Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bersama mitra dari Amerika Serikat, Australia, Prancis, dan Malaysia, berhasil menemukan spesies baru tikus hutan endemik Sulawesi. Spesies tersebut diberi nama Crunomys tompotika.
Penemuan ini merupakan bagian dari studi sistematika dan biogeografi mamalia Asia Tenggara. Sulawesi kembali membuktikan perannya sebagai pusat penting keragaman hayati, sejalan dengan sejarah geologi pulau yang unik.
Menurut peneliti PRBE BRIN Anang Setiawan Achmadi Crunomys tompotika dideskripsikan berdasarkan spesimen dari kawasan Gunung Tompotika, Sulawesi Tengah. Tikus hutan ini berukuran tubuh sedang, memiliki ekor relatif pendek, serta bulu rapat dengan tekstur khas kelompok Crunomys.
“Habitatnya berupa hutan pegunungan alami dengan vegetasi lebat yang relatif masih terjaga. Penemuan ini menambah daftar panjang mamalia endemik Sulawesi yang terus bertambah seiring eksplorasi lapangan yang lebih intensif,” kata Anang, dikutip dari situs BRIN.
Selain mendeskripsikan spesies baru, penelitian ini juga merevisi taksonomi besar dengan menyatukan seluruh anggota Maxomys (tikus berduri/spiny rats) ke dalam genus Crunomys.
“Analisis ribuan penanda DNA, termasuk data genomik resolusi tinggi, menunjukkan bahwa Maxomys tidak membentuk kelompok yang utuh (non-monofiletik) jika dipisahkan dari Crunomys. Oleh karena itu, revisi ini dianggap paling tepat untuk mencerminkan hubungan evolusi sebenarnya,” jelas Anang.
Ia menambahkan, “Penemuan Crunomys tompotika menunjukkan pentingnya eksplorasi lapangan dan kolaborasi internasional dalam mengungkap keragaman mamalia di Sulawesi. Hasil ini menjadi bukti nyata bahwa masih banyak kekayaan hayati Indonesia yang menunggu untuk dipelajari lebih dalam.”
Sejak 2012, lebih dari 20 spesies mamalia baru berhasil dideskripsikan dari Sulawesi. Angka ini menegaskan kekayaan fauna endemik Wallacea yang hingga kini masih kurang terwakili dalam studi biologi dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
“Penemuan spesies baru Crunomys dari Sulawesi ini membuka jendela baru terhadap sejarah evolusi hewan kecil di wilayah Wallacea, serta menegaskan pentingnya klasifikasi ulang pada tingkat genus untuk memahami keanekaragaman mamalia Indonesia secara lebih akurat,” ujarnya.
Kolaborasi lintas negara juga memungkinkan penggunaan teknologi genomik mutakhir serta memperluas data biogeografi, sehingga memberikan gambaran lebih menyeluruh mengenai sejarah evolusi mamalia Asia Tenggara.
Penemuan Crunomys tompotika dipandang membuka peluang riset lanjutan, baik terkait ekologi maupun interaksi hewan ini dalam ekosistem hutan Sulawesi.
“Data ini diharapkan menjadi pijakan penting memperkuat kebijakan konservasi dan memacu riset lanjutan dalam mendokumentasikan kekayaan hayati Indonesia,” pungkas Anang.
Hasil penelitian lengkap telah terbit di Journal of Mammalogy, Volume 106(4): 832-858, pada 13 Juni 2025, dengan judul Systematics and historical biogeography of Crunomys and Maxomys (Muridae: Murinae), with the description of a new species from Sulawesi and new genus-level classification.
Artikel ini telah tayang di .