Pakar ITB Soroti Masalah Kemacetan Bandung: Pemkot Kurang Ngotot

Posted on

Pernyataan Wali Kota Bandung Muhammad Farhan yang menyebut kemacetan sebagai buah dari sistem transportasi publik yang amburadul dan kepadatan kendaraan pribadi, menuai tanggapan dari kalangan akademisi.

Pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Sony Sulaksono menilai, kemacetan di Kota Bandung bukan lagi soal teknis, tapi sudah menjadi cerminan lemahnya kepemimpinan dan komitmen pemerintah kota.

“Wali kota seharusnya mulai memikirkan bagaimana solusinya,” kata Sony saat dihubungi, Rabu (18/6/2025).

Sony menjelaskan, secara teori, kemacetan terjadi ketika jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan yang tersedia, kondisi yang saat ini banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia, termasuk Bandung.

Menurut Sony, solusi dari kemacetan hanya dua, menambah jalan atau mengurangi kendaraan. Tapi ia menegaskan, menambah jalan bukanlah solusi jangka panjang.

“Kalau nambah jalan menyelesaikan masalah, harusnya Jakarta dengan banyak tol dalam kota gak macet. Tapi nyatanya Jakarta masih macet,” ujarnya.

Solusi yang lebih realistis menurutnya adalah efisiensi penggunaan ruang jalan, yang bisa dicapai lewat perbaikan sistem transportasi dan fasilitas mobilitas alternatif. Sonny menekankan pentingnya membenahi fasilitas pejalan kaki.

“Kalau jaraknya dekat, ya jalan kaki. Pemkot harus memikirkan fasilitas pejalan kaki di tempat orang sering berkumpul dan berinteraksi,” katanya.

Untuk perjalanan menengah, ia menyarankan penggunaan sepeda. Program sepeda publik Boseh yang sempat berjalan dinilainya sebagai langkah tepat, namun kini terbengkalai.

“Boseh itu sudah bagus tapi nggak terawat, nggak dipelihara. Coba wali kota lebih serius menangani Boseh, sehingga jarak sedang orang bisa pakai sepeda,” ungkapnya.

Adapun untuk jarak lebih dari 5 kilometer, transportasi umum tetap menjadi solusi terbaik. Sayangnya, kata Sonny, integrasi antar moda di Bandung masih sangat buruk.

“Rute angkot yang sekarang itu masih sama kayak tahun 1980, nggak berubah. Padahal kawasan seperti Bandung Timur sekarang sudah padat tapi belum ada angkot ke sana,” ujarnya.

Menurutnya, Pemkot Bandung sebenarnya sudah memiliki berbagai moda transportasi publik seperti angkot, Trans Metro Bandung, Trans Metro Pasundan, hingga Bandros. Masalahnya, semua itu belum dikelola dengan baik.

“Solusi sudah ada. Dari dulu itu-itu saja. Tapi kenapa nggak jalan? Karena pemerintah tidak punya komitmen kuat. Serius tapi nggak ngotot,” tegasnya.

Sony pun mempertanyakan sejauh mana komitmen Muhammad Farhan sebagai Wali Kota Bandung dalam mengurai kemacetan. Ia mengakui, dalam tiga bulan kepemimpinan Farhan, belum terlihat arah kebijakan transportasi yang jelas.

“Belum lihat tiga bulan ini. Kemarin dia ganti beberapa kepala dinas, termasuk perhubungan. Saya masih tunggu. Kita berharap kepala dinas perhubungan yang baru punya wawasan yang kuat dan cukup ngotot soal angkutan umum,” pungkasnya.

Pemkot Kurang Ngotot