Ada pemandangan berbeda di Taman Film, Kota Bandung. Ratusan orang dari berbagai kalangan berkumpul untuk membaca buku bersama. Mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja, hingga masyarakat umum, duduk lesehan di atas rumput sintetis taman ini.
Mereka membentuk kelompok kecil berisi 10-15 orang, tanpa memandang latar belakang, berbaur menjadi satu. Kegiatan utama yang dilakukan adalah silent reading, di mana para peserta fokus membaca buku masing-masing.
Acara ini merupakan kegiatan rutin dari Komunitas Bandung Book Party. Namun, khusus pekan ini terasa lebih spesial karena dikolaborasikan dengan infoEdu.
“Kegiatan hari ini adalah special activity yang berkolaborasi dan didukung oleh infoEdu. Kita memperingati Hari Kartini dan Hari Buku Nasional. Ada silent reading, sharing session, games, dan pembagian doorprize dari infoEdu,” kata Ketua Umum Bandung Book Party, Sidik Ahmad Fauzi, kepada infoJabar, Minggu (27/4/2025).
Sidik, yang menggagas komunitas ini bersama teman-temannya, mengatakan bahwa ia ingin menjadikan budaya membaca sebagai tren di Kota Bandung.
“Target jangka panjangnya, bagaimana membaca bisa menjadi trend dan fomo. Harapannya ke depan, kita semua bisa berkumpul dan membahas buku, menjadikan Kota Bandung sebagai kota literasi,” ungkapnya.
Selain silent reading, pada kegiatan kali ini juga diperkenalkan dua program baru: Moms Book Party dan Kids Book Party.
“Kita punya visi jauh ke depan untuk mendukung terwujudnya Generasi Emas 2045. Maka, kita siapkan wadah dan program khusus bagi anak-anak dan ibu-ibu,” tambah Sidik.
Kegiatan Bandung Book Party mendapat respons positif, salah satunya dari Hirza, seorang siswa SMA di Kiaracondong yang juga merupakan penyandang disabilitas. Ia mengaku merasa diterima dengan baik di komunitas ini.
“Saya sudah ikut tiga kali. Kegiatannya seru karena kita berkumpul dengan orang-orang yang gemar membaca,” ujar Hirza.
Ia juga menambahkan bahwa Bandung Book Party menjadi tempat yang cocok untuk mencari teman dan memperluas relasi.
“Tujuannya kan mencari teman yang suka baca buku. Tempat ini recommended buat yang suka baca,” lanjutnya.
Laras, seorang warga Bandung yang merupakan lulusan perguruan tinggi kesehatan di Cimahi, juga mengaku kegiatan ini membangkitkan kembali minat bacanya.
“Dulu waktu sekolah rajin baca, tapi pas kuliah sibuk banget sama jurnal, laporan, dan tugas-tugas, jadi hampir nggak sempat baca buku,” ujarnya.
Kini, setelah bekerja, Laras punya lebih banyak waktu luang. Ia mengungkapkan bahwa awalnya sulit membangkitkan semangat membaca sendiri, sehingga mencari teman sefrekuensi.
“Pas baca sendiri itu rasanya boring. Nggak ada partner buat sharing,” katanya.
Hingga akhirnya, saat berselancar di media sosial, Laras menemukan informasi tentang Bandung Book Party.
“Awalnya iseng scroll medsos, terus nemu Bandung Book Party. Saya ikut, dan ternyata kegiatannya sangat positif,” tambahnya.
Menurut Laras, dengan mengikuti komunitas ini, ia bisa memperluas wawasan meskipun tidak membaca semua buku secara langsung.
“Lewat sharing session, kita cerita tentang buku yang sudah kita baca. Jadi walaupun saya baca satu buku, teman-teman baca buku lain, seolah-olah saya sudah membaca sepuluh buku,” tutupnya.