Penampakan Ewe Deet ala Kampung Kuta Ciamis

Posted on

Saat matahari belum menampakan diri, Sabtu (27/9/2025), Didi Sardi sudah bangun beraktivitas di dapurnya. Ia menuangkan lahang atau air nira aren dari lodong bambu ke dalam wajan besar di atas tungku tradisional. Warga Kampung Kuta, Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis ini pun mulai menyalakan kayu bakar yang ada di dalam tungku.

Didi yang juga Kepala Dusun Kuta ini ternyata akan membuat gula aren. Diketahui Kampung Adat Kuta dikenal juga sebagai daerah penghasil gula aren. Proses pembuatan gula aren ini memerlukan waktu hingga berjam-jam, sehingga ia memulainya dini hari atau selepas subuh. Air nira aren ini didapat dari hasil menyadap pohon aren sebelumya.

Ketika air nila telah mendidih dan mulai mengental hingga menjadi gula, untuk selingan, Didi mengupas sebuah kelapa yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Kelapa itu kemudian dipotong-potong memanjang yang kemudian disimpan di dalam batoknya.

Setelah itu, Didi menyiram potongan kelapa tadi dengan air nira yang sudah mengental atau gula yang masih cair. Ternyata makanan yang dibuat Didi itu dinamakan ewe deet.

Didi kemudian menyantap ewe deet. Lebih nikmat ketika ditemani teh hangat atau kopi pahit. Makanan itu dibuat sebagai camilan perajin sambil memproduksi gula aren yang memang memerlukan waktu paling lama sampai 4 jam.

Bentuk camilan ewe deet memang tidak begitu spesial, namun rasanya bikin nagih, perpaduan antara manis gula dan gurih dari kelapa serta teksturnya yang renyah. Makanan tradisional ini disajikan dengan menggunakan batok kelapa. Menurut Didi, camilan itu dibuat hanya sesekali saja ketika sedang membuat gula aren.

“Rasanya gurih, manis, kelapanya tidak tua juga tidak terlalu muda, teksturnya nyakrek (renyah). Tidak setiap hari bikin, hanya sesekali saja kalau sedang mau makan itu,” ucapnya pria 46 tahun yang juga perajin gula aren.

Didi mengaku belum mengetahui asal muasal makan itu namanya cukup vulgar atau porno untuk yang mengerti orang Sunda. Sejak masih kecil, ia mengetahui nama itu dari orang dulu.

Didi menyebut, ada beberapa cara untuk membuat camilan Ewe Deet ini. Ada yang kelapanya langsung dimasukkan ke dalam nira sampai menggumpal menjadi gula cair, ada juga yang kelapanya disiram gula saat masih cair.

“Ada juga yang suka kelapa dimakan sama gula aren yang sudah keras. Bukan gula keras yang dicairkan terlebih dulu lalu disiram. Makanan ini sebagai selingan peranin saat produksi gula aren, bulan makanan sehari-hari. Setahu saya makanan tersebut di sini belum pernah ada yang jual,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *