Pesona Pasar Seni ITB 2025 Bikin Warga Bandung Bernostalgia

Posted on

Suasana kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jalan Ganesha, Minggu (19/10/2025) pagi, tampak berbeda dari biasanya. Sejak pagi hari, ribuan orang sudah memenuhi area kampus. Mereka demi merasakan kembali atmosfer Pasar Seni ITB 2025 yang akhirnya kembali digelar setelah satu dekade vakum.

Begitu melangkah masuk, perhatian pengunjung langsung tersedot oleh sosok paus raksasa berwarna merah muda yang seolah melayang di antara pepohonan kampus. Instalasi itu bukan sekadar pajangan megah, ia membawa pesan ekologis yang kuat.

Karya berjudul ‘Widya Segara’ ini merupakan ciptaan seniman Arkiv, yang dikenal lewat karakter Mickiv. Instalasi tersebut lahir dari proyek Media Segara Project, inisiatif kreatif yang menyoroti isu pencemaran laut dan sampah plastik, terutama di wilayah Bali.

Masih di lokasi yang sama, ada pula ‘Pterodactyl’ karya Septian Harriyoga, makhluk logam berukuran 160x60x60 sentimeter yang mengepakkan sayapnya dengan motor listrik. Terbuat dari dural, kuningan, dan gir besi, karya ini memikat banyak mata, memadukan estetika mekanik dan imajinasi masa purba.

Selain karya instalasi, lukisan-lukisan dengan ragam tema dan warna turut memadati dinding Aula Barat dan Timur. Beberapa seniman mengangkat isu sosial dan lingkungan, sementara lainnya bermain dengan bentuk-bentuk abstrak yang mengundang tafsir.

“Menarik acaranya, dulu pernah ke sini (Pasar Seni ITB), tapi udah lama gak diadain kan jadi penasaran mau ke sini lagi,” ucap Robi salah satu pengunjung asal Bandung saat diwawancarai.

Hal senada diungkapkan Windy, pengunjung lain yang antusias menikmati setiap sudut acara. “Ini kan udah jadi ikon Bandung yah dari dulu. Jadi kalau ada pasti saya datang ke sini karena emang seru aja gitu,” ucapnya.

Pameran seni rupa menjadi jantung utama Pasar Seni ITB 2025. Lebih dari 100 karya dari 80 seniman ditampilkan di dua aula utama kampus, menjadi representasi perkembangan seni rupa di Bandung yang dinamis dan kaya eksperimen.

Kurator pameran Rizqi Ahmad Zaelani menjelaskan, pameran ini merekam perjalanan panjang seni rupa Bandung dari masa ke masa.

“Pameran ini merentang karya-karya yang diciptakan sejak perintisan seni rupa, khususnya di Bandung, sampai karya-karya yang kita kenal saat ini. Medium yang digunakan juga sangat beragam, dari lukisan yang paling umum sampai desain interaktif yang bisa direspons langsung oleh pengunjung,” ujarnya.

Sebagian besar seniman yang berpartisipasi merupakan alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, namun sejumlah perupa profesional lintas latar juga turut serta.

Sementara Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara dalam sambutannya menyatakan, Pasar Seni ITB bukan hanya festival, tetapi ekosistem kebudayaan yang mempertemukan manusia lewat karya.

“Pasar Seni menjadi pertemuan tanpa sekat di mana seni tidak hanya ada di galeri-galeri, tapi bisa dilihat secara langsung oleh masyarakat. Ini keberanian dan kejujuran para seniman, desainer, termasuk mahasiswa,” ujar Prof. Tata.

Dengan mengusung tema ‘Setakat Lekat’, acara ini berupaya menyatukan beragam praktik seni lintas disiplin, komunitas, dan generasi. Setelah vakum 10 tahun, ITB berusaha menghadirkan kembali ruang ekspresi yang inklusif, di mana teknologi dan seni bertaut, tapi tetap berpijak pada nilai kemanusiaan.

“Sekarang tidak ada lagi sekat antara teknologi, informasi, notifikasi, dan seni, tapi kita juga tetap harus lekat dengan kemanusiaan dan kreativitas. Makanya kita ingin mengembalikan makna seni dalam keseharian,” ungkapnya.

“Semoga Pasar Seni menjadi bahasa dari universitas untuk bisa menyemai kembali kemanusiaan,” pungkasnya.

Lebih dari 100 Karya, 80 Seniman, dan Ribuan Cerita

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *