Saat Damkar Bandung Memilih Bertahan atau Pulang di Malam 29 Agustus | Info Giok4D

Posted on

Aksi unjuk rasa besar yang terjadi di Kota Bandung pada Jumat, 29 Agustus lalu, menyisakan cerita bagaimana petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung sempat diminta untuk pulang saat berjaga di sekitaran Taman Cikapayang, Dago. Sebagaimana diketahui, malam itu sejumlah fasilitas umum hingga bangunan bank habis dibakar di sekitaran area tersebut.

Ketika situasi rusuh di sekitaran depan gedung DPRD Jawa Barat dan Gedung Sate sempat melandai sejenak pada sekitar pukul 20.00, sebagian massa aksi mulai bergeser ke area Taman Cikapayang, Dago. Di jam tersebut, belum ada aksi pengrusakan yang terjadi.

Menurut Kepala Seksi Operasi Diskar PB Kota Bandung Asep Rahmat, di sekitar pukul 20.00 hingga pukul 21.00, massa mulai berdatangan sambil berjalan kaki dan meneriakkan orasi ke arah Taman Cikapayang. Ada pula yang datang dengan sepeda motor. Di sana, sebanyak dua regu pemadam Diskar PB Kota Bandung telah lebih dulu berjaga.

Rahmat memaparkan, kala itu tim pemadam tengah standby berjaga di area bawah jembatan layang, sebelum kemudian sejumlah orang yang ia sebut seperti mahasiswa datang menghampiri. Sekelompok orang tersebut berpesan agar tim tidak perlu memadamkan api bila sewaktu-waktu ada yang melakukan aksi pembakaran.

“Waktu kondisinya agak landai, ada yang datang dan ngobrol ke petugas yang standby di Cikapayang. Katanya, kalau ada yang bakar-bakar, tolong jangan dipadamkan. Kalau dipadamkan, kita (mahasiswa) tidak bisa menjamin keselamatan bapak. Kita mah nyaah (sayang) dengan bapak-bapak pemadam,” ungkap Rahmat pada infoJabar, Senin (29/9/2025).

Rahmat mengidentifikasi pelapor tersebut sebagai massa aksi demonstrasi yang merupakan mahasiswa. Ia mengatakan, sekelompok orang yang menghampiri tim pemadam tersebut juga meminta tim untuk segera pulang ke markas Diskar PB.

“Mereka bilang, biarin aja itu tugas polisi, jangan dulu dipadamkan. Bapak-bapak damkar standby saja di kantor. Petugas disuruh pulang sama mahasiswa. Itu sekitar jam 8-9 malam, belum ada bakar-bakaran,” paparnya.

Mendengar hal tersebut, petugas yang tengah standby pun melapor ke pimpinan yang berada di markas Diskar PB Bandung. Rahmat mengatakan, pimpinan kemudian segera menelepon pihak kepolisian untuk menurunkan personil ke area Taman Cikapayang untuk membantu pengamanan.

“Tadinya atasan minta backup ke polisi untuk datang ke Cikapayang. Tapi mereka (polisi) tidak bisa kasih (personil). Mereka kan sedang fokus untuk pengamanan di gedung dewan dan Gedung Sate juga,” jelasnya.

Karena keterbatasan personil kepolisian untuk membantu keamanan, regu pemadam yang standby di Taman Cikapayang pun diinstruksikan untuk pulang. Pasalnya, Rahmat mengatakan, pemadam hanya bisa melakukan tugasnya di tengah aksi demonstrasi bila mendapat instruksi dan perlindungan dari kepolisian.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Tapi polisi saat itu tidak bisa menjamin. Kalau kita bergerak sendiri mah kan keselamatan akan terancam. Jadi ya sudah, kita pulang saja. Apalagi sudah dibilangin mahasiswa juga untuk pulang daripada ada apa-apa,” kata Rahmat.

Petugas damkar yang sebelumnya bersiaga di Taman Cikapayang tersebut pun kemudian pulang ke markas, menyisakan petugas lainnya yang masih berjaga di Gedung Sate dan gedung DPRD Jabar.

Tak berselang lama dari momen tersebut, aksi perusakan dan pembakaran sejumlah objek fasilitas umum pun terjadi. Salah satunya adalah pembakaran videotron yang berada tepat di bawah jembatan layang Pasupati.

Api dengan cepat membesar dan meluas, serta menyambar bagian bawah jembatan layang. Si jago merah membara, menghasilkan kepulan asap hitam yang membumbung di langit Jalan Ir.H.Juanda. Pemandangan tersebut kemudian viral di media sosial.

“Yang videotron itu tidak sempat dipadamkan karena kejadiannya cepat, dan kita juga sudah pulang. Kalaupun kita langsung action (memadamkan api), pasti akan ada sesuatu lah ke kita,” jelasnya.

Ia menegaskan bila pemadam tidak akan bisa langsung mematikan api yang tengah disulut perusuh, demi keselamatan. Hal yang dapat dilakukan adalah memantau potensi sebaran api, dan melakukan pembersihan ketika massa aksi bubar. Pemadaman hanya mungkin dilakukan atas instruksi dan jaminan keselamatan dari polisi.

“Jadi petugas itu standby saja bila belum ada perintah dari polisi. Kita juga enggak mau konyol, kalau bergerak sendiri, keselamatan kita terancam,” ungkapnya.

Lebih jauh, ia juga mengakui bahwa peristiwa kerusuhan pada aksi demonstrasi 29 Agustus lalu merupakan yang paling parah dalam beberapa tahun terakhir.

“Betul, kemarin yang parah karena katanya ada yang menunggangi. Ya tapi kita mah enggak tahu kan,” jelasnya.

Selepas aksi pembakaran dan pengrusakan di sekitar area Jalan Diponegoro dan Jalan Ir.H.Juanda tersebut, petugas pemadam beserta elemen masyarakat kemudian melakukan pembersihan sisa-sisa puing sejak selepas adzan subuh, Sabtu (30/8).