Sepekan ini berbagai peristiwa terjadi di Priangan Timur, petaka longsor tewaskan warga di Garut dan Tasikmalaya, konflik macan tutul di Gunung Syawal hingga kasus dugaan tiket palsu berujung pemecatan 7 pegawai di Pangandaran.
Berikut rangkuman berita yang dihimpun dalam Priangan Timur Sepekan :
Senin (4/8/2025) dini hari, petaka tiba-tiba datang menerjang warga di Garut dan Tasikmalaya. Saat mereka sedang terlelap di dalam tidurnya, longsor kemudian datang dan akhirnya menimbulkan korban jiwa.
Di Desa Cidugaleun, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya misalnya, seorang anak berusia 8 tahun bernama Nabila Putri meninggal dunia dalam insiden ini. Pada saat itu, korban sedang terlelap bersama ibu dan dua saudaranya, lalu terkubur tanah dengan kondisi berselimut kain sarung.
Jasad bocah malang itu pun kini sudah dimakamkan. Isak tangis ayah dan kerabat mewarnai proses pemakaman, karena keluarga tidak pernah menyangka nyawa anaknya berakhir saat hujan melanda.
Petaka ini juga ibu kandungnya bernama Sinta dan dua saudara kandung almarhum masih berjuang untuk hidup. Ketiganya menjalani perawatan medis di RSUD KHZ Musthafa. Bahkan, sang ibunda harus masuk meja operasi bedah karena luka serius di wajah dan kepala.
“Jadi yang tiga orang dari Cigalontang korban longsor di IGD kami. Ibunya harus menjalani tindakan lebih lanjut antisipasi ada infeksi,” Kata Kasi pelayanan Medis RSUD KHZ Musthafa, dr Sudaryan.
Saat kejadian, rumah korban dilalporkan dihantam longsor tebing setinggi 10 meter. Nabila, bocah malang itu tertimpa reruntuhan rumah dan dinyatakan meninggal dunia.
Kemudian, longsor juga terjadi di Kampung Cijelereun, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Pagar rumah warga setinggi lima meter ambruk diterjang longsor. Nahasnya, rumah milik Handa yang berada di bawahnya tertimpa reruntuhan dan menyebabkan dua ruangan kamar tidur jebol.
Longsor pun tak hanya merusak bangunan di sana. Empat penghuni rumah dilaporkan tertimpa reruntuhan. Marlina (35), anak pemilik rumah, mengalami luka di bagian kaki. Anak Marlina, Mega (3), mengalami luka di bagian kepala dan dirujuk ke RSU KH. Zaenal Mustofa, Singaparna. Siti Nurjanah (21), anak pemilik rumah lainnya, mengalami luka ringan di kaki, sementara bayinya yang berusia 8 bulan, Kaesa, selamat tanpa luka.
“Empat orang luka-luka dibawa ke Puskesmas Salawu dan RSU KHZ Mustofa. Untungnya tidak sampai ada korban jiwa,” kata Kapolsek Salawu, AKP Dedi Darsono, kepada infoJabar.
Selain itu, longsor juga menimpa Jalan Raya Provinsi yang menghubungkan Kabupaten Tasikmalaya dan Garut. Tebing setinggi 18 meter ambrol dan menutup sebagian badan jalan, menyebabkan arus lalu lintas tersendat dari kedua arah.
“Evakuasi tanah longsoran dilakukan menggunakan alat manual seperti cangkul, sekop, dan gerobak dorong oleh pekerja Dinas PUPR, Polri, dan warga masyarakat setempat. Alhamdulillah, jalan sudah bisa dilintasi,” jelas Dedi.
Akibat bencana ini, 9 kepala keluarga (KK) atau 43 jiwa terdampak banjir di Kampung Cilembu, Desa Cikunten, Kecamatan Singaparna, pada hari yang sama. Sekitar 11 rumah warga terendam banjir akibat luapan Sungai Cikunten yang diguyur hujan deras sejak Minggu (3/8/2025) malam.
Dampak terparah dialami rumah milik Ai Maryati (60), warga Kampung Cilembu RT 08 RW 02. Bagian belakang rumahnya ambruk karena tergerus luapan Sungai Cikunten dan genangan air kiriman dari Sungai Citatah.
Sementara di Garut, kondisinya tak lebih parah. Seorang anak perempuan berusia 10 tahun tewas dalam insiden longsor di Kampung Cipongpok, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Banjarwangi, Senin, (4/8/2025) dini hari.
Longsor ini berasal dari tebing setinggi 7 meter setelah wilayah tersebut diterjang hujan deras. Longsor membawa material tanah, bebatuan hingga pohon dan menimpa sebuah rumah yang ada persis di bawah tebing.
Petaka itu pun tak bisa dihindarkan. Longsor menewaskan seorang anak perempuan berusia 10 tahun bernama Gina. Sang ibu, yang saat kejadian berada persis di samping Gina, berhasil diselamatkan.
“Tim SAR gabungan kemudian langsung melakukan evakuasi para korban setelah mendengar informasi tersebut. Jasad korban juga langsung dievakuasi,” kata Kapolsek Ipda Ipar Suparlan.
Konflik antara satwa liar, terutama macan dengan manusia di Kabupaten Ciamis kerap terjadi, khususnya di wilayah yang berada di kaki Gunung Sawal. Meski tidak pernah menimbulkan korban jiwa, teror macan tutul hingga kini masih kerap terjadi.
Menurut data Bidang KSDA Wilayah III Ciamis Balai Besar KSDA Jawa Barat, konflik macan tutul paling masif terjadi pada 2019 hingga 2022, dengan total mencapai lebih dari 60 kejadian. Korban yang tercatat adalah 60 ekor kambing atau domba milik warga. Konflik ini terjadi dengan frekuensi bervariasi, kadang sebulan sekali, bahkan ada yang setiap minggu.
