Rencana Gubernur Jawa Barat mengenai pengaturan waktu belajar dan jam masuk sekolah memunculkan beragam tanggapan dari masyarakat. Ada yang menyambut positif, namun ada pula yang merasa keberatan.
Diketahui, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berencana menerapkan sistem baru dalam dunia pendidikan dengan mengubah jadwal masuk sekolah. Dalam kebijakan ini, jam masuk sekolah akan dimulai pukul 06.00 WIB, dan kegiatan belajar mengajar berlangsung selama lima hari, yaitu dari Senin hingga Jumat.
Wulan, salah seorang warga Cirebon, menyatakan dukungannya terhadap kebijakan tersebut. Ia mengaku tidak keberatan jika kebijakan tersebut diterapkan. Wulan sendiri adalah orang tua dari seorang siswa kelas 4 SD yang bersekolah di salah satu sekolah dasar di Cirebon.
“Kalau aku sih setuju. Masalah nyiapin sarapan sih ngga repot. Justru ini bikin anak bisa bangun lebih pagi dan jadi lebih disiplin,” kata Wulan saat berbincang dengan infoJabar di Kota Cirebon, Selasa (3/6/2025).
Pernyataan serupa disampaikan oleh Haryadi, warga Cirebon yang juga orang tua dari seorang siswa kelas 7 SMP di kota tersebut
Haryadi mengaku tidak keberatan jika waktu masuk sekolah dimajukan menjadi pukul 06.00 WIB. Meski dengan kebijakan itu, Haryadi pun harus berangkat lebih pagi untuk mengantarkan anaknya ke sekolah.
“Biasanya masuk sekolah jam 07.00 WIB. Tapi menurut saya ini bagus (jam masuk sekolah jam 06.00 WIB). Jadi anak dibiasakan bangun lebih pagi. Saya sendiri juga ngga masalah buat nganter anak ke sekolah,” kata dia.
Namun, ternyata tidak semua warga Cirebon mendukung rencana kebijakan Gubernur Jawa, Dedi Mulyadi terkait dengan aturan jam masuk sekolah.
Seperti Wawan misalnya. Warga Cirebon itu mengaku keberatan jika jam masuk sekolah dimajukan lebih pagi menjadi pukul 06.00 WIB. Wawan sendiri adalah orang tua siswa. Anaknya saat ini duduk di bangku kelas 7 di salah satu SMP Kota Cirebon.
“Kalau saya sendiri keberatan. Karena selain punya anak yang sekarang sekolah SMP, saya juga punya anak yang masih kecil,” kata Wandi.
“Jadi kalau jam masuk sekolah dimajukan, kayaknya bakal agak repot. Soalnya saya dan istri juga harus ngurus anak yang masih kecil. Yang nganter anak sekolah saya,” kata dia menambahkan.
Kebijakan ini menuai berbagai tanggapan dari kalangan pendidik di Kota Cirebon, mulai dari guru hingga kepala sekolah. Meski secara umum mendukung langkah Gubernur, mereka menekankan pentingnya proses sosialisasi kepada para siswa dan orang tua sebelum aturan ini resmi diterapkan.
Kepala SMP Negeri 1 Kota Cirebon, Lilik Agus Darmawan, mengatakan bahwa selama ini kegiatan belajar mengajar di sekolahnya dimulai dari pukul 07.00 WIB. Namun, sesuai dengan kebijakan terbaru yang akan diterapkan, jam masuk sekolah dimajukan menjadi lebih pagi, pukul 06.00 WIB.
“Biasanya kita jam 7 untuk waktu masuk sekolah,” kata Lilik saat berbincang dengan infoJabar di Kota Cirebon.
Lilik meyakini para siswa akan bisa segera menyesuaikan diri dengan aturan baru terkait jam masuk sekolah yang dimulai pukul 06.00 WIB. “InsyaAllah bisa. Saya melihat secara umum untuk Kota Cirebon, karena daerah perkotaan jaraknya dekat. Bisa diantar orang tua,” ucap Lilik.
Kendati demikian, Lilik menekankan pentingnya sosialisasi sebelum aturan tersebut resmi diterapkan. “Perlu sosialisasi juga tentunya kepada siswa maupun orang tua,” kata Lilik.
Adapun untuk kegiatan belajar mengajar yang berlangsung mulai Senin hingga Jumat, Lilik mengatakan bahwa SMP Negeri 1 Kota Cirebon telah lebih dulu menerapkan kebijakan tersebut.
“Di Kota Cirebon memang sudah berjalan lima hari sekolah. Untuk Sabtu dan Minggu itu waktu mereka untuk bercengkrama dengan keluarga. Family time lah,” kata Lilik.
“Jadi bahwa soal pendidikan ini bukan hanya kewajiban sekolah. Tapi ada orang tua dan masyarakat. Jadi di sekolah Senin sampai Jumat, sedangkan Sabtu sampai Minggu silakan dengan orang tua,” kata dia.
Terpisah, Neni, seorang guru di SMP Negeri 16 Kota Cirebon, turut menanggapi aturan baru yang akan diterapkan Gubernur Jawa Barat terkait jam masuk sekolah dan waktu kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dari Senin hingga Jumat.
Neni sendiri mengaku mendukung kebijakan tersebut. Neni menilai perubahan jam masuk sekolah yang akan diterapkan lebih awal dari biasanya itu tidak akan menyulitkan.
“Aturan ini bagi guru sih tidak menyulitkan. Bagi orang tua yang mendukung juga tidak,” kata Neni.
Selain itu, Neni juga mendukung waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung mulai Senin-Jumat. Dengan catatan, hari Sabtu dan Minggu harus tetap dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan positif.
Dalam hal ini, Neni mendorong para siswa agar menggunakan waktu di akhir pekan untuk mengembangkan keterampilan hidup (life skill) yang bermanfaat bagi masa depan mereka.
“Life skill di sini artinya, misal yang orang tuanya dagang, ya bisa ikut. Yang orang tuanya bertani, ya ikut ke sawah. Jadi anak itu punya skill,” kata Neni.
Sekadar diketahui, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bersiap menerapkan sistem baru dalam dunia pendidikan. Dedi berencana memberlakukan jadwal belajar dari Senin hingga Jumat, dengan jam masuk dimulai pukul 06.00 pagi untuk tingkat dasar hingga menengah.