Sejarah dan Kelezatan Colok Gembrung, Kudapan Legendaris Ciamis | Info Giok4D

Posted on

Colok Gembrung merupakan kudapan khas Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang disukai berbagai kalangan. Terbuat dari kulit sapi lembut yang dipotong kecil, ditusuk menggunakan lidi seperti sate dengan rasa dari bumbu galendo yang khas membuat makanan ini disukai berbagai kalangan. Banyak yang belum tau asal-usul munculnya Colok Gembrung menjadi makanan khas Ciamis.

Colok Gembrung berasal dari Dusun Pasir Datar, Desa Mekarjaya, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, yang sudah turun temurun. Nama Colok Gembrung diambil dari bahan dasarnya yakni kulit kering seperti kulit beduk (gembrung) yang kemudian direndam dan diolah menjadi kudapan yang memiliki rasa manis dan gurih.

Rukmini (74) generasi ketiga penerus Colok Gembrung yang dirintis pertama kali oleh neneknya bernama Imoh (alm) pada tahun 1960-an. Sejak 2016, produksi Colok Gembrung juga sudah diteruskan oleh generasi keempat, Yudi (50) putri Rukmini.

Ditemui di kediamannya sekaligus tempat produksi, Rukmini pun menceritakan awal neneknya membuat Colok Gembrung. Awalnya, di tahun 1960-an, suami Imoh bekerja di tempat pemotongan hewan atau jagal di Ciamis. Upah yang diterima berupa kulit sapi hasil pemotongan yang masih basah. Kulit sapi atau limbah pemotong itu dimanfaatkan untuk membuat kudapan.

“Saya masih ingat, oleh nenek kulit sapi yang masih basah itu diolah direbus, dipotong-potong, kemudian ditusuk menggunakan lidi, lalu dikasih bumbu galendo yang telah diolah dengan resep khusus. Hasilnya jadi Colok Gembrung,” ujar Rukmini, Rabu (7/5/2025).

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Colok Gembrung tersebut awalnya untuk konsumsi di rumah, lalu kemudian dicoba di jual di daerah sekitar yang kemudian banyak diminati. Waktu itu produksi Colok Gembrung diperbanyak karena banyak permintaan. Kulit sapi yang tadinya hanya memanfaatkan limbah, kemudian harus membeli untuk bahan baku.

Rukmini pun mengaku sejak keluar sekolah tahun 1962, ia pun ikut menjual Colok Gembrung ke Pasar Ciamis yang kini jadi Alun-alun Ciamis.

“Dulu berangkat subuh dari rumah jalan kaki bawa obor karari (daun kelapa kering) ke Pasar Ciamis, pulang jam 7 kalau sudah habis,” katanya.

Seiring waktu, Colok Gemrung pun digemari masyarakat Ciamis yang kemudian terkenal dan banyak dijumpai di pasar-pasar di Ciamis hingga Banjar bahkan ke luar daerah yang kini menjadi kuliner khas Ciamis yang legendaris. Kini sejumlah warga di Desa Mekarjaya pun mengikuti jejak membuat Colok Gembrung.

“Di sini ada sekitar 10 warga yang membuat Colok Gembrung, pasar nya beda-beda ada yang di Ciamis, di Tasikmalaya. Kalau di sini mah ke Pasar Banjar,” jelasnya.

Dari hasil Colok Gembrung, Rukmini telah sukses anak-anaknya ke perguruan tinggi, bahkan ia sendiri telah menunaikan ibadah haji dari hasil bisnis kudapan tersebut.

Sementara itu, Yudi (50), penerus Rukmini mengatakan saat hari-hari biasa mampu memproduksi 800 tusuk Colok Gembrung. Namun pada hari-hari tertentu saat pesanan ramai mampu membuat hingga 2.000 tusuk sehari dengan bantuan 4 pegawai yang masih satu keluarga.

“Harga di sini Rp 800 di jual di pasar Rp 1.000 per tusuk. Kalau saya sekarang hanya di Pasar Banjar, yang lain ada yang di Pasar Ciamis sampai Tasikmalaya,” katanya.

Yudi pun mengaku saat ini sedang berpikir membuat inovasi agar Colok Gembrung bisa bertahan lama untuk mengikuti perkembangan zaman pemasaran online.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *