Penjelasan Ahli Geologi soal Penyebab Pergerakan Tanah di Sumedang

Posted on

Pergerakan tanah hingga longsor menerjang Desa Cisalak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang. Ahli Geologi Unpad mengungkap dugaan penyebab terjadinya pergerakan tanah.

Ahli geologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Irfan Sopian, ikut meninjau lokasi pergerakan tanah yang terjadi di Dusun Sukaasih, Desa Cisalak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Berikut hasil peninjauan dari ahli geologi Unpad.

Irfan mengatakan, usai melakukan tinjauan serta kajian sementara berdasarkan penglihatan dari karakteristik geologi serta hasil pemetaan, daerah tersebut merupakan tanah yang tersusun dari material bebatuan vulkanik bagian atas. Menurutnya, tingginya kadar air yang berada di dalam tanah menjadi salah satu faktor terjadinya pergerakan tanah.

“Setelah melihat sekitar longsoran, saya juga sempat menaikan drone melihat daerah sekitar mahkota longsoran dan batas-batas longsoran yang terjadi terlihat bahwa longsoran di sini terjadi akibat dipicu oleh kadar air yang meningkat di dalam tanah, terlihat masih ada rembesan air di batas tanah yang masih poros dan juga batas tanah yang kedap air. Sehingga itu menjadi batas antara longsoran yang terjadi di area ini,” ujar Irfan, Selasa (6/5/2025).

Dikatakan Irfan, potensi terjadinya longsoran yang kian meluas tentu masih sangat besar. Sebab, kata dia, masih adanya rembesan air yang keluar dari dalam tanah.

“Tentunya potensi longsoran masih memungkinkan terjadi dikarenakan air masih ada, rembesan air masih terjadi. Yang kedua akibat longsoran ini masih berbentuk gawir-gawir yang masih terjal, jadinya itu juga menjadi salah satu yang masih berpotensi apabila ada titik-titik yang lain menyebabkan longsoran,” katanya.

“Tentunya hal ini kita kaji kembali dengan potensi hal tersebut dilihat dari misalnya kadar air yang meningkat, tentunya kita harus waspada karena saya lihat area ini di atas dari drone terlihat dari bentuknya terlihat jalur air. Sehingga kemungkinan saat hujan air berkumpul ke atas dan area ini sehingga kadar air dalam tanah meningkat tidak tersalurkan dengan baik,” ungkapnya.

Selain kadar air yang tinggi, hasil kajian sementara ahli geologi Unpad ini menyampaikan faktor lainnya penyebab dari pergerakan tanah yakni, kandungan tanah yang bersifat lembung.

“Ke depan tentunya harus waspada di area yang seperti ini, di atas ada vulkanik muda yang tersusun oleh material yang mempunyai kandungan tanah lembung, nah itu juga tentunya menjadi salah satu faktor penyebab longsor,” ucapnya.

Pada kesempatan kali ini, Irfan memberikan rekomendasi kepada Pemkab Sumedang untuk melakukan kajian lebih lanjut jika ingin kembali membangun jalan yang saat ini sudah tergerus oleh tanah longsor.

“Tentu jika ingin dibangun kembali perlu dipastikan di bagian hulunya, di lereng bekas longsorannya maupun mahkota longsorannya dipastikan tidak ada yang bergerak, jadi perlu ada rekayasa sebetulnya jadi ada kekuatan-kekuatan lereng yang bisa dilakukan, kalaupun mau diaktifkan kembali jalan ini, jadi tidak mengkhawatirkan warga yang melalui jalan ini,” tuturnya.

“Jika dampaknya ada yang mempengaruhi di area permukiman dan berbahaya yang tentunya perlu alternatif yang lain. Mungkin tentunya harus dipastikan lebih dahulu, apakah longsorannya akan meluas nah tentu ini perlu dipetakan secara detail dari awal permukaan sampai ke area mana dan seluas mana area terdampak yang memungkinkan potensi longsoran,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, pergerakan tanah hingga menyebabkan longsor di Kecamatan Cisarua ini terjadi pada Minggu (4/5) sekitar pukul 03.30 WIB. Akibatnya, jalan penghubung dua dusun tergerus tanah dan sebanyak 17 rumah warga terancam tergerus jika longsor susulan terjadi. Saat ini terdapat 51 warga masih mengungsi di Balai Desa Cisalak.