Keterbatasan fisik tak menyurutkan semangat Muhamad Lutpi Alamin (24) untuk mengenyam pendidikan tinggi.
Remaja tunanetra siswa SLBN Tamansari Kota Tasikmalaya ini berhasil lolos seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru (SNPMB) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Pencapaian lolos seleksi perguruan tinggi negeri, boleh jadi hal biasa bagi sebagian orang. Tapi bagi Lutpi, ini adalah pencapaian besar. Betapa seorang remaja disabilitas berusaha menyejajarkan diri dengan orang-orang normal, dalam mengakses pendidikan.
Selain itu perjuangan yang akan dihadapi Lutpi nanti, tentu tak mudah. Bagi seorang disabilitas netra, merantau jauh dari Tasikmalaya ke Surabaya tentu bukan perkara gampang.
“Alhamdulillah lolos seleksi di Unesa, saya mau jadi dosen,” kata Lutpi, Minggu (15/6/2025).
Siang itu, Lutpi baru saja pulang mengaji dari Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah di sekitar Jalan Rumah Sakit Kota Tasikmalaya.
Seorang relawan disabilitas Tasikmalaya, Harniwan Obech mengajak Lutpi dan beberapa orang temannya untuk merayakan pencapaian penting itu.
Bukan perayaan besar, sekedar mentraktir kopi plus sepotong roti, di halaman sebuah minimarket di Jalan Rumah Sakit.
Mereka bersulang untuk merayakan keberhasilan Lutpi sekaligus mendoakan kelancaran untuk perjalanan studi yang akan dilakoni remaja penghafal Alquran itu.
“Saya akan kuliah di program studi Pendidikan Luar Biasa Unesa. Tadinya mau di UPI Bandung, tapi katanya biaya hidup di Bandung mahal, jadinya milih Surabaya saja,” kata Lutpi.
Karena berasal dari keluarga sederhana, Lutpi mengaku dia harus berusaha menekan biaya kuliah. Cari yang murah tapi berkualitas.
“Kalau di Bandung dekat, tapi biaya tinggi. Harga kosan saja kan Rp 800 ribu kalau mau enak, kalau di Surabaya katanya lebih murah,” kata Lutpi.
Dia mengatakan bulan depan akan bertolak ke Surabaya, menemui kerabatnya yang bekerja di Surabaya. Kerabatnya itu yang akan membantu mencarikan tempat tinggal bagi Lutpi.
“Ada saudara kerja di Surabaya, jadi mungkin dia yang membantu mencarikan kosan,” kata Lutpi.
Selain itu Lutpi juga menceritakan kiatnya yang bisa lolos SNPMB melalui jalur SNBT.
“Awalnya dibantu didaftarkan oleh Wali Kelas, terus biasa saya menghafal, ikut try out. Terus berdoa setiap habis salat, Alhamdulillah lolos,” kata Lutpi.
Lutpi mengaku bercita-cita menjadi dosen, dia ingin menjadi bagian dari perjuangan kaum disabilitas di Tasikmalaya, terutama di bidang pendidikan. “Ingin jadi dosen sekaligus ajengan (ustadz),” kata Lutpi
Selama ini Lutpi tengah berjuang menjadi penghafal Alquran. Dalam kegiatan-kegiatan kalangan disabilitas, Lutpi juga kerap didaulat menjadi pembaca ayat suci Alquran atau membaca doa.
“Kalau sudah di Surabaya jangan lupakan kita yang di Tasik ya, setiap libur, pulang sambil bawa oleh-oleh,” kata Fajar, remaja tunanetra sohib Lutpi. Tawa renyah pun pecah di dalam kumpulan remaja disabilitas itu.