Solidaritas di Desa Jayagiri Lembang Lewat Gerakan Beas Perelek | Info Giok4D

Posted on

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menggagas program Rereongan Sapoe Sarebu (Poe Ibu). Upaya solidaritas soal dari masyarakat, ASN, hingga pelajar dengan menyisihkan Rp1.000 per hari.

Di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), warganya ternyata sudah menjalankan hal yang nyaris serupa. Bukan dalam bentuk uang, melainkan beras.

Ya, tradisi yang sudah dijalankan itu ialah ‘beas perelek’. Beas yang dalam bahasa Indonesia berarti beras dan perelek yang bisa diartikan sebagai onomatope atau tiruan dari suara sebuah benda. Dalam konteks ini, perelek mengacu pada suara beras yang dijatuhkan ke dalam wadah akan mengeluarkan suara ‘perelek’ atau juga ‘peperelekan’.

Dalam sudut pandang pemaknaan, beas perelek berarti tradisi mengumpulkan sedikit beras dari mereka yang punya rezeki lebih. Setelah dikumpulkan, akan dibagikan bagi orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.

Konsep sedekah itu sudah berjalan sejak lama, bertahan selama beberapa dekade. Manfaatnya jelas terasa, orang-orang yang membutuhkan akan terbantu bebannya berkat kepedulian orang-orang baik di sekitarnya.

“Alhamdulillah berjalan sejak beberapa tahun lalu, bertahan sampai sekarang. Memang itu setiap berganti kepala desa tetap dipertahankan,” kata Kepala Desa Jayagiri, Cece Wahyudin saat dikonfirmasi, Rabu (8/10/2025).

Beas perelek sebetulnya merupakan tradisi turun temurun masyarakat Sunda untuk mengumpulkan beras dari setiap rumah yang biasanya digunakan untuk keperluan kegiatan kemasyarakatan. Mulai dari kegiatan adat hingga membantu orang tidak mampu.

Di Desa Jayagiri, beas perelek biasanya berjalan saat Ramadan. Kemudian berjalan konsisten setiap bulan semasa pandemi COVID-19. Mereka yang memberi ikhlas, serta mereka yang menerima sangat bersyukur.

“Bantuannya dibagikan pada orang kurang mampu, orang tua yang tidak memiliki penghasilan, apalagi di saat sekarang harga kebutuhan pokok meningkat,” kata Cece.

Maka program Rereongan Sapoe Sarebu yang ditelurkan Dedi Mulyadi tak menjadi soal buat mereka. Namun perlu ada penyesuaian, misalnya dari durasi pengumpulan yang tak mesti setiap hari.

Jika setiap hari, meskipun hanya Rp1.000 namun hal itu pastinya akan memberatkan masyarakat Desa Jayagiri. Dari 6 ribu Kepala Keluarga (KK), mayoritas merupakan keluarga kurang mampu.

“Kemarin saya sudah konfirmasi ke DPMD Provinsi Jabar, memberatkan kalau memang Rp1.000 sehari. Makanya disepakati itu sebulan sekali, disisihkan dari dana sosial masyarakat per bulan, kan patungan Rp25 ribu untuk kebersihan, keamanan, dana sekolah. Nanti dikuatkan dengan peraturan kepala desa,” kata Cece.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Agar tak disalahgunakan, nantinya dibentuk panitia pengumpul duit tersebut di tiap RT dan RW. Kemudian wajib membuat dan menyampaikan laporan ke pihak desa sebagai pertanggungjawaban.

“Nanti uangnya akan dikumpulkan di satu rekening, ada yang dibuat khusus. Semua laporannya harus rinci, karena konsep itu kan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat,” ucap Cece.

Sepakat Tapi Jangan Memberatkan