Port FC, tim undangan asal Thailand, sukses keluar sebagai juara baru setelah menaklukkan Oxford United, tim undangan lainnya dari Inggris dengan skor tipis 2-1.
Di partai puncak, Port FC bangkit dari ketinggalan. Oxford United unggul lebih dulu melalui gol yang dicetak Mark Harris di menit 11. Di akhir babak pertama, Port menyamakan, kedudukan lewat aksi Teerasak Poeiphimai.
Port balik unggul di setelah Brayan Perea mencatatkan, namanya di papan skor pada menit 48. Skor ini bertahan hingga akhir dan memastikan Port FC pemenang Piala Presiden 2025 sekaligus melahirkan juara baru.
Laga yang digelar pada Minggu (13/7/2025) malam itu menjadi penutup dari turnamen pramusim yang kembali menghadirkan nuansa kompetitif sekaligus menjadi hiburan rakyat khusus di Jawa Barat.
Piala Presiden bukan sekadar soal kompetisi sepak bola, trofi juara hingga pertandingan seru. Di balik itu, roda ekonomi masyarakat ikut berputar. Kabupaten Bandung, sebagai tuan rumah, merasakan langsung dampak positif dari penyelenggaraan turnamen ini.
Sejak pertandingan fase grup dimulai, geliat ekonomi terlihat di berbagai sektor. Hotel-hotel di sekitar Stadion Si Jalak Harupat peningkatan okupansi yang signifikan. Warung makan, pedagang kaki lima, hingga toko suvenir ramai dikunjungi penonton dari luar kota bahkan luar negeri.
“Alhamdulillah, sejak Piala Presiden digelar, omzet saya naik hampir dua kali lipat. Banyak yang mampir beli makanan sepulang nonton,” ujar Asep (42), penjual batagor saat diwawancarai di sekitar Stadion Jalak Harupat belum lama ini.
Tak hanya pedagang kuliner, pelaku UMKM lain seperti produsen kaus bertema sepak bola, perajin stiker, dan penjual pernak-pernik tim-tim peserta juga kebagian rezeki.
Sejumlah titik di sekitar stadion bahkan menjadi ajang bazar mini dadakan. Tercatat ada sekitar 110 gerai UMKM yang mejeng memeriahkan gelaran Piala Presiden 2025. Tanpa dipungut biaya untuk menjajakan produknya, pelaku UMKM ini berhasil mengantongi omset jutaan rupiah setiap kali pertandingan digelar.
“Jumlah UMKM 110 pedagang, rata-rata penjualan Rp 2-5 juta per hari,” ucap Ketua Stering Comitte Piala Presiden 2025 Maruarar Sirait.
Maruarar menegaskan, komitmen dari penyelenggara Piala Presiden untuk menjadikan turnamen ini sebagai ajang yang memberi dampak nyata bagi ekonomi rakyat.
“Piala Presiden harus membawa kebahagiaan. Tidak hanya untuk pencinta sepak bola, tetapi juga bagi para pelaku UMKM. Ini bukan sekadar turnamen, tapi juga penggerak ekonomi rakyat,” ujarnya.
Hal serupa juga diungkap Ali Syakieb, Wakil Bupati Bandung yang menyebut hadirnya Piala Presiden membuat ekonomi masyarakat Kabupaten Bandung bergeliat. Karenanya, Ali berharap Bandung bisa terus jadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Presiden.
“Alhamdulillah setiap pertandingan siapa lawan siapa di situ di ditunjukin penontonnya ada berapa, umkm ada berapa bahkan perputaran duitnya berapa. Yang jelas intinya banyak sekali dampak yang sangat bermanfaat untuk masyarakat,” terangnya.
“Contohnya kan kayak UMKM jadi ikut ke angkat. Alhamdulillah Piala Presiden itu dampak dari segi ekonominya di Kabupaten Bandung cukup luar biasa, bukan dari segi UMKM doang, perhotelannya dan sektor yang lain juga,” sambungnya.
