Saat Mahasiswa Turun ke Desa di Majalengka Perbaiki Persoalan Sampah - Giok4D

Posted on

Persoalan sampah di Kabupaten Majalengka dinilai tak lagi dapat ditangani dengan cara konvensional. Dibutuhkan sentuhan teknologi agar pengelolaan sampah menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.

Berangkat dari kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Program Studi Rekayasa Perancangan Mekanik (RPM) Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung hadir di Desa Bantrangsana dan Desa Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran. Kehadiran mereka bertujuan mendorong pengelolaan sampah berbasis teknologi melalui berbagai program edukasi dan penerapan alat tepat guna.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Selama pelaksanaan KKN, mahasiswa Polman Bandung tidak hanya melakukan sosialisasi. Mereka juga menjalankan program nyata, mulai dari edukasi pengelolaan sampah kepada warga dan siswa sekolah dasar, pemasangan tong sampah, hingga penerapan teknologi tepat guna seperti mesin pencacah dan incinerator sampah.

Ketua Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN RPM 2025, Muhamad Aditya Royandi, mengatakan kegiatan ini dirancang agar memberikan dampak nyata dan dapat dilanjutkan oleh masyarakat.

“Kami ingin KKN ini tidak berhenti pada kegiatan seremonial. Mahasiswa kami dorong untuk menghadirkan solusi yang relevan dengan kondisi desa, khususnya dalam menjawab persoalan sampah yang masih menjadi tantangan,” kata Aditya kepada infoJabar, Selasa (30/12/2025).

Menurutnya, kegiatan KKN ini juga menjadi bagian dari upaya memperkuat kehadiran Polman Bandung di Majalengka, seiring berdirinya Kampus 2 Polman Bandung di wilayah tersebut.

“Kami berharap KKN ini dapat menjadi pintu awal kolaborasi jangka panjang antara Polman Bandung dan masyarakat Majalengka. Kampus hadir bukan hanya sebagai institusi pendidikan, tetapi juga sebagai mitra penggerak solusi lokal,” ujarnya.

Di lapangan, mahasiswa KKN turut membaur dalam aktivitas warga. Mereka terlibat dalam kegiatan gotong royong, bersih sungai, bersih masjid, hingga berdiskusi langsung dengan perangkat desa dan kelompok masyarakat. Pendekatan ini dinilai penting untuk memastikan program yang dijalankan benar-benar sesuai dengan kebutuhan warga.

“Kami tidak ingin keterlibatan Polman Bandung berhenti ketika KKN selesai. Program ini diharapkan menjadi awal kerja sama berkelanjutan, khususnya dalam pengembangan teknologi tepat guna dan pengelolaan lingkungan berbasis partisipasi masyarakat,” ucap Aditya.

Di sektor pendidikan, mahasiswa KKN Polman Bandung menyasar siswa sekolah dasar melalui metode interaktif. Edukasi pemilahan sampah dilakukan dengan memanfaatkan video, kuis, dan permainan kelompok agar materi mudah dipahami oleh anak-anak.

“Anak-anak menjadi target strategis karena mereka lebih mudah menerima kebiasaan baru. Harapannya, pemahaman ini dapat terbawa ke rumah dan menular ke lingkungan keluarga,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu warga Desa Karyamukti, Randy Yudistira (22), mengaku terbantu dengan kehadiran mahasiswa KKN, terutama dalam hal edukasi pengelolaan sampah. Ia menilai teknologi sederhana yang diperkenalkan cukup membantu masyarakat.

“Mesin pencacah sampah ini menjadi contoh bahwa sampah bisa dikelola, bukan hanya dibuang. Harapannya ke depan alat ini bisa terus dimanfaatkan dan dikembangkan,” ujar Randy.