“Konflik yang terjadi tahun 2019 sampai 2022 tercatat ada sekitar 60 kejadian dengan korban 60 ekor domba,” ujar Kepala Bidang KSDA Wilayah III Ciamis Ahmad Arifin, Jumat (8/8/2025).
Konflik tersebut dipicu berbagai faktor. Salah satunya diduga akibat persaingan kekuasaan antar macan dewasa. Pada masa itu, seekor macan tutul bernama Si Abah, yang dikenal sebagai penguasa Gunung Sawal, masih hidup. Belakangan, Si Abah diduga tersingkir karena sudah tua.
Macan tutul tersebut diketahui sempat terperangkap oleh warga yang resah dengan kemunculannya dan memangsa ternak. Setelah tertangkap kemudian diarahkan kepada pihak terkait untuk menjalani rehabilitasi, lalu dilepasliarkan kembali di Suaka Margasatwa Gunung Sawal.
Setelah tersingkir, Si Abah ditemukan mati dengan kondisi tinggal tulang di usia tua. Ahmad menegaskan, Bidang KSDA Ciamis pun tetap responsif dalam penanggulangan konflik satwa liar yang terjadi. Upayanya dengan melakukan upaya penjagaan dan memberikan bantuan penguatan kandang ternak warga.
Konflik antara satwa liar dengan manusia pun kini mulai mereda meski sempat beberapa kali terjadi. Warga yang tinggal di kaki Gunung Sawal diketahui sudah tak lagi menyimpan kandang ternak mereka di kebun tapi lebih dekat dengan permukiman.
Menurut catatan infoJabar, konflik antara macan dan manusia setempat terjadi pada 1 Juli 2024. Macan tutul turun gunung ke permukiman kembali meresahkan warga Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis.
Bahkan seorang warga berhasil merekam macan tutul yang mondar-mandir di halaman rumah menggunakan kamera ponsel.
Video rekaman macan tutul tersebut pun beredar luas melalui aplikasi WhatsApp. Dilihat dalam video berdurasi 1 menit 39 info itu nampak seekor macan tutul berukuran sedang terlihat terdiam, kemudian bergerak mondar mandiri diduga mencari mangsa hewan ternak. Namun dalam kejadian ini, macan tak memangsa ternak, tapi 5 kucing.
Warga merekam macan tutul itu dari dalam rumah. Tak lama kemudian perekam pun mengusir macan tersebut. Lokasi rumah warga tersebut berada di ujung kampung dekat kaki Gunung Sawal.
Berdasarkan hasil kamera trap BKSDA Ciamis yang dipasang pada 2022, populasi macan tutul di SM Gunung Sawal tercatat ada lima ekor. Rinciannya, dua jantan dewasa, dua betina dewasa, dan satu anak macan tutul.
Pada 2024, KSDA telah memasang 40 kamera trap dan saat ini masih dalam proses identifikasi. Kehadiran anak macan tutul membuktikan bahwa populasi satwa ini di Gunung Sawal berkembang dengan baik.
“SM Gunung Sawal adalah rumah yang ramah bagi satwa liar,” kata Ahmad Arifin.
Kasus dugaan tiket wisata palsu di destinasi Pantai Pangandaran masih terus bergulir. Meskipun proses hukum masih berjalan, sebanyak 99 dari 110 pegawai honorer bagian ticketing di kawasan wisata tersebut kini telah kembali bekerja seperti biasa. Dari data yang ada, sebanyak 7 orang pegawai ticketing diputuskan untuk tidak lanjut bekerja.
Keputusan tersebut berdasarkan rekomendasi langsung dari Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami. Meski begitu, pihak Bapenda Pangandaran tidak merinci apakah ketujuh orang yang diberhentikan itu terbukti terlibat langsung dalam kasus dugaan tiket palsu atau tidak.
Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Pangandaran, Sarlan, menyebutkan pihaknya telah menerima rekomendasi terkait pegawai yang diizinkan bekerja kembali.
“Jadi kalau saya itu hanya menerima rekomendasi ini yang bisa bekerja lagi, totalnya ada 99, lalu kebijakan ibu (bupati) yang diberhentikan ada 7 orang, sisanya menunggu keputusan ibu,” katanya, Kamis (7/8/2025).
Dugaan tiket wisata palsu ini mencuat setelah adanya operasi tangkap tangan (OTT) terkait pungutan liar di pintu masuk objek wisata Pantai Pangandaran. Plt Kasi Humas Polres Pangandaran, Iptu Yusdiana, mengatakan pihaknya telah meminta klarifikasi dari 13 orang terkait kasus tersebut. Termasuk beberapa pejabat dari lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran.
“Kami juga akan mengundang beberapa orang lagi terkait dugaan tiket wisata palsu dari pihak perbankan dan asuransi,” kata Yusdiana.
Sementara itu, Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami, menegaskan untuk urusan hukum diserahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian. Ia mengaku tidak melapor secara pribadi karena kasus ini terbongkar melalui OTT.
“Kalau saya sebagai kepala daerah mengikuti prosesnya, kalau kita sanksinya diberhentikan, kalau kasus hukum ke polisi, saya tidak melaporkan karena tangkap tangan, kemarin petugas tiket ada yang diberhentikan,” kata Citra di Pendopo Parigi.
“Kalo proses hukum kami serahkan kepada pihak kepolisian, untuk Pemkab kami percayakan pada Inspektorat yang sudah bekerja keras menangani kasus ini,” ucapnya.