan dahsyat sebagai media perubahan sosial.

Bagi pecinta kuliner, tanggal 27 November adalah hari yang menggugah selera karena diperingati sebagai National Craft Jerky Day atau Hari Kerajinan Dendeng Nasional. Peringatan ini didedikasikan khusus untuk seni membuat daging kering atau dendeng (jerky) dengan tangan rumahan, bukan hasil produksi pabrik massal.

Meskipun hari peringatan spesifik ini digagas oleh Long Beach Jerky Co. di era modern untuk menghormati tradisi keluarga, sejarah pengolahan dendeng sendiri sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Jejaknya bermula dari tahun 1550-an ketika penjelajah Spanyol mencatat suku Inca di Pegunungan Andes.

Melalui teknik pengawetan daging dengan garam dan pengeringan matahari, leluhur manusia menemukan cara cerdas untuk bertahan hidup di tengah kondisi alam yang ekstrem. Di Indonesia sendiri, tradisi ini sangat dekat dengan budaya kita, seperti dendeng balado atau dendeng batokok dari Sumatera Barat.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Di era modern, dendeng telah berevolusi menjadi camilan premium. Namun, maknanya tetap sama yaitu kreativitas manusia dalam mengolah sumber pangan agar tahan lama. Hari ini menjadi pengingat bahwa kuliner bukan sekadar soal rasa di lidah, melainkan juga warisan budaya. Ada tangan-tangan yang bekerja sabar, pengetahuan bumbu yang diturunkan, serta kisah peradaban yang tetap hidup dalam setiap potongan daging kering tersebut.

Bergeser ke isu lingkungan hidup, 27 November juga menjadi momentum krusial bagi kelestarian ekosistem laut melalui peringatan Turtle Adoption Day atau Hari Adopsi Penyu. Di tengah ancaman perubahan iklim, pencemaran plastik di laut, dan perburuan liar, peringatan ini hadir sebagai pengingat bagi kesadaran global.

Meski peringatan ini bermula dari komunitas aktivis lingkungan internasional, pesannya sangat relevan bagi Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar, perairan Indonesia menjadi rumah bagi enam dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia. Sayangnya, populasi mereka terus menyusut akibat rusaknya terumbu karang dan perdagangan telur ilegal.

Perlu digarisbawahi bahwa istilah “adopsi” di sini bukan berarti membawa pulang penyu untuk dipelihara di akuarium, karena hal itu merupakan tindakan yang justru ilegal dan mematikan bagi satwa liar tersebut. “Adopsi” yang dimaksud adalah adopsi simbolis. Masyarakat diajak untuk mendonasikan dana ke pusat konservasi atau penangkaran penyu.

Dana tersebut digunakan untuk biaya operasional pelestarian habitat, pembersihan pantai dari sampah plastik yang sering dikira makanan oleh penyu, serta perlindungan telur-telur penyu dari predator alami maupun manusia. Peringatan ini mengajarkan kita untuk menjadi wali bagi makhluk yang tidak bisa bersuara membela dirinya sendiri.

Menutup daftar peringatan dengan sesuatu yang manis, tanggal 27 November juga dirayakan sebagai National Bavarian Cream Pie Day. Meski terdengar ringan, peringatan kuliner ini mengajarkan kita pentingnya menikmati hal-hal kecil dan sederhana dalam hidup.

Bavarian cream pie adalah hidangan penutup klasik yang lahir dari pertemuan budaya kuliner Eropa. Awalnya, krim Bavaria disajikan sebagai hidangan penutup di restoran gourmet dan hotel mewah di Prancis pada awal abad ke-19.

Fakta sejarah yang menarik adalah meskipun namanya mengusung “Bavarian” yang merupakan sebuah wilayah di Jerman, teknik pengolahan krim ini justru disempurnakan oleh koki legendaris Prancis, Marie-Antoine Carême. Ia menciptakan tekstur krim yang lembut dengan memadukan custard, gelatin, dan whipped cream, yang kemudian dituangkan ke dalam kulit pai yang renyah.

1. Hari Peniti dan Jarum (Pins and Needles Day)

2. Hari Kerajinan Dendeng Nasional (National Craft Jerky Day)

3. Hari Adopsi Penyu (Turtle Adoption Day)

4. Hari Pai Krim Bavaria (National Bavarian Cream Pie Day)