Perajin Batik Tasik di Tengah Beragam Tantangan

Posted on

Denyut bisnis kain batik di Tasikmalaya mengalami kemunduran jika dibanding puluhan tahun silam. Di masa kejayaannya era tahun 50-an hingga 70-an, bisnis batik di Tasikmalaya menjadi salah satu industri besar yang bisa menampung ribuan pekerja.

Salah satu buktinya adalah keberadaan koperasi Mitra Batik, yang melegenda. Dijadikan nama jalan dan menjadi tonggak kejayaan koperasi di Indonesia.

Seiring perkembangan zaman, bisnis batik di Tasikmalaya mulai redup. Tapi para pelaku usaha batik masih sanggup bertahan, menjaga eksistensi warisan budaya Indonesia itu tetap menyala. Optimisme para perajin batik di Tasikmalaya masih tinggi.

“Dari kami di Hari Batik Nasional tahun ini, semoga batik semakin maju, semakin dicintai, karyawannya semakin banyak, perajin batik semakin banyak. Masyarakat juga semakin gemar pakai batik,” kata Hj Enok Sukaesih (65), salah seorang perajin batik di Kampung Ciroyom, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Kamis (2/10/2025).

Enok mengatakan walau tak sebesar dulu, tapi roda bisnis perajin batik di Tasik masih berputar. Ia sendiri saat ini memiliki 40 orang karyawan. Bahkan dia juga mengatakan regenerasi para perajin batik masih bagus. Banyak anak muda yang tertarik terjun menjadi perajin atau menjadi bagian dari bisnis ini.

“Pekerja kurang lebih 40 orang, semua asli di sini. Regenerasi juga ada, anak-anak juga terjun di batik. Cuma kalau untuk batik tulis masih tetap ibu yang pegang, tapi secara umum mereka sudah bisa dan sudah tahu,” jelas Enok.

Menurut Enok, salah satu yang harus dilakukan oleh para perajin batik itu adalah terus meningkatkan kualitas dan mampu adaptasi dengan perkembangan zaman.

“Makna Hari Batik ya kita selalu diingatkan, kita harus lebih giat berkarya, kita harus lebih meningkatkan kualitas batik, dan kita harus percaya diri dengan apa yang kita karyakan,” ujar Enok.

Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Chandra menjelaskan peringatan hari batik bukan hanya soal melestarikan batik, tetapi juga mendorong batik sebagai kekuatan ekonomi bangsa.

“Batik bukan sekadar kain bermotif indah, melainkan identitas bangsa dan aset ekonomi yang berpotensi besar bagi negara,” ungkap Diky.

Menurut Diky kecintaan masyarakat Indonesia terhadap batik menjadi energi positif yang menular hingga ke mancanegara. Banyak warga dunia kini mulai menyukai batik karena semangat tersebut.

Fenomena ini serupa dengan bagaimana ramen, makanan khas Jepang, menjadi sangat populer di Indonesia.

“Kecintaan warga Jepang pada ramen menular ke masyarakat Indonesia. Hal yang sama juga terjadi dengan batik kita,” kata Diky.

Warisan budaya ini, kata Diky harus bisa menjadi sumber penggerak ekonomi. Walau tantangan tetap ada, seperti persaingan dengan batik cetak mesin dan perubahan tren fashion, tapi dia optimistis batik bisa bertahan.

“Kami berharap batik tidak hanya dipakai di acara resmi, tetapi juga menjadi pilihan untuk kegiatan sehari-hari. Karena kita tidak hanya menjaga budaya, tapi juga mendorong kemajuan ekonomi dan kebangkitan nasional,” pungkas Diky.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *