Resahnya Warga Tasikmalaya Saat Gerombolan Monyet Serbu Kampung

Posted on

Geromobolan monyet masuk ke pemukiman warga di Kampung Mekarjaya, Desa Kutawaringin, Kabupaten Tasikamalaya. Kondisi itu membuat warga desa resah.

Berdasarkan keterangan warga, geromobolan monyet itu sudah mendatangi kampung tersebut sejak beberapa bulan terakhir. Monyet datang secara bergerombol.

“Sudah hampir bulanan warga masyarakat kampung Mekarjaya dibuat resah dengan kehadiran monyet yang sering datang bergerombol,” kata Wawan, Warga sekitar, Selasa (11/11/2025).

Gerombolan monyet ini lebih dari 10 ekor. Tak hanya masuk halaman rumah, mereka juga naik di genting rumah. Bahkan sampai ke kantor desa.

“Bingung masyarakat, mau dibunuh kan tidak boleh, diusir sama Kita malah balik menyerang,” kata Wawan.

Meski demikian, monyet-monyet ini belum melukai warga. Penduduk lebih memilih menghindar agar tidak berbahaya.

“Mereka berkeliaran di area pemukiman warga sepertinya hanya mencari makanan saja, gak tau digunung asalnya makanan sudah kurang,” kata Wawan.

Kepala Desa Kutawaringin, Syarif Hidayat mengaku, belum bisa mengatasi masalah tersebut. Meski tidak melukai warga, gerombolan monyet kerap mencuri makanan dari rumah warga.

“Permasalahan monyet sudah muncul lama. Masyarakat minta agar bisa mengendalikan penjarahan yang dilakukan gerombolan monyet,” kata Syarif.

Syarif telah mengirim surat permohonan bantuan penanggulangan monyet ke pemerintah kabupaten Tasikmalaya. Namun hingga kini baru ada sebatas pengontrolan saja.

“Sudah lebih dari tiga kali kami mengirim surat permohonan bantuan penanggulangan monyet ke pemerintah kabupaten Tasikmalaya, tapi sampai saat ini belum ada hasilnya,” kata Syarif.

Kedatangan gerombolan monyet ke pemukiman penduduk dibenarkan Syarif memang sudah sangat meresahkan.

“Kalau dulu hanya merusak tanaman yang berada di sekitar lereng gunung tawilis saja, akibatnya sampai sekarang sudah tida ada lagi yang berani bercocok tanam di sana, dan sekarang sudah hampir setahun geromobolan monyet dari gunung tawilis yang jarak ke perkampungan sekitr 4 km, itu makin mendekati ke area perkampungan penduduk,” kata Syarif.

Ketua FK Tagana Kabupaten Tasikmalaya, Jembar Adi Setia memastikan monyet memang turun gunung kepemukiman. Dugaan awal terganggunya habitat kera disebabkan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian.

“Menurut informasi memang sudah biasa kadang sampe pinggir jalan. Dugaanya dikarenakan terganggunya habitat kera disebabkan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Akibatnya banyak kera masuk mukim warga dan lahan pertanian untuk mencari makanan,”Kata Jembar.

“Permasalahan monyet sudah muncul lama. Masyarakat minta agar bisa mengendalikan penjarahan yang dilakukan gerombolan monyet,” kata Syarif.

Syarif telah mengirim surat permohonan bantuan penanggulangan monyet ke pemerintah kabupaten Tasikmalaya. Namun hingga kini baru ada sebatas pengontrolan saja.

“Sudah lebih dari tiga kali kami mengirim surat permohonan bantuan penanggulangan monyet ke pemerintah kabupaten Tasikmalaya, tapi sampai saat ini belum ada hasilnya,” kata Syarif.

Kedatangan gerombolan monyet ke pemukiman penduduk dibenarkan Syarif memang sudah sangat meresahkan.

“Kalau dulu hanya merusak tanaman yang berada di sekitar lereng gunung tawilis saja, akibatnya sampai sekarang sudah tida ada lagi yang berani bercocok tanam di sana, dan sekarang sudah hampir setahun geromobolan monyet dari gunung tawilis yang jarak ke perkampungan sekitr 4 km, itu makin mendekati ke area perkampungan penduduk,” kata Syarif.

Ketua FK Tagana Kabupaten Tasikmalaya, Jembar Adi Setia memastikan monyet memang turun gunung kepemukiman. Dugaan awal terganggunya habitat kera disebabkan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian.

“Menurut informasi memang sudah biasa kadang sampe pinggir jalan. Dugaanya dikarenakan terganggunya habitat kera disebabkan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Akibatnya banyak kera masuk mukim warga dan lahan pertanian untuk mencari makanan,”Kata Jembar.