Usai tragedi longsor maut yang melanda tambang Gunung Kuda pada Jumat (30/5) pekan lalu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menutup lokasi tambang secara permanen. Penutupan ini menjadi langkah tegas pemerintah demi keselamatan dan mencegah korban jiwa bertambah. Namun, di balik keputusan tersebut, ratusan keluarga kini menghadapi ancaman kehilangan mata pencaharian.
Bupati Cirebon Imron dalam rapat koordinasi bersama unsur Forkopimda dan stakeholder terkait di Ruang Paseban, Kantor Bupati Cirebon pada Kamis (5/6/2025), mengungkapkan bahwa pihaknya telah memulai pendataan terhadap masyarakat terdampak penutupan tambang yang berlokasi di Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang.
“Sejak mendapat arahan dari Gubernur Jawa Barat, kami langsung melakukan pendataan di wilayah Dukupuntang. Hasil sementara, ada 248 kepala keluarga yang terdampak langsung dari penutupan tambang Gunung Kuda,” jelas Imron.
Menurutnya, sebagian besar warga yang terdampak bekerja sebagai penambang, perajin batu alam, sopir angkut, dan pekerja pabrik yang menggantungkan hidup dari aktivitas tambang batu di kawasan tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Imron juga menyampaikan bahwa perhatian utama pemerintah saat ini adalah memberikan dukungan kepada keluarga korban yang meninggal dunia dalam insiden longsor.
“Alhamdulillah, santunan bagi keluarga korban sudah kami distribusikan. Selain itu, Kapolresta Cirebon juga turut membantu melalui program trauma healing untuk keluarga yang kehilangan orang tercinta,” ujarnya.
Tak tinggal diam, Pemkab Cirebon menyadari bahwa penutupan tambang akan membawa dampak ekonomi yang serius bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, Imron telah menginstruksikan Dinas Ketenagakerjaan untuk segera mengambil langkah konkret.
“Saya sudah perintahkan Dinas Ketenagakerjaan untuk melakukan pendampingan dan merancang program yang bisa menjaga keberlangsungan ekonomi masyarakat terdampak,” tegasnya.
Imron juga menyatakan bahwa Pemkab akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Pemprov Jawa Barat untuk menciptakan solusi jangka panjang, baik melalui pelatihan keterampilan kerja, pengalihan profesi, maupun pembukaan lapangan kerja baru.
Imron menegaskan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam melihat warganya kesulitan. Ia berjanji akan mengupayakan berbagai langkah agar roda ekonomi di kawasan tersebut tetap berputar, meski tambang telah ditutup.
“Kami paham, penutupan tambang ini berat bagi warga. Tapi demi keselamatan bersama, itu harus dilakukan. Yang terpenting, kami tidak akan membiarkan warga kehilangan arah. Solusi sedang kami siapkan,” tandasnya.
Secara terpisah, Soleh salah seorang pekerja batu alam mengaku telah bekerja lebih dari 20 tahun sebagai perajin batu. Profesi itu satu-satunya keahlian yang ia miliki untuk menghidupi keluarganya. Kini, usai tambang ditutup permanen oleh Pemprov Jawa Barat, ia tak punya pilihan selain menunggu.
“Berat hati ya, tapi gimana lagi. Cuma bisa nerima. Sekarang ya nganggur, bos juga minta berhenti dulu karena enggak ada bahan,” tuturnya dengan nada pasrah.