Mochamad Racka Rivaldy (19) masih terus berjuang pulih dari luka berat di kepalanya. Sejak sebulan lalu, remaja asal Cimahi ini harus menghabiskan hari-harinya di atas ranjang setelah menjadi korban penyerangan brutal oleh sekelompok remaja tak dikenal.
Peristiwa penyerangan itu dialami Racka di Jalan Kamarung, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara pada 11 Mei 2025 lalu. Saat itu, Racka yang hendak pulang selepas bermain dengan teman-temannya, tiba-tiba dihadang dan dilempari batu oleh sekelompok remaja.
“Anak saya jadi korban penyerangan, dilemparin batu sampai kepalanya berdarah dan terluka parah,” ujar Irma Yuni (34) saat dikonfirmasi, Selasa (10/6/2025).
Dalam itu, salah satu batu menghantam kepala Racka dengan keras. Darah langsung mengucur, dan ia sempat kehilangan kesadaran. Teman-temannya panik, dan bergegas membawa Racka ke tempat yang lebih aman. Tapi kondisi tubuh Racka terus memburuk.
Sesampainya di rumah temannya, tubuh Racka mulai kejang-kejang. Darah juga mulai keluar dari mulutnya. Ia sempat dibawa ke klinik terdekat, namun karena luka yang cukup parah, Racka langsung dirujuk ke RS Mitra Kasih.
“Setelah dilakukan CT Scan, ternyata ada bagian tengkorak kepala bagian depan anak saya itu retak, nah retakannya menusuk ke otak. Jadi waktu itu harus segera dioperasi, kalau enggak akan terus kejang-kejang,” jelas Irma.
Dengan penuh kekhawatiran, Irma menyetujui tindakan operasi. Namun keluarga kembali dibuat terpukul karena biaya operasi tidak ditanggung oleh BPJS karena kasusnya dianggap sebagai tindak kriminal.
“Jadi biayanya mahal, tapi enggak ditanggung BPJS karena anak saya korban kriminal. Jadi harus ditanggung dengan umum. Anak saya harus dua kali operasi, operasi kedua sekitar dua bulan lagi,” kata Irma.
Kini, pasca operasi pertama, Racka masih dalam masa pemulihan. Ia belum bisa banyak bergerak, bahkan berbicara pun kadang membuatnya merasa pusing.
“Aktivitas di rumah ya paling makan, sudah bisa sendiri. Kalau ke sekolah atau bepergian jauh belum bisa, pergi juga cuma buat kontrol lalu terapi. Buat pemeriksaan polisi juga suka pusing,” ungkap Irma.
Merasa tak bisa tinggal diam, Irma akhirnya melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Ia berharap pelaku bisa segera ditangkap dan diberi hukuman setimpal.
“Sudah laporan ke Polres Cimahi, cuma sampai sekarang informasinya masih penyelidikan. Saya minta pelaku yang membuat anak saya jadi seperti ini dihukum setimpal atau tanggung jawab,” tegasnya.
Irma mengaku sempat bertemu dengan keluarga terduga pelaku. Namun pertemuan itu tidak menghasilkan titik tengah. Bahkan menurut Irma, pihaknya disebut hendak memeras dengan dalih biaya operasi.
“Sempat bertemu, tapi tidak ada penyelesaian. Saya disebut memeras karena minta biaya operasi buat anak saya, padahal penyebabnya anak mereka. Akhirnya saya memutuskan lapor polisi,” kata Irma.
Sementara itu, Kasi Humas Polres Cimahi, Iptu Gofur Supangkat membenarkan adanya laporan tersebut. Saat ini, polisi masih mendalami kasus ini. Menurutnya beberapa saksi mata telah diperiksa. Dugaan awal, pelaku berjumlah lebih dari satu orang.
“Kita sudah melakukan pemeriksaan sejumlah saksi mata, penyelidikan terus berjalan oleh Satreskrim Polres Cimahi dan Unit Reskrim Polsek Cimahi,” kata Gofur.
“Sampai saat ini informasi penyerangan oleh terduga pelaku yang berjumlah lebih dari 1, salah satunya berinisial E menggunakan batu. Kami masih dalami hal lainnya,” imbuhnya.