Perjuangan Sunyi Ase di Balik Karatagan dan Hymne Bandung Barat

Posted on

Bandung Barat hudang tandang berjuang
Ngawangun negeri jembar waluya
Ngawangun praja warisan purwa
Wibawa mukti kerta raharja
Sugih pangarti nyantri nyakola
Nyunda nyatana nanjer komara
Nyangga budaya ngadep wibawa
Luhur ajena agung bangsana
Sehat lahirna sehat batinna
Jagjag waringkas jiwa santika
Bandung Barat sayaga
Bandung Barat sawawa
Bandung Barat jaya

Lirik berbahasa sunda itu merupakan bagian utuh dari lagu Karatagan Bandung Barat. Lagu yang mengisahkan semangat perjuangan di balik lahirnya Kabupaten Bandung Barat setelah memisahkan diri dari induknya, Kabupaten Bandung pada tahun 2008 silam.

Di baris pertamanya tertulis Bandung Barat Hudang Tandang Berjuang, yang berarti Bangun, Berani, Berjuang. Dilanjutkan dengan lirik Ngawangun Negeri Jembar Waluya yang bisa diartikan membangun negeri yang luas, makmur, sehat, dan selamat.

Dari dua penggal lirik itu saja, bisa dipastikan terkandung harapan dan keinginan masyarakat Bandung Barat akan pemerintahanya. Menginginkan kondisi yang selamat, sentosa, sejahtera, dan berjaya.

Karatagan Bandung Barat itu lahir dari kreativitas seorang pria yang kini sudah lanjut usia, namanya Ase Rukmantara. Tak cuma Karatagan, pria asal Cipatat, Bandung Barat itu juga melahirkan Himne Bandung Barat.

Dua lagu berbahasa sunda yang selalu diputar dan dinyanyikan pada momen tertentu terutama peringatan hari jadi Bandung Barat. Sejak 2008, lagu itu mengiringi perjalanan daerah yang baru seumur jagung.

“Jadi saya bikin lagu itu tahun 2008, waktu itu ada sayembara. Nah saya diminta ikut buat Karatagan dan Himne Bandung Barat,” ujar Ase saat berbincang dengan infoJabar, Selasa (26/8/2025).

Proses kreatifnya tak terlalu lama. Bercerita dengan penuh percaya diri, Ase mengisahkan kalau lagu itu selesai dalam waktu cuma sejam. Kemudian karyanya dikirim ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Bandung Barat sehari sebelum penutupan.

“Itu juga saya bikinnya di info-info akhir, sehari mau tutup. Tapi ya selesai cuma 1 jam, karena memang enggak terlalu sulit. Sebelumnya saya sudah pernah buat lagu juga untuk Kabupaten Bogor,” kata Ase.

Seolah ia yakin akan menang, benar saja. Sepekan berselang, ada pengumuman lagu ciptaannya jadi pemenangnya. Hadiah uang Rp40 juta ia bawa pulang, meskipun jumlahnya dipotong oleh pajak sehingga tak bulat.

“Dua lagu itu hadiahnya Rp40 juta, cuma dipotong pajak 20 persen jadi saya cuma dapat Rp32 juta,” katanya sembari terkekeh.

Lagu itu ia tuangkan dengan harapan membuncah. Kebahagiaan ketika daerah tempatnya lahir dan dibesarkan mampu mandiri, berdiri sendiri, dan berdikari. Segudang harapan pula agar warganya bisa sejahtera dan lebih diperhatikan.

“Lagu itu sebagai peringatan buat pemimpin KBB, sebagai pemimpin mereka harus memikirkan rakyat. Jadi saya sebagai warga asli KBB saya minta tolong agar rakyat diperhatikan, rakyat disejahterakan. Apalagi dengan semangat yang masih baru setelah KBB jadi kabupaten sendiri,” kata Ase.

“Makanya kan di liriknya ada Hudang Tandang Berjuang atau artinya bangkit berani dan berjuang. Karena kita semua orang Bandung Barat berjuang bersama mendirikan Bandung Barat, lepas dari Kabupaten Bandung,” imbuhnya.

Pesan lain yang ia sisipkan di lirik Karatagan dan Himne Bandung Barat yakni Sugih pangarti nyantri nyakola. Dorongan agar kaya akan pengetahuan juga mesti memiliki sifat nyantri mengacu pada sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa.

“Rakyatnya juga harus memoles diri, harus berpendidikan supaya bijaksana. Kemudian harus myantri, supaya kehidupannya berkah. Bukan berarti memonopoli agama, kita tahu ada agama lain di KBB. Cuma kan di tiap agama ada istilahnya ‘nyantri’, kalau di kita kan nyantri itu yang luhur budi dan pengetahuan agamanya,” ujar Ase.

Namun di balik makna lagu yang begitu apik dan sangat filosofis, justru kehidupan pribadi Ase dan istrinya jauh dari perhatian pemerintah. Keduanya tinggal di rumah sederhana. Tanpa perhatian pemerintah dalam bentuk royalti dan penghargaan.

Jauh di lubuk hatinya, ia sedikit merasa tak ikhlas dengan perlakuan yang didapat. Kecintaannya pada tanah kelahiran tak bersambut uluran tangan pemerintah. Hari demi hari, ia mulai terlupakan.

“Lagu saya sering diputar, terus sering dijadikan sebagai lagu untuk lomba kesenian. Tapi sama sekali saya enggak pernah diundang sebagai penciptanya, saya ya dilupakan,” kata Ase.

Beberapa berganti kepala daerah, nasibnya tak kunjung berubah. Padahal dalam Himne Bandung Barat yang digubahnya, tercurah keinginan agar pemerintah mensejahterakan rakyatnya.

“Cuma kan faktanya sampai sekarang tidak seperti itu, dua bupati masuk penjara, sudah tidak sesuai dengan semangat dan pesan yang saya tuangkan di lagu itu. Makanya sekarang, ada bupati baru, saya minta supaya seniman dsn rakyat diperhatikan,” kata Ase.

Pesan pada Pemerintah Agar Sejahterakan Warganya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *