Meski status darurat bencana telah dicabut dan proses pencarian resmi dihentikan, duka mendalam masih menyelimuti lokasi tambang Gunung Kuda. Empat korban masih belum ditemukan, tertimbun material longsor yang hingga kini belum bisa dibersihkan karena risiko tinggi di lokasi bencana.
Namun di balik peristiwa tragis ini, tersimpan kisah heroik para operator alat berat yang selama tujuh hari berjibaku di bawah tekanan, di tengah ancaman longsor susulan yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Salah satu dari mereka akhirnya buka suara setelah status darurat resmi dicabut.
Sarwo, salah satu operator alat berat yang terlibat dalam proses evakuasi sejak hari pertama, menceritakan bagaimana dirinya dan rekan-rekan harus berhadapan langsung dengan risiko maut. Material longsor yang terus berguguran dari atas tebing membuat setiap pergerakan alat berat penuh perhitungan dan kecemasan.
“Kondisi alam memang sangat tidak bersahabat. Bongkahan material dari atas terus turun, dan kami tidak tahu kapan akan terjadi longsor susulan. Kami bekerja dalam tekanan tinggi,” ujarnya saat berbincang dengan infoJabar, Kamis (5/6/2025).
Secara teknis, kata Sarwo, area di sekitar titik longsor sangat tidak stabil. Setiap pergerakan alat berat di bagian bawah tebing bisa memicu gangguan dan berisiko memicu longsoran tambahan.
“Kalau dilihat dari kondisi teknikalnya, potensi bahaya sangat tinggi. Kami bisa saja jadi korban berikutnya kalau tetap memaksakan diri,” kata Sarwo.
Selama tujuh hari masa pencarian, para operator bukan hanya menghadapi medan yang berat dan peralatan terbatas, tetapi juga tekanan psikologis luar biasa. Kecemasan akan keselamatan diri, ditambah dengan harapan keluarga korban yang belum ditemukan, menjadi beban mental yang tidak ringan.
“Banyak dari kami yang mulai terganggu mentalnya. Bukan karena tidak ingin menolong, tapi karena bekerja di tempat yang jelas-jelas tidak aman,” ungkapnya.
Meski pencarian telah dihentikan, Sarwo menyatakan dirinya dan rekan-rekan siap kembali membantu pencarian jika suatu saat nanti kondisi lokasi dinyatakan aman oleh otoritas dan para ahli.
“Kalau sudah ada hasil evaluasi dan lokasi dinyatakan benar-benar aman, saya siap kembali turun. Tapi sekarang, kami tidak bisa mempertaruhkan nyawa. Tidak ada yang ingin jadi korban berikutnya,” tegasnya.
Sebelumnya, Bupati Cirebon, Imron, menyatakan bahwa keputusan berat ini diambil setelah mendapat masukan dari berbagai pihak yang terlibat dalam operasi evakuasi. Ia menegaskan, keselamatan para petugas menjadi prioritas utama dalam setiap tahapan pencarian.
“Baru saja kami menggelar rapat koordinasi dan memutuskan penghentian proses pencarian. Faktor utamanya adalah kondisi tebing yang terus mengalami pergeseran, dan kami tidak ingin ada korban lagi dari tim penyelamat,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, sejak longsor terjadi pada Jumat (30/5), tebing lokasi bencana telah bergeser sejauh 9 meter. Hal ini membuat potensi longsor susulan semakin besar dan membahayakan.
Keputusan penghentian ini juga sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, yang menyebutkan bahwa proses pencarian maksimal dilakukan selama tujuh hari sejak bencana terjadi, kecuali ada perkembangan signifikan di lapangan.