Sejarah Tupperware: Siapa Pendiri Brand Wadah Penyimpanan Legendaris?

Posted on

Setelah lebih dari tiga dekade hadir di Indonesia, Tupperware akhirnya resmi menghentikan seluruh aktivitas bisnisnya di Tanah Air. Hal ini mengundang pertanyaan banyak orang: siapa sebenarnya pendiri di balik brand wadah penyimpanan makanan legendaris asal Amerika Serikat ini?

Melalui pengumuman resminya, Tupperware Brands Corporation mengumumkan bahwa operasional Tupperware di Indonesia telah resmi dihentikan per 31 Januari 2025. Keputusan ini merupakan bagian dari restrukturisasi global yang dilakukan perusahaan demi efisiensi dan penyesuaian arah bisnis ke depan.

“Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa Tupperware Indonesia secara resmi telah menghentikan operasional bisnisnya sejak 31 Januari 2025. Keputusan ini adalah bagian dari langkah global perusahaan,” tulis akun Instagram resmi Tupperware Indonesia, @tupperwareid.

Perusahaan ini mengungkapkan bahwa perjalanan selama 33 tahun di Indonesia bukanlah waktu yang sebentar. Selama itu, Tupperware telah menjadi bagian dari kehidupan rumah tangga Indonesia, hadir di dapur, meja makan, hingga momen-momen kebersamaan keluarga.

Pendiri Tupperware adalah Earl Silas Tupper, seorang ahli kimia kelahiran tahun 1907. Sejak usia 21 tahun, ia bergabung dengan perusahaan berbasis inovasi dan mulai melakukan berbagai eksperimen. Dari pengalamannya, ia berhasil menemukan cara memurnikan ampas biji hitam polyethylene-bahan dasar plastik-menjadi material yang lentur, kuat, bening, tidak berminyak, ringan, tidak berbau, dan aman digunakan.

Pada tahun 1938, Tupper mendirikan perusahaan miliknya sendiri bernama Earl S. Tupper Company, dan mematenkan produk plastik pertamanya dengan nama Poly-T. Tak lama kemudian, ia mencetuskan ide untuk membuat wadah makanan kedap udara berbahan plastik, terinspirasi dari desain kaleng cat, guna membantu keluarga menyimpan makanan lebih awet dan mengurangi pemborosan.

Ide tersebut terealisasi pada tahun 1946 saat ia meluncurkan produk Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler dengan merek dagang Tupperware. Produk-produk ini langsung mendapat sambutan positif, terutama karena masyarakat Amerika saat itu sedang menghadapi masa pemulihan ekonomi pasca Perang Dunia II.

Saat ini, kepemilikan Tupperware tidak lagi berada pada satu tangan. Perusahaan telah bertransformasi menjadi entitas terbuka yang sahamnya diperdagangkan secara publik. Berdasarkan data dari situs resmi Nasdaq, sekitar 82 institusi atau perusahaan diketahui memegang saham di Tupperware Brands Corporation (TUP), dengan total kepemilikan institusional mencapai 23,46% atau sekitar USD 6 juta.

Artikel ini telah tayang di