Pedagang di Pasar Baru Bandung: Dulu Ngitung Untung, Sekarang Ngitung Utang

Posted on

Para pedagang Pasar Baru Bandung kini sedang dilanda kegundahan. Ada perasaan was-was yang mereka rasakan, mengingat kondisi perekonomian saat ini penuh dengan ketidakpastian.

Kekhawatiran ini muncul setelah Pasar Baru Bandung kerap sepi pengunjung di momen akhir pekan maupun libur panjang. Padahal, saat berada di masa kejayaan, para pedagang tidak begitu kesulitan untuk memutarkan modal, sekaligus menghitung berapa keuntungan yang didapatkan.

Dalam perbincangannya bersama infoJabar, Tatang Winoyo (56), pedagang handuk, selimut dan bed cover itu merasa kondisi Pasar Baru Bandung mulai sepi mulai terjadi sejak tahun 2010an. Saat itu, pedagang pasar tradisional digempur platform jualan daring sehingga membuat harga kalah saing secara signifikan.

“Yang saya inget, tahun 2015an itu masih rame, pengunjungnya masih banyak. Jadi jualan juga bisa ketutup, istilahnya buat modal lagi mah ada. Sekarang mah susah buat ngumpulin modal juga, malah kebanyakan nombok,” katanya belum lama ini.

Sayang, cuan yang Tatang rasakan berlangsung tidak lama akibat pandemi COVID-19 yang melanda. Pedagang Pasar Baru pun dipaksa tutup operasional sebagaimana aturan yang harus dijalankan.

Setelah COVID mereda, ternyata, harapan Tatang dan pedagang lain seakan bertepuk sebelah tangan. Perekonomian jadi makin tak menemui kejelasan, ditambah fenomena masyarakat yang makin bergeser ke belanja daring.

Padahal, kata Tatang, saat masih di masa kejayaan, para pedagang Pasar Baru Bandung setidaknya tak perlu khawatir memikirkan masalah THR untuk pegawai. Namun di zaman sekarang, banyak pedagang yang kemudian memilih untuk merumahkan pegawainya lantaran tidak sanggup akibat minimnya pendapatan.

Untungnya, Tatang sendiri memilih untuk masih memperkerjakan dua pegawainya. Meski belum kesampaian membeli sejumlah barang seperti tanah, mobil bahkan berangkat umroh atau haji, dia kerap memberi pengertian kepada pegawainya itu supaya memahami kondisi yang sekarang.

“Karena masih sebatas untuk menutupi operasional aja, memutarkan modal. THR juga mah ada, tapi enggak semaksimal kaya dulu. Paling ada kadarnya, lihat keadaan,” ucapnya.

Pasar Baru Bandung diketahui memiliki sekitar 10 lantai. Dua lantai basement yang biasanya dipergunakan menjadi parkiran, dua lantai dasar, dan lantai 1-6.

Saat infoJabar berkunjung ke sana, dua lantai dasar Pasar Baru dan lantai satu, memang masih ramai dikunjungi orang. Namun ketika memasuki lantai 2 hingga 6, kondisinya terbilang lebih sepi dan banyak kios yang tutup akibat pedagang tidak sanggup membayar sewa kontrak.

Tatang berharap supaya roda perekonomian di negeri ini bisa kembali normal. Atau bahkan, ia meminta pemerintah mengatur kebijakan secara ketat bagi para penyedia layanan jualan daring agar tidak mematikan pedagang tradisional seperti dirinya.

Bahkan secara spesifik, Tatang berharap ada relaksasi dari Pemkot Bandung untuk membantu sewa kios di Pasar Baru. Sebab ternyata, kontrak kios para pedagang di sana akan habis pada akhir 2025.

“Mudah-mudahan cepat stabil lah. Terus pemerintah harus ngasih kebijakan khusus buat pedagang kayak kita. Istilahnya difasilitasi, disediakan anggarannya, dipermudah sewa kontraknya, tempatnya. Itu harus ada kebijakan dari pemerintah gimana. Intinya biar kita stabil dulu jualannya di sini,” ungkapnya.

“Biar stabil dulu kitanya. Kalau kontrak jadi mahal, terus pengunjungnya kurang, gimana. Kita juga kan jadi was was. Uang enggak ada, tapi kalau kontraknya mahal mah, bisa gulung tikar kita,” tuturnya menambahkan.

Pedagang lain, Wawan (55), menuturkan bahwa rekan sekoleganya bahkan ada yang berdarah-darah menghadapi kondisi saat ini. Ada yang terpaksa menjual sejumlah barang pribadinya demi bisa bertahan dari situasi ekonomi yang penuh dengan ketidakpastian ini.

“Sekarang itu pendapatan dengan pengeluaran udah enggak seimbang. Dulu yang punya apa, sekarang udah enggak ada. Kalau dulu mah habis lebaran, kita ngitung untung, mau apa, mau gimana, mau beli apa. Kalau sekarang habis lebaran tuh ngitung bon, mana yang belum ketutup, ngitung utang mana yang belum kebayar,” ucapnya.

Meski di situasi penuh kesulitan, Wawan masih bisa bercanda saat berbincang dengan infoJabar. Ia dan pedagang lain terus menggantungkan harapan agar perekonomian bisa kembali normal dan berpengaruh terhadap Pasar Baru Bandung supaya ramai.

“Kita mah cuma bisa bertahan hidup supaya mudah-mudahan ekonomi membaik lagi. Karena kita itu punya rumus harapan. Mudah-mudahan bulan depan, mudah mudahan tahun depan, kita hanya punya harapan itu,” pungkasnya.

Dulu Tak Khawatir Bayar THR Karyawan

Lantai Dua ke Atas Sepi

Gambar ilustrasi

Meski di situasi penuh kesulitan, Wawan masih bisa bercanda saat berbincang dengan infoJabar. Ia dan pedagang lain terus menggantungkan harapan agar perekonomian bisa kembali normal dan berpengaruh terhadap Pasar Baru Bandung supaya ramai.

“Kita mah cuma bisa bertahan hidup supaya mudah-mudahan ekonomi membaik lagi. Karena kita itu punya rumus harapan. Mudah-mudahan bulan depan, mudah mudahan tahun depan, kita hanya punya harapan itu,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *