Nenek Ijoh yang Harus Menanam Ulang Padi Usai Sawahnya Terendam Banjir

Posted on

Pemandangan berbeda terlihat di area persawahan blok Rancabodas, Dusun Kersikan, Desa Handapherang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sejumlah petani nampak sibuk di ladangnya masing-masing pada Jumat (7/11/2025) pagi.

Mereka sedang membereskan tanaman padi yang rusak akibat terendam banjir dari tanggul irigasi yang jebol pada Kamis (6/11/2025) sore. Nampak padi yang baru mereka tanam beberapa hari lalu rusak oleh sapuan air. Namun ada juga beberapa di antaranya yang masih berdiri meski terendam semalaman.

Jebolnya tanggul disebabkan oleh debit air yang tinggi setelah hujan deras yang berlangsung cukup lama. Aliran air dari Sungai Cipalih di wilayah hulu tak mampu ditampung oleh tanggul, hingga menyebabkan luapan besar. Tak hanya sawah, sejumlah kolam ikan warga pun sempat terendam.

Sejumlah warga pun terlihat bergotong royong memperbaiki tanggul irigasi yang jebol. Mereka membuat rangkaian bambu serta menumpuk tanah menggunakan karung, supaya banjir tak lagi menggenangi sawah ketika volume air tinggi saat hujan deras.

Ijoh (75), seorang petani lansia, nampak seorang diri sedang sibuk di petak sawah miliknya. Ia memilah tanaman padi yang rusak untuk ditanami dengan yang baru, sedangkan yang masih utuh dibiarkan tumbuh. Sawah miliknya baru beberapa hari ditanami padi (tandur).

Nembe ge dipelakan (baru juga ditanam), anu reksak dicabut digentos pami anu sae keneh mah diantep (yang rusak dicabut diganti, kalau yang masih bagus dibiarkan,” ujar Ijoh, meski usianya sudah tua terlihat masih semangat.

Ijoh mengaku, menanam padi untuk menyambung hidup, ia harus melakukannya sendiri karena sang suami usianya sudah tua. Meski mengalami musibah, namun Ijoh tidak mengeluh dan tetap membereskan pekerjaannya demi bisa memetik hasil panen maksimal beberapa bulan mendatang.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Ciamis Ani Supiani membenarkan, banjir akibat tanggul jebol terjadi di Desa Handapherang. Anggota BPBD Ciamis telah ke lokasi untuk melakukan asesmen dan penanganan.

“Air langsung meluap ke area pesawahan dan jalan dusun setelah tanggul Rancabodas jebol sepanjang 2,5 meter dengan tinggi 1,5 meter,” ujar Ani.

Ani menjelaskan dari peristiwa tersebut cukup luas. Sedikitnya 13 hektare sawah milik warga sempat terendam air setinggi sekitar 50 sentimeter. Termasuk tanaman padi berusia tujuh hari tanam yang kini terancam gagal panen. Selain itu, lima kolam ikan warga juga ikut terendam.

Meski tidak ada korban jiwa, kerugian material cukup dirasakan oleh para petani. Konsisi air mulai surut sekitar 30 sentimeter pada malam hari. Pihak BPBD Ciamis bersama aparat desa dan warga setempat segera melakukan peninjauan lokasi untuk menilai tingkat kerusakan dan langkah penanganan.

“Kami sudah berkoordinasi dengan aparat setempat untuk melakukan assessment. Rencananya dilakukan gotong royong bersama warga untuk memperbaiki tanggul,” tuturnya.

Nembe ge dipelakan (baru juga ditanam), anu reksak dicabut digentos pami anu sae keneh mah diantep (yang rusak dicabut diganti, kalau yang masih bagus dibiarkan,” ujar Ijoh, meski usianya sudah tua terlihat masih semangat.

Ijoh mengaku, menanam padi untuk menyambung hidup, ia harus melakukannya sendiri karena sang suami usianya sudah tua. Meski mengalami musibah, namun Ijoh tidak mengeluh dan tetap membereskan pekerjaannya demi bisa memetik hasil panen maksimal beberapa bulan mendatang.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Ciamis Ani Supiani membenarkan, banjir akibat tanggul jebol terjadi di Desa Handapherang. Anggota BPBD Ciamis telah ke lokasi untuk melakukan asesmen dan penanganan.

“Air langsung meluap ke area pesawahan dan jalan dusun setelah tanggul Rancabodas jebol sepanjang 2,5 meter dengan tinggi 1,5 meter,” ujar Ani.

Ani menjelaskan dari peristiwa tersebut cukup luas. Sedikitnya 13 hektare sawah milik warga sempat terendam air setinggi sekitar 50 sentimeter. Termasuk tanaman padi berusia tujuh hari tanam yang kini terancam gagal panen. Selain itu, lima kolam ikan warga juga ikut terendam.

Meski tidak ada korban jiwa, kerugian material cukup dirasakan oleh para petani. Konsisi air mulai surut sekitar 30 sentimeter pada malam hari. Pihak BPBD Ciamis bersama aparat desa dan warga setempat segera melakukan peninjauan lokasi untuk menilai tingkat kerusakan dan langkah penanganan.

“Kami sudah berkoordinasi dengan aparat setempat untuk melakukan assessment. Rencananya dilakukan gotong royong bersama warga untuk memperbaiki tanggul,” tuturnya.