Keripik Tempe Kahla menjadi salah satu contoh UMKM di Kabupaten Sukabumi yang berhasil naik kelas setelah mendapatkan pendampingan dari Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (DKUKM) Kabupaten Sukabumi.
Usaha ini dirintis oleh Vivi Herviany dan Handry Wahyudi pada tahun 2014 di Kampung Nagrak Lebak, Desa Balekambang, Kecamatan Nagrak.
Pada awalnya, produksi dilakukan dari dapur rumah. Vivi memotong tempe, Handry menggoreng dan mengemas, lalu keduanya menitipkan produk ke warung dan toko terdekat. Usaha berjalan perlahan tetapi terbatas. Mereka ingin memperluas pasar, namun belum memahami cara perizinan dan kemasan yang sesuai standar.
“Waktu itu saya nggak tahu apa itu PIRT, apa itu label halal, gimana cara bikin kemasan bagus. Dinas UMKM bantu banget, dari izin, pelatihan, sampai ikut pameran,” tutur Vivi.
Dari pembinaan itulah, Kahla mulai mengikuti pameran, membuka jaringan pemasaran, dan mengenalkan produk ke pasar yang lebih luas.
Menurut Vivi, dukungan yang paling terasa adalah kemudahan komunikasi dengan pendamping serta pola pendampingan yang dilakukan secara berkelanjutan, sehingga pelaku UMKM tidak merasa berjalan sendiri.
Lapangan Kerja Meluas dan Dampaknya Nyata
Kini, Keripik Tempe Kahla memiliki dua rumah produksi, kapasitas produksi mencapai 31.000 bungkus per bulan, dan mempekerjakan 15 warga sekitar. Produk ini telah dipasarkan ke Arab Saudi, Australia, Belanda, dan beberapa negara lainnya.
Bagi Vivi, pencapaian terbesar bukan hanya penjualan, tetapi kepercayaan diri untuk melangkah dan ikut memberdayakan masyarakat sekitar.
“Alhamdulillah selama ini Dinas UMKM Kabupaten Sukabumi sudah sangat mendukung kami dari nol hingga sekarang. Kami hanya butuh terus support agar bisa tetap bersinergi. Sekarang justru kami merasa saatnya ikut membantu Dinas UMKM Sukabumi, dengan berbagi motivasi dan ilmu kepada UMKM lain. Harapannya bisa lahir Kahla-Kahla baru di Kabupaten Sukabumi,” ujarnya.
Kepala DKUKM Kabupaten Sukabumi, Sri Hastuty Harahap yang akrab disapa Tuty, menyebut Keripik Tempe Kahla kini telah menembus pasar internasional.
“UMKM Keripik Tempe Kahla yang sudah Launching Ekspor Ke Timur Tengah dan CV Karya Winazar, alat rumah tangga berbahan dasar kayu,” ujar Tuty.
Sebelum masuk pasar ekspor, DKUKM memperkuat legalitas usaha pelaku UMKM.
“Pada tahun 2025, ada 50 pelaku usaha yang sudah difasilitasi sertifikasi halal, HAKI sebanyak 50 pelaku usaha, NIB sebanyak 136 pelaku usaha,” kata Tuty.
Digitalisasi pemasaran juga menjadi bagian dari strategi pembinaan.
“Program UMKM Naik Kelas merupakan program kolaborasi antara Diskuk Provinsi Jabar dengan DKUKM Kabupaten Sukabumi. Dampak dari aplikasi SIKUMIS sejauh ini sangat membantu pelaku usaha dan DKUKM untuk mensosialisasikan produk UMKM Kabupaten Sukabumi secara langsung melalui digitalisasi,” tutur Tuty.
DKUKM juga membangun akses pemasaran melalui jejaring ritel.
“Terjalinnya kemitraan antara UMKM dengan akses pasar seperti , Yogya Dept Store , Alfamart, Indomart,” kata Tuty.







