Suhu Dingin yang Terasa Menusuk di Rumah Sella

Posted on

Suhu udara yang lebih dingin, belakangan dirasakan warga di banyak daerah di Indonesia, termasuk di Tasikmalaya.

Bagi warga yang tinggal di rumah layak huni, kondisi ini tentu tak terlalu jadi masalah. Dinding tembok, jaket dan selimut bisa menuntaskan masalah ini.

Tapi bagi Sella (16), kondisi suhu udara yang dingin, terasa lebih menyiksa.

Remaja yatim piatu asal Kampung Sindangsari, Kelurahan Setiamulya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya itu tinggal di rumah tak layak huni.

Rumah panggung berdinding bilik yang dia tinggali selama ini sudah terlampau usang.

“Uh dingin sekali, biliknya sudah banyak yang bolong-bolong. Dingin dari bawah juga terasa, karena ini rumah panggung,” kata Sella.

Sella mengaku, membayangkan bisa tinggal di hunian yang lebih layak agar setiap malam tak kedinginan dan merasa aman jika hujan deras melanda.

“Ya kalau di rumah ‘gedong’ (rumah permanen) mungkin lebih nyaman, di sini kalau hujan takut, rasa-rasanya mau roboh saja,” kata Sella.

Remaja yang tergolong good looking ini, sudah ditinggal kedua orang tuanya sejak masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Sekarang dia duduk di kelas 1 Madrasah Aliyah Nurul Fiqhiyah Tasikmalaya.

Di rumah panggung berukuran tak lebih dari 8 x 3 meter ini, Sella hidup bersama kakaknya. Total ada 4 jiwa yang tinggal, Asep Yayat kakak kandung, Yuyun kakak ipar, Aditya keponakannya dan Sella sendiri.

Rumah yang sudah sempit itu disekat, sehingga Sella dan kakaknya punya pintu masuk masing-masing.

Sella mengaku, bertekad untuk menuntaskan pendidikannya, meski dirinya diliputi berbagai kendala ekonomi.

“Sehari-hari dibiayai ketiga kakak laki-laki, saya mau terus sekolah. Alhamdulillah sekolah di MA gratis,” kata Sella.

Sebagai anak perempuan yang beranjak remaja, Sella mengaku tak berkecil hati dengan kondisi yang dialaminya.

“Biasa saja (pergaulan di sekolah), memang sering over thinking, rasanya minder. Nggak punya orang tua, nggak punya uang, rumah begini adanya. Tapi selalu bersyukur saja, masih bisa makan, sehat, masih bisa sekolah,” kata Sella.

Bahkan teman-teman sekolah Sella sering singgah dan bermain di rumahnya. “Katanya enak adem, mungkin karena di belakang ada pohon bambu,” kata Sella.

Kondisi Sella ini sudah diketahui oleh Pemkot Tasikmalaya, sehingga pada Selasa (22/7/2025) Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra berkunjung ke rumahnya. Diky datang bersama pejabat setempat, terlihat memberi sembako dan menyemangati Sella.

“Saya sebenarnya ingin punya laptop. Untuk menunjang belajar,” kata Sella.

Dede Yayat, kakak kandung Sella mengatakan dia dan adiknya terpaksa menempati rumah itu karena tak punya lagi hunian.

“Ini dulunya kandang ayam, tanah kebun ini punya orang lain. Lalu oleh bapak dan ibu saya dibuat rumah, ditinggali sampai akhirnya meninggal di sini, waktu Sella kelas 4 SD,” kata Dede.

Dede sehari-hari berprofesi sebagai perajin sandal jepit berbahan spons. Penghasilannya tak menentu, karena penjualan sedang lesu akibat gencarnya sandal-sandal pabrikan buatan Cina.

“Sandal jepit saya bahannya juga spons limbah toko, lalu dijajakan ke warung-warung di pelosok, karena kalau di kota sudah nggak laku. Ini harganya Rp 120 ribu satu kodi,” kata Dede.

Untuk menambah penghasilan, Yuyun istri Dede bekerja sebagai asisten rumah tangga. “Istri bekerja untuk membantu penghasilan. Anak saya kelas 4 SD, jadi di rumah ini semuanya 4 orang,” kata Dede.

Dede mengaku tak putus semangat dengan kondisi yang dialaminya. Dede mengaku selama ini tetap berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.

“Ya usaha kan sedang dilakukan, kami juga ingin punya rumah dan kehidupan yang layak. Tapi kan harga tanah itu nggak murah. Mudah-mudahan saja diberi jalan rejeki. Kita juga mendukung adik bungsu saya yang semangat sekolah, sekuat tenaga saya usahakan agar dia bisa terus sekolah,” kata Dede.

Wakil Wali Kota Tasikmalaya Diky Candra menyemangati, keluarga itu dengan meminta mereka agar tak berkecil hati.

“Jangan berkecil hati, tetap semangat. Saya juga sejujurnya pernah mengalami masa-masa sulit. Mengamen pernah saya,” kata Diky.

Selain itu Diky juga mengakui bantuan yang diberikan saat ini hanya bersifat sementara.

Dia mengaku, akan mendiskusikan dengan aparat pemerintah setempat untuk memberikan bantuan yang sekiranya bisa meningkatkan perekonomian keluarga Dede.

“Ini hanya bantuan sementara, segera kami akan diskusi dengan Camat dan Lurah agar bisa lebih berdaya, ini kan ada potensi ternyata produksi sandal,” kata Diky.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *