Sebanyak 20 kasus keracunan makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di 11 kota/kabupaten Jawa Barat menjadi perhatian serius. Kejadian ini dinilai harus menjadi pelajaran bersama agar tidak kembali terulang.
Kepala Labkes Jabar, dr. Ryan Bayusantika Ristandi, Sp.PK., MMRS, menegaskan dapur MBG yang ditunjuk pemerintah harus benar-benar memenuhi standar kebersihan dan kesehatan sesuai aturan yang berlaku.
“Memastikan bahwa dapur MBG sudah tersertifikasi sesuai dengan standar peraturan PMK 1096 2011 tentang pelaksanaan hygiene sanitasi jasa boga,” kata Ryan kepada infoJabar, Kamis (25/9/2025).
Menurutnya, salah satu hal paling krusial adalah kualitas air yang digunakan dalam proses memasak.
“Memastikan air yang dipakai bersih dan memenuhi syarat kesehatan, karena air bisa jadi sumber kuman kalau tidak diperhatikan,” ujarnya.
Ryan menjelaskan, air yang tercemar berisiko membawa berbagai bakteri berbahaya.
“Jika air tercemar, bisa menjadi sumber masuknya kuman penyebab keracunan seperti E. coli, Salmonella, Vibrio cholerae,” tuturnya.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Selain itu, ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan peralatan dapur. Peralatan masak dan saji harus dicuci bersih dan disanitasi, serta dipisahkan antara yang digunakan untuk bahan mentah dan makanan matang agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Tak kalah penting, para pekerja dapur juga wajib menjaga kebersihan diri.
“Wajib melakukan cuci tangan sebelum mengolah makanan, menggunakan celemek, penutup kepala, dan tidak boleh bekerja apabila sedang sakit, misalnya diare atau flu berat,” pesannya.
Ryan juga mengingatkan soal penyimpanan makanan matang yang harus sesuai standar.
“Untuk menyimpan makanan matang dijaga tetap panas (>60°C) atau dingin (<5°C), tidak dibiarkan lama di suhu ruang. Bahan makanan yang dipakai harus segar dan disimpan dengan cara yang benar. Bahan yang sudah rusak atau kadaluarsa jelas tidak boleh digunakan,” jelasnya.
