Pemkab Ciamis melarang pelajar SD dan SMP menggunakan sepeda motor ke sekolah dengan mengeluarkan surat edaran Nomor: 400.3/10 95-Disdik.1/2025 pada akhir Maret lalu.
Dalam edaran itu, salah satu poinnya mengarahkan seluruh peserta didik untuk menggunakan angkutan umum yang ada di Kabupaten Ciamis sesuai jalurnya. Lalu apakah sopir angkutan umum (angkot) di Ciamis sudah merasakan dampaknya, terutama meningkatnya penumpang dari kalangan pelajar?
Nanang Suryana (52) sopir angkot 02 Jurusan Terminal Ciamis-Barebeg menyebut sejak ada aturan tersebut penumpang dari pelajar ada peningkatan tapi tidak signifikan. Hal tersebut karena banyak pelajar, terutama anak SD dan SMP yang lebih memilih diantar orang tuanya.
“Ada perubahan sedikit meningkat tapi tidak signifikan, paling 5 sampai 50 persen. Masih banyak yang diantar jemput, selain itu juga adanya angkutan online (ojek online),” ujar pria yang sudah 20 tahun jadi sopir angkot saat ditemui di Terminal Ciamis, Kamis (8/5/2025).
Ia pun berharap angkot bisa kembali ke masa kejayaannya seperti tahun 2000-an. Di mana, angkot menjadi pilihan utama bagi pelajar dan masyarakat. Saat ini ongkos naik angkot Rp 3.000 untuk pelajar dan Rp 5.000 untuk umum.
“Dulu setor bisa sampai Rp 100 ribu lebih, penghasilan cukup lumayan. Kalau sekarang setor sekitar Rp 70 ribu, penghasilan juga sedikit. Harapannya ada perhatian dan kebijakan dari pemerintah, supaya angkot bisa menjadi alat transportasi pilihan masyarakat,” ungkapnya.
Peningkatan penumpang dari kalangan pelajar juga dirasakan Hendar sopir angkot 012 jurusan Ciamis-Nasol dan Alan angkot 011 jurusan Terminal-Sukadana. Menurut mereka, kenaikan penumpang mencapai sekitar 20 persen. Hal ini karena trayek atau rute yang dilalui kedua angkot tersebut cukup jauh dengan melewati beberapa sekolah.
“Alhamdulillah ada peningkatan sekitar 20 persen. Banyak sekolah dilewati jadi adanya aturan itu anak-anak yang tadinya naik motor memilih naik angkot,” ujar Alan.
Hal berbeda dialami Didi Supriadi (75) sopir angkot 02 jurusan Terminal Ciamis-Cisepet. Ia mengaku tidak mengalami peningkatan penumpang seperti trayek lainnya. Hal itu karena rute yang dilaluinya lebih banyak sekolah SMA di wilayah perkotaan. Pelajar tersebut banyak diantar orang tua dan naik moda transportasi online.
“Tidak naik, tetap biasa aja sepi. Kalau di perkotaan naik ojek online,” jelasnya.