Sementara Gubernur Jabar Dedi Mulyadi menuturkan, berkat penyelenggaraan Piala Presiden 2025, geliat pendapatan pelaku UMKM bertumbuh secara signifikan. Tidak hanya UMKM, semua aspek ekonomi sosial juga mendapatkan manfaat adanya turnamen ini.
“Bahwa piala ini memberikan efek ekonomi karena tumbuhnya ekonomi umkm ekonomi kerakyatan para pedagang bisa laku jualannya, angkot ada penumpangnya, ojek kebagian narik, petugas kebersihan ada ordernya keamanan bekerja dengan seluruhnya memberikan kesan nyaman,” Dedi Mulyadi.
Penyelenggaraan Piala Presiden 2025 juga sangat menjunjung tinggi nilai fairplay dan sportivitas. Tidak ada insiden berarti di dalam maupun luar lapangan. Penonton dari berbagai latar belakang bersatu dalam semangat sportivitas.
Turnamen ini juga menghadirkan hiburan rakyat secara nyata. Tiket dengan harga terjangkau, akses gratis ke area fan zone, hingga konser musik yang digelar di sela pertandingan, menjadikan Piala Presiden lebih dari sekadar tontonan olahraga.
Di partai final yang dihadiri sekitar 15 ribu penonton, disuguhkan atraksi memukau dari 1.200 drone. Selain itu, ada juga, ratusan anak-anak sekolah sepakbola unjuk gigi dengan aksi melakukan juggling bola.
Piala Presiden 2025 digelar pada 6-13 Juli 2025 bertepatan dengan libur sekolah. Menurut Dedi, ajang ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga media pembelajaran nilai sportivitas bagi anak-anak.
“Liburan ini dimanfaatkan untuk membangun nilai sportivitas, seperti yang ditunjukkan oleh klub-klub peserta Piala Presiden,” ujarnya.
“Ini adalah kegiatan yang memberikan hiburan bagi masyarakat Jabar karena kan hari ini anak sekolah masih libur dan saya lihat ekonomi tumbuh,” lanjut Dedi.
Keberhasilan dua klub luar negeri melaju ke partai puncak menjadi alarm tersendiri bagi klub-klub lokal untuk bisa meningkatkan daya saing. Di Piala Presiden ini, juga diikuti beberapa klub lokal seperti Arema FC, Persib Bandung, Dewa United, dan Liga Indonesia All Star.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut, ke depan klub lokal harus dapat bersaing di kancah yang lebih tinggi tidak hanya di dalam negeri. Panitia Piala Presiden juga berencana untuk mengundang kembali klub internasional mengikuti turnamen edisi mendatang.
“Ke depan, kami ingin agar klub-klub lokal tidak hanya berpartisipasi, tapi berprestasi. Ini tantangan sekaligus peluang untuk berbenah dan bangkit,” ucap Erick.
Di sisi lain, dia pun mengapresiasi suksesnya gelaran Piala Presiden 2025 yang dinilai telah mengalami peningkatan signifikan dalam bobot dan gengsi. Hal ini dilihat dari segi nilai sponsor yang mencapai Rp68 miliar dan total hadiah Rp11,5 miliar tim juara dan beberapa kategori penghargaan lainnya.
“Final ini membuktikan bobot dan gengsi Piala Presiden sudah naik kelas. Tidak hanya sekadar turnamen pramusim, tapi ajang ini kini jadi magnet bagi klub-klub luar negeri dan sekaligus jadi tolok ukur daya saing klub-klub Indonesia,” kata Erick bangga.
Erick juga menyebut, hadirnya Port FC dan Oxford United menjadi cara PSSI dan panitia Piala Presiden untuk mempromosikan para pemain Indonesia untuk bisa berkancah di luar negeri.
“Ya, itu salah satu (manfaat) ya, karena kita inginkan juga bahwa banyak pemain kita tidak hanya bisa berkarier di dalam negeri, tapi juga bisa berkarir di luar negeri,” ujarnya.