Putranya Viral Ugal-ugalan, Ibunda Ali: Anak Saya Sedang Berjuang Sembuh

Posted on

Nuraisah terlihat mengenakan kerudung hitam, kerudung dengan warna yang sama saat ia mengantar putranya Ali Saepudin (33) ke Gedung Satres Narkoba, Polres Sukabumi pada Rabu (22/10/2025). Ia adalah ibunda Ali, pria yang viral setelah aksi ugal-ugalannya tersebar di media sosial.

Saat ditemui infoJabar di salah satu tempat rehab di bawah binaan BNN, Yayasan Rehabilitasi Korban Narkoba, wajah Nuraisah terlihat letih, matanya sembab. Kepada infoJabar menceritakan bagaimana kisahnya membawa Ali ke polisi untuk bertanggung jawab atas tindakannya.

“Saya yang antar dia ke Polsek Cicurug, setelah itu dijemput sama polisi lalu lintas Polres Sukabumi,” ujar Nurasiah pelan saat ditemui, Jumat (24/10/2025).

Sejak video anaknya viral, hidup Nurasiah berubah seketika. Telepon berdering tanpa henti, tetangga menatap iba, tidak sedikit yang mencibir, putranya dirujak habis-habisal oleh netizen. Tapi di matanya, Ali tetap anak yang sama anak yang menghormatinya, rajin membantu ibunya dan tak pernah berani membentak.

Hari itu, tangannya bergetar saat bercerita bagaimana ia pertama kali tahu video anaknya tersebar luas di media sosial.

“Saat lihat video viral itu saya langsung cari anak saya, saya telepon. Dia sedang di rumah bibinya, terus dia merasa ketakutan tuh dicari sama polisi kan beritanya,” katanya.

Ali sempat menolak pulang. Ia takut. Tapi Nurasiah tetap melangkah, lalu membujuk anaknya dengan sabar.

“Nah ibu lihat beritanya itu kata ibu, Ali jangan begitu, ayo Ali pulang sama ibu, samperin ke kantor polisi begitu baik-baik. Saya sempat bilang Ali punya salah, apa salah Ali kata saya, Ali udah ugal-ugalan di jalan itu salah Ali,” tuturnya.

Saat bertemu polisi, Ali sempat protes tak terima. Ia menuduh ibunya berbohong dan merasa dijebak.

“Dia sempat marah-marah katanya ibu bohong, ibu bohong sudah tipu aku, tipu aku kok aku jadi begini,” cerita Nurasiah dengan suara menahan sesak.

“Saya bilang ke anak saya bukan begitu, ibu sayang sama Ali. Ali sayang nggak sama ibu? Kenapa ibu bilang sayang sama Ali, karena kenapa Ali suka makan obat begitu,” lirih Nurasiah menceritakan momen itu.

Ia tahu, anaknya sedang berjuang melawan sesuatu yang lebih berat dari sekadar sorotan publik, yakni kecanduan obat keras terbatas.

“Saya bilang jangan ya, jangan minum obat begitu. Sebetulnya dia baik anaknya, solidaritas dia juga bagus. Ada teman butuh pertolongan dia bantu, ada teman butuh apa dia kasih,” ucapnya.

Meski Ali kini menjalani rehabilitasi di Palabuhanratu, Nurasiah belum benar-benar tenang. Ia masih memikirkan stigma dan komentar orang. Tapi ia juga tahu, satu-satunya cara untuk menolong anaknya adalah dengan berdiri di sisinya.

“Meskipun Ali ugal-ugalan, serampangan di jalan, ke saya ke ibunya dia sopan banget. Belum pernah sekalipun marah, kasar, atau melawan. Tapi kalau sama orang lain dia memang begitu, jadi cepat marah, itu cepat banget,” tuturnya.

Nurasiah mengusap matanya yang mulai basah. Ia tahu nama anaknya jadi bahan omongan warga, dari Cicurug sampai Cimelati.

“Saya banyak yang kenal ya, pedagang dari Cicurug sampai Cimelati katanya anak ibu itu bagaimana bawa motor ugal-ugalan. Saya jelaskan ke warga di sana itu sudah saya bilangin jangan kebut-kebutan, pelan-pelan, tapi begitu terus,” katanya lirih.

Ia mengaku, sudah sering menasihati anaknya, bahkan sejak delapan bulan lalu ketika Ali sempat kecelakaan dan dirawat di rumah sakit.

“Saya sudah nasehatin sudah jangan begitu lagi, ayah kamu sudah enggak ada, tinggal ibu sendiri ngurusin kamu. Tapi ya namanya anak begitu ya diulang-ulangin lagi,” katanya.

Kini, setelah semua mata tertuju pada keluarganya, Nurasiah hanya bisa menunduk. Ia tak membela, tapi juga tak sanggup menonton orang mencaci.

“Saya tahu anak saya dibully di media sosial, saya enggak apa-apa, kan netizen semua yang diluar itu enggak tahu yang sebenarnya seperti apa,” ucapnya.

Dengan suara nyaris bergetar, ia lalu menyampaikan pesan maaf kepada masyarakat.

“Kepada semuanya maafkan Ali, kepada masyarakat semua maafkan anak saya dari hati yang teramat dalam atas perbuatan anak saya. Ibu minta maaf yang sebesar-besarnya kalau misalkan anak saya begitu, sebagai ibu saya memberikan yang terbaik untuk anaknya,” kata Nurasiah.

Tidak lama kemudian Ali datang menemui ibunya diantar petugas rehab, perbicangan dengan infoJabar terputus saat itu.

Ali mendekati ibunya perlahan. Dengan kaus merah yang lusuh dan wajah tertunduk, ia berlutut di hadapan Nurasiah. Tanpa kata, ia lalu mencium kaki ibunya.

Gerakannya cepat, tapi sarat makna seperti anak kecil yang ingin meminta maaf setelah membuat ibunya kecewa. Nurasiah sontak membungkuk, kedua tangannya menggenggam bahu anaknya yang gemetar.

“Sudah, sudah,” katanya pelan, suaranya hampir tak terdengar.

Ali tetap dalam posisi sujud beberapa info sebelum akhirnya duduk di lantai, bersandar di sofa. Nurasiah mengusap kepalanya, sementara di belakang mereka terbentang spanduk besar bertuliskan ‘Keluarga adalah benteng utama pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba’ .

Kemudian, Nurasiah menarik napas panjang, kembali melemparkan ucapan ke infoJabar. “Saya hanya bisa mengusap dada. Ya Allah, semoga ini jadi jalan terbaik anak saya keluar dari kecanduan minum obat-obatan terlarang,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *