Perempuan Berseragam Merah Berjuang untuk Upah Layak di Bandung

Posted on

Di tengah terik cuaca Kota Bandung, lebih dari 20 perempuan berseragam kaos merah berdiri di Taman Cikapayang, Kamis (1/4/2025) siang. Melawan panas dengan topi ala kadarnya, sebagian perempuan berusia paruh baya tersebut membentangkan sejumlah spanduk.

Isi tulisannya merupakan keluhan dan tuntutan mereka agar mendapatkan kondisi kerja yang lebih layak. Di peringatan Hari Buruh, para perempuan yang didominasi kaum ibu tersebut sengaja datang menempuh jarak hampir 30 kilometer untuk bersuara.

Salah satu peserta aksi yang tidak mau disebutkan namanya, R (48), mengatakan mereka datang dari Kabupaten Sumedang dengan menyewa angkutan kota (angkot). Sedari pagi, mereka bersiap datang ke Bandung mewakili lebih dari 300 pekerja yang bekerja di tempat yang sama.

Kala infoJabar berbincang dengan R, sebagian dari peserta terpantau tengah beristirahat. Ada yang saling berbincang, makan, hingga berdandan.

R mengatakan ini bukan kali pertama ia mengikuti aksi unjuk rasa di momen Hari Buruh. Sejak bekerja d tahun 2015, hampir tiap tahun ia selalu turun ke jalan untuk menyuarakan pendapatnya terkait tuntutan kerja layak.

Ia yang bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu institusi pendidikan tersebut menyebut upahnya masih jauh dari layak untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Rata-rata pekerja seperti saya, tenaga kebersihan di universitas itu gajinya di bawah UMR. Saya sendiri dapat Rp1.275.000 per bulan, kerja Senin sampai Jumat, jam 7 sampai 11 siang,” ungkapnya.

Jam kerja tersebut, ia mengatakan, juga telah dipangkas sebagai buah hasil dari hasil unjuk rasa beberapa tahun ke belakang. Sebelumnya, ia dan rekan-rekannya harus bekerja dari pukul 7 pagi hingga 3 sore dengan nominal upah yang lebih kecil.

“Saya kerja dari 2015. Selama 10 tahun itu kenaikan gaji baru 3 kali, setelah ada pengajuan. Kita juga bikin serikat pekerja taun 2016,” terangnya.

Ia mengatakan, sebagai petugas kebersihan perempuan, salah satu kendala yang dihadapi adalah ketika harus mengangkat tumpukan sampah ke tempat angkut. Tak jarang sampah menumpuk dalam jumlah besar dan berat untuk diangkat.

“Kalau ngangkut sampah aja kendalanya kadang-kadang, karena jarak cukup jauh dan berat. Tapi justru perempuan yang lebih banyak kerja sebagai petugas kebersihan di sana,” ungkapnya.

Dengan pekerjaan fisik yang cukup menguras tenaga, R berharap bisa terjadi penyesuaian nominal upah menjadi lebih memadai. Terlebih, ia mengatakan, status kepegawaian para petugas kebersihan di tempatnya bekerja itu tidak pernah jelas.

‘”Harapan saya turun ke jalan dari tahun ke tahun, adalah perbaikan status kerja dan upah layak. Kita tidak meminta jam kerja berkurang, tapi minimal upah naik,” harapnya.

“Kita ini disebut pegawai outsource bukan, pegawai tetap bukan, pegawai kontrak juga bukan karena tidak pernah ada tanda tangan kontrak. Kalau mau bayar BPJS Ketenagakerjaan juga upah kami minim, enggak cukup,” lanjutnya.

R juga mengatakan ia kerap mengikuti pelatihan-pelatihan yang memberi wawasan terkait hak serta kewajiban pekerja. Lembaga-lembaga seperti LBH, ia mengatakan, adalah salah satu yang kerap memberi pelatihan.

“Tujuannya supaya saya kalau turun ke jalan, saya bisa mengerti masalahnya. Setidaknya tahu hak dan kewajiban buruh,” ungkapnya.

Sejak awal bekerja, ia mengatakan suami dan keluarga selalu mendukung pekerjaannya hingga aksi-aksi yang ia ikuti. R juga mengaku tidak kesulitan untuk membagi waktu antara pekerjaan domestik di rumah dengan pekerjaan sehari-hari sebagai petugas kebersihan. Termasuk ketika harus berkegiatan mengikuti aksi damai di Hari Buruh.

“Di rumah asal stok makanan selalu tersedia, aman. Yang penting ada makanan saja, tidak susah,” ungkapnya.

Ibu dua anak tersebut berharap tuntutan upah layak yang dilayangkan ia dan rekan-rekannya dapat terwujud. Pasalnya, meski suami rutin menafkahi, namun pekerjaannya yang tidak tetap membuat R berupaya membantu.

“Harapan ibu tiap tahun turun ke jalan itu adalah upah yang naik. Ada yang nafkahin di rumah, tapi selama saya sehat, saya juga akan terus bekerja,” tutupnya.

Didukung Keluarga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *