Siapa Orang Pertama yang Menutup Ka’bah dengan Kiswah? Ini Sosoknya

Posted on

Setiap menjelang musim haji, kain kiswah atau penutup Ka’bah diangkat sampai jemaah haji dengan postur paling tinggi sekalipun tidak bisa menggapainya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kiswah robek dan robekannya dijadikan jimat oleh sebagian jemaah haji.

Dalam sejarahnya, kiswah pernah menggunakan berbagai bahan selain kain dan pernah juga berwarna selain warna hitam dengan jalinan benang emas yang saat ini digunakan.

Namun, pernahkan infoers bertanya, sejak kapan Ka’bah mengenakan penutup? Siapa yang pertama kali mengenakan padanya kiswah itu?

Artikel ini akan mengulas sosok yang diduga merupakan yang pertama kali memberikan penutup atau kiswah pada Ka’bah. Simak yuk!

Bangunan Ka’bah yang berada di tengah-tengah Masjidil Haram, di Kota Makkah, Arab Saudi merupakan kiblat (arah menghadap) salat bagi semua umat Islam di dunia. Bangunan itu dinamakan Ka’bah karena bentuknya yang muka’ab atau kubus.

Ka’bah telah ada sejak lama. Ka’bah ditinggikan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Ka’bah tersusun atas batu-batu. Menurut situs Kementerian Agama RI, seorang peneliti sejarah pada masa Raja Saud pernah menghitung batu-batu yang menyusun Ka’bah itu, jumlahnya mencapai ribuan bongkah batu.

“Pada masa Raja Saud, Ka’bah kembali direnovasi. Atap yang keropos dimakan air diganti. Pada saat itu, 28 Rajab, 1377, seorang sejarawan menghitung total batu Ka’bah, mendapatkan jumlah 1.614. Batu-batu ini dari berbagai bentuk. Batu terbesar panjang 190 centimeter, lebar setengah meter, dan tebal 28 centimeter. Batu terkecil adalah panjang setengah meter, dan lebar sekitar 40 centimeter. Tetapi, itu hanya batu yang berada di dinding luar, batu yang tidak terlihat tidak dihitung.” tulis situs tersebut.

Ka’bah punya nama populer, yakni Baitullah yang berarti ;rumah Allah’. Selain baitullah, ka’bah juga punya nama lain, yakni:

Baitulharam, nama ini berarti rumah suci atau rumah mulia. Nama ini menekankan kedudukan Ka’bah sebagai tempat yang suci dan dihormati dalam Islam.

Baitul’atiq, nama ini berarti rumah kuno. Hal ini merujuk pada sejarah Ka’bah sebagai rumah ibadah pertama yang dibangun di muka bumi.

Kiblat berarti menghadap atau arah menghadap. Ka’bah adalah kiblat, arah yang kepada bangunan ini menghadap umat Islam di seluruh dunia saat melaksanakan salat.

Baitullah, sebagaimana disinggung di awal, Baitullah berarti rumah Allah. Tidak ada bangunan lain yang diklaim sebagai baitullah, kecuali Ka’bah.

Ibnu Hisyam (wafat 218 H) dalam Sirah Nabawiyah-nya menuliskan kisah sosok pertama yang diduga memasang penutup pada Ka’bah. Tindakan ini dilakukan berdasarkan petunjuk mimpi yang hadir kepadanya karena dia tidak jadi berbuat ‘kurang ajar’ di Baitullah.

Sosok itu adalah Tubban As’ad Abu Karib atau ditulis pula Tubban bin As’ad bin Abi Karib. Dia adalah Raja Yaman yang pernah melakukan perjalanan ke Madinah. Kota ini sebelumnya bernama Yatsrib.

Dalam perjalanan ke Madinah, Tubban A’sad Abu Karib tidak melakukan kekerasan. Namun, di sebuah tempat di Madinah, meninggalkan anaknya namun dibunuh oleh orang-orang Madinah. Pembunuhan itu membuat Tubban marah dan lalu datang lagi ke Madinah dan mulai memusnahkan penduduknya serta menebangi pohon kurmanya

Peristiwa lain datang, salah seorang anggota rombongannya ada yang menusuk sampai mati. Anggota itu ketahuan memotong sebuah tandan kurma. Di masyarakat tersebut ada keyakinan bahwa ‘kurma adalah hak pengelolanya’, sehingga orang tersebut dibunuh.

Dengan kabilah yang muncul belakangan di Madinah setelah peristiwa kedua itu, Tubban berperang. Namun, karena masyarakatnya telah mengenal peradaban, kabilah Anshar akan memerangi Tubban pada siang hari, tetapi menganggapnya sebagai tamu pada malam harinya. Perang pecah, dan Tubban bertekad kuat untuk menghancurkan Madinah.

Dalam situasi perang itu, datang dua orang Rabbi Yahudi dari Bani Quraizah yang memberi tahu bahwa upayanya menghancurkan Madinah sebaiknya diurungkan. Dan jika Tubban bersikukuh, maka dimungkinkan Tubban akan binasa.

Mendengar pernyataan Rabbi itu, Tubban bertanya apa alasannya. Jawaban Rabbi, bahwa Madinah akan menjadi tepat hijrahnya seorang nabi yang muncul dari tanah haram, dari kalangan Quraisy. Tubban pun urung.

Sebagai penyembah berhala, Tubban berencana singgah ke Makkah dalam perjalanannya kembali ke Yaman. Namun, di jalan menuju ke Makkah itu, dia berjumpa dengan sekelompok orang keturunan Hudzail bin Mudrikah.

Kepada Tubban, orang-orang itu mengatakan bahwa ada harta yang banyak berupa mutiara, topaz, ruby, dan emas yang tersimpan di Baitul Maal (kas negara) yang ditinggalkan para raja terdahulu. Harta-harta itu tersimpan di dalam Ka’bah di Makkah.

Namun, maksud Bani Hudzail itu tiada lain hanya ingin menghancurkan Tubban, sebab sudah menjadi maklum, siapapun orangnya dari kalangan raja-raja yang ingin berbuat ‘kurang ajar’ dan jahat di Ka’bah akan kena batunya.

Tubban tidak langsung percaya, dia lalu mengutus orang untuk mendatangi dua Rabbi Yahudi yang pernah melarangnya menghancurkan Madinah. Rabbi menjawab bahwa Bani Hudzail hanya ingin menghancurkannya.

Rabbi itu menyarankan agar Tubban berbuat sebagaimana orang-orang Makkah berbuat: Thawaf dengan mengagungkan dan menghormati Ka’bah, mencukur rambut, dan merendahkan diri hingga saatnya keluar dari wilayah terhormat itu.

Tubban pun tinggal di sana beberapa waktu, dia melakukan apa yang dilakukan warga setempat, bahkan menyembelih binatang dan membagikannya untuk disantap masyarakat.

Karena penghormatan terhadap Ka’bah itu, Tubban suatu malam bermimpi menyelubungi Ka’bah dengan kiswah (kain penutup).

Keesokan harinya, dia merangkai cabang-cabang kurma dan menutupkannya kepada bangunan Baitul Haram itu. Namun, di malam kemudian dia bermimpi kembali untuk menutupnya dengan yang lebih bagus.

Maka, dia memilih kain ma’afir, sejenis kain asal Yaman dan menutupkannya pada ka’bah. Tetapi, di malam kemudian dia bermimpi lagi. Mimpinya, supaya penutupnya lebih bagus.

Untuk ini, kain kiswah digunakan dari bahan mola dan washail, kain yang paling baik buatan Yaman. Sehingga, dengan tindakan ini, Tubban As’ad Abu Karib dinilai sebagai orang yang pertama menutup ka’bah dengan kiswah.

Mengapa Disebut Ka’bah?

Nama Lain Ka’bah

1. Bait Al-Haram

2. Al-Bait Al-‘Atiq

3. Kiblat

4. Bait Allah

Kiswah Pertama untuk Ka’bah

Dikelabui Harta Kas Negara

Bermimpi tentang Kiswah

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *