Sedari pagi, kedai Lontong Medan Ka Zahra di Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, nampak ramai seperti biasanya. Hilir-mudik orang silih bergantian datang untuk menyantap sarapan hingga makan siang.
Namun sejak 3 hari yang lalu, suasananya begitu berbeda. Pemiliknya, Tagor Lubis (60), membukakan pintu kedai selebar-lebarnya untuk membantu mahasiswa perantau asal Sumatera Barat, Sumatera Utara hingga Aceh yang sedang terdampak bencana.
Tagor menggratiskan semua hidangan di sana untuk kalangan mahasiswa terdampak Bencana Sumatera. Misi mulianya ini terdorong dari rasa kemanusiaan demi bisa meringankan kehidupan mereka di perantauan.
“Sedih, yah. Apalagi melihat kampung halaman keluarga hancur kena bencana begini. Meskipun dari keluarga enggak ada korban jiwa, tapi mereka harus mengungsi karena kondisi ini,” kata Tagor memulai perbincangannya bersama infoJabar, Minggu (7/12/2025).
Tagor pun bercerita, ada dorongan kuat dari sang anak yang menggerakkan dirinya menjalankan misi yang begitu mulia. Sang anak, Zahra, yang namanya ia sematkan di Kedai Lontong Medan miliknya yang mulai ia rintis sejak 15 tahun yang lalu di Kota Bandung.
Beberapa hari setelah bencana menerjang Sumatera, Tagor kemudian memantapkan diri menjalankan gerakan ini. Spanduk sederhana berwarna hijau dengan latar tulisan berwarna putih, kemudian seakan jadi oase bagi mahasiswa perantau asal Sumatera yang bisa saja masih menunggu komunikasi dengan keluarganya.
“Empat tahun lalu anak saya masih jadi mahasiswa kayak mereka. Terus Kamis (4/12) itu kalau enggak salah saya mulai buka. Pagi-paginya datang 4 orang mahasiswa, kebetulan saya juga sering ngobrol-ngobrol gitu sama mereka. Saya langsung suruh duduk, makan lah,” ucapnya.
Siangnya, Tagor mengalami pertemuan yang begitu mengiris hati dengan seorang mahasiswa asal Tarutung, Tapanuli Utara. Sebagai seorang ayah, Tagor tak bisa menutupi air matanya saat menceritakan kembali pertemuan itu dengan infoJabar.
Kata Tagor, mahasiswa itu datang dengan perasaan yang penuh kegundahan. Dia belum bisa berkomunikasi sama sekali dengan keluarganya semenjak bencana menerjang Sumatera.
Tak terasa, air mata Tagor ikut jatuh melihat mahasiswa asal Tarutung itu makan dengan lahapnya. Bahkan ada momen mahasiswa tersebut tak bisa menahan tangisannya karena menunggu kabar keluarga di kampung halaman.
“Dia datang ke sini bilang, saya belum bisa komunikasi dengan keluarga. Kata saya, sudah duduk, makan sebelah situ. Suaranya itu tertahan. Menghadapi sepiring makanan itu air matanya berurai,” ujar Tagor mengingar kembali pertemuannya dengan si mahasiswa.
Tagor menggratiskan hidangan di kedainya tanpa syarat untuk mahasiswa terdampak Bencana Sumatera. Mereka tidak perlu menunjukkan KTP maupun kartu tanda mahasiswa (KTM), dan mereka hanya perlu datang lalu memilih masakan mulai dari Lontong Medan hingga aneka hidangan nasi dengan lauk pauknya.
Makan gratis bagi mahasiswa itu Tagor berikan karena ia sudah merantau di Bandung sejak tahun 84. Semenjak membuka kedai makanan 15 tahun silam, Tagor sudah terbiasa bertemu dengan banyak mahasiswa yang merantau dari Sumatera.
“Saya nggak minta KTP, nggak minta KTM, paling saya tanya, kuliah di mana, gitu. Terus yang datang bukan sekitar sini aja, ada dari Jatinangor juga. Jadi nggak ada teknis persyaratan gitu, udah mereka datang karena saya Lillahita’ala,” katanya.
Gerakan mulia yang dilakukan Tagor ternyata mendapat respons yang tak ia duga di sosial media. Video yang sempat diunggah salah satu akun di Instagram ternyata viral, hingga membuat beberapa orang tertarik untuk ikut menyumbang mendukung gerakan ini.
Tagor pun membuka pintu kedainya seluas-luasnya. Namun ia mengaku belum berani membuka donasi, karena khawatir terbebani amanah yang begitu besar nantinya.
“Enggak lama setelah saya buk, kawan-kawan itu bilang, Bang, Lontong Medan viral. Saya enggak nyangka responsnya sebesar itu ternyata, karena awalnya itu saya buka ini spontanitas aja,” katanya.
“Dari situ banyak yang ikut bantu. Kayak gini, ada ibu-ibu dari Rancakendal yang nitipin bantuan Rp 2,5 juta ke saya. Terus di IG juga banyak yang minta kontak saya, ikut transfer, Alhamdulillah,” bebernya.
Mengakhiri perbincangannya dengan infoJabar, Tagor berharap Sumatera segera pulih dari bencana. Ia pun membuka pintu kedainya selebar-lebarnya untuk para mahasiswa supaya menjadi rumah keduanya di tanah perantauan.
“Saya berharap saudara-saudara yang terdampak bencana itu ya sabar, ini memang ujian. Kepada kita semua, kita jangan sakit di alam. Karena suatu saat dia akan dendam,” ucapnya.
“Ke depan, kita akan coba mendata mereka. Sehingga umpanya, kalau mereka kesulitan dan mungkin saja malu datang ke sini, kita akan drop ke asrama mahasiswa. Mudah-mudahan bencana ini cepat berlalu, dan Sumatera bisa segera pulih,” pungkasnya.
Dorongan Kuat Sang Anak
Pertemuan Pilu dengan Mahasiswa Tapanuli Utara
Gratis Tanpa Syarat
Viral di Sosial Media
Harapan Sumatera Segera Pulih dari Bencana
Siangnya, Tagor mengalami pertemuan yang begitu mengiris hati dengan seorang mahasiswa asal Tarutung, Tapanuli Utara. Sebagai seorang ayah, Tagor tak bisa menutupi air matanya saat menceritakan kembali pertemuan itu dengan infoJabar.
Kata Tagor, mahasiswa itu datang dengan perasaan yang penuh kegundahan. Dia belum bisa berkomunikasi sama sekali dengan keluarganya semenjak bencana menerjang Sumatera.
Tak terasa, air mata Tagor ikut jatuh melihat mahasiswa asal Tarutung itu makan dengan lahapnya. Bahkan ada momen mahasiswa tersebut tak bisa menahan tangisannya karena menunggu kabar keluarga di kampung halaman.
“Dia datang ke sini bilang, saya belum bisa komunikasi dengan keluarga. Kata saya, sudah duduk, makan sebelah situ. Suaranya itu tertahan. Menghadapi sepiring makanan itu air matanya berurai,” ujar Tagor mengingar kembali pertemuannya dengan si mahasiswa.
Tagor menggratiskan hidangan di kedainya tanpa syarat untuk mahasiswa terdampak Bencana Sumatera. Mereka tidak perlu menunjukkan KTP maupun kartu tanda mahasiswa (KTM), dan mereka hanya perlu datang lalu memilih masakan mulai dari Lontong Medan hingga aneka hidangan nasi dengan lauk pauknya.
Makan gratis bagi mahasiswa itu Tagor berikan karena ia sudah merantau di Bandung sejak tahun 84. Semenjak membuka kedai makanan 15 tahun silam, Tagor sudah terbiasa bertemu dengan banyak mahasiswa yang merantau dari Sumatera.
“Saya nggak minta KTP, nggak minta KTM, paling saya tanya, kuliah di mana, gitu. Terus yang datang bukan sekitar sini aja, ada dari Jatinangor juga. Jadi nggak ada teknis persyaratan gitu, udah mereka datang karena saya Lillahita’ala,” katanya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Pertemuan Pilu dengan Mahasiswa Tapanuli Utara
Gratis Tanpa Syarat
Gerakan mulia yang dilakukan Tagor ternyata mendapat respons yang tak ia duga di sosial media. Video yang sempat diunggah salah satu akun di Instagram ternyata viral, hingga membuat beberapa orang tertarik untuk ikut menyumbang mendukung gerakan ini.
Tagor pun membuka pintu kedainya seluas-luasnya. Namun ia mengaku belum berani membuka donasi, karena khawatir terbebani amanah yang begitu besar nantinya.
“Enggak lama setelah saya buk, kawan-kawan itu bilang, Bang, Lontong Medan viral. Saya enggak nyangka responsnya sebesar itu ternyata, karena awalnya itu saya buka ini spontanitas aja,” katanya.
“Dari situ banyak yang ikut bantu. Kayak gini, ada ibu-ibu dari Rancakendal yang nitipin bantuan Rp 2,5 juta ke saya. Terus di IG juga banyak yang minta kontak saya, ikut transfer, Alhamdulillah,” bebernya.
Mengakhiri perbincangannya dengan infoJabar, Tagor berharap Sumatera segera pulih dari bencana. Ia pun membuka pintu kedainya selebar-lebarnya untuk para mahasiswa supaya menjadi rumah keduanya di tanah perantauan.
“Saya berharap saudara-saudara yang terdampak bencana itu ya sabar, ini memang ujian. Kepada kita semua, kita jangan sakit di alam. Karena suatu saat dia akan dendam,” ucapnya.
“Ke depan, kita akan coba mendata mereka. Sehingga umpanya, kalau mereka kesulitan dan mungkin saja malu datang ke sini, kita akan drop ke asrama mahasiswa. Mudah-mudahan bencana ini cepat berlalu, dan Sumatera bisa segera pulih,” pungkasnya.
