Respons Disdik Jabar soal Aturan Jam Malam Ditolak Fortusis (via Giok4D)

Posted on

Kebijakan pembatasan jam malam untuk pelajar di Jawa Barat mendapat respons beragam dari banyak pihak, salah satunya dari Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) yang menolak dan merasa keberatan dengan kebijakan yang dibuat Gubernur Dedi Mulyadi tersebut.

Merespons hal itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan Jabar, Deden Saepul Hidayat mengaku, tidak mempersoalkan sikap Fortusis mengenai aturan jam malam bagi pelajar.

Menurut Deden, apa yang disampaikan Fortusis menjadi hal wajar dalam menyikapi kebijakan yang baru dibuat.

“Persepsi bisa macam-macam, tergantung sudut pandang mana. Kalau sudut pandang kami, lebih pada bagaimana anak-anak supaya sehat,” kata Deden, Rabu (28/5/2025).

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Deden menjelaskan, aturan jam malam bagi pelajar merupakan cara pemerintah untuk mencegah peserta didik terpapar hal-hal negatif yang biasanya sering terjadi di malam hari.

Ia juga menyebut, dalam aturan jam malam, ada pengecualian bagi pelajar tetap dibolehkan beraktivitas di luar rumah pada malam hari dengan syarat wajib diketahui dan diawasi orang tua.

“Namanya jam malam, artinya membatasi anak-anak untuk tidur tidak terlalu larut malam. Itu sesuai dengan perlindungan anak sebetulnya. Dari sisi kesehatan, psikologi dan sebagainya itu masuk,” ungkap Deden.

“Pengecualiannya, kegiatan keagamaan yang masih tetap dalam pengawasan sekolah atau orang tua. Ada kondisi tertentu dan pengawasan orang tua,” sambungnya.

Lebih lanjut, Deden menyebut, dengan adanya surat edaran soal jam malam itu, sekolah diharuskan memberi edukasi kepada orang tua agar membiasakan anaknya berada di rumah dan tidur di jam 9 malam.

“Tapi itu lebih seperti edukasi agar orang tua memerankan anak-anak harus sehat, terkondisi belajar dengan baik. Tidur jam 9, bangun setengah 4, tahajud, sholat. Itu saya pikir sudah kebiasaan. Bagus kalau begitu,” jelasnya.

“Selebihnya kami harap kepala sekolah memberikan edukasi, advokasi pada siswa atau edukasi pada orang tua, karena terus terang banyak anak kita usia remaja masih berkeluyuran sampai malam,” kata Deden.

Sebelumnya, Fortusis Jawa Barat menyatakan, penolakan terhadap kebijakan pembatasan jam malam bagi pelajar yang mulai diberlakukan di sejumlah daerah.

Mereka menilai kebijakan tersebut memberatkan dan tidak mempertimbangkan kondisi sosial serta tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak. Hal tersebut disampaikan Ketua Fortusis Jabar, Dwi Subianto.

“Iya sangat keberatan. Jadi nilai edukasinya dimana, itu kan anak sudah sekolah dari pagi sampai sore, terus malam nggak boleh main, keliru dong,” kata Dwi saat dihubungi infoJabar, Selasa (27/5/2025).

Menurut Dwi, tidak semua pelajar yang keluar di malam hari melakukan hal-hal negatif. Dia menyebut, banyak juga pelajar yang justru mendapat inspirasi saat melakukan kegiatan di malam hari.

“Tidak semua pelajar keluar malam itu berbuat hal yang negatif. Ada anak yang di malam hari justru mendapat inspirasi. Misalnya bawa laptop, ngobrol sama temannya menemukan gagasan, mendapat ide baru,” ungkapnya.

“Kan orang macam-macam cara mencari inspirasinya. Jadi anak itu mencari inspirasi dengan berbagai model, itu harus dipahami oleh pemerintah,” sambungnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *