Nafas Pedagang Kecil di Tengah Rimbunnya Tahura Djuanda baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Matahari menyelinap dari balik rimbun dedaunan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ir. H. Djuanda. Tak terlalu panas, justru pas buat menghangatkan tubuh di tengah sejuknya hawa Bandung di pagi hari.

Ribuan orang datang silih berganti, hendak menikmati udara bersih setelah penat sepekan berkutat dengan pekerjaan. Tahura Djuanda, jadi tempat pelarian buat mereka yang membutuhkan penyegaran tubuh dan pikiran.

Hutan seluas 520-an hektare lebih itu membentang di tiga wilayah, mulai dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, serta Kabupaten Bandung Barat. Umumnya pengunjung masuk lewat gerbang utama di Dago, Kota Bandung lalu menyusuri jalur hingga ke gerbang Maribaya, Lembang, Bandung Barat. Lalu mereka akan balik lagi ke Dago.

Tak cuma jadi rumah buat hewan dan tumbuhan di kala luas ruang terbuka hijau Bandung Raya terus berkurang, lokasi ini menjadi tempat healing setitik favorit orang kota. Sekadar jalan-jalan, lebih dari itu mereka menyiapkan perbekalan untuk dimakan di ujung perjalanan.

Hutan itu juga memberikan penghidupan buat orang-orang yang mengais rezeki dari keberadaannya. Salah satunya Lilis, yang sejak pagi sebelum orang-orang datang untuk berolahraga, ia ditemani suami dan anaknya sudah beres-beres lapak dagangnya di tepi Curug Omas, aliran Sungai Maribaya.

Perempuan 31 tahun itu pemilik warung sekaligus tempat istirahat yang jadi tujuan para pengunjung Tahura Djuanda. Lilis bersaing sehat dengan puluhan warung lain yang ada di sekitaran Curug Omas, beberapa kilometer menjelang gerbang Maribaya.

“Datang itu sekitar jam 6 pagi atau bisa 5.30. mulai jualan sekitar jam 7 pagi karena kan beres-beres dulu dibantu suami,” kata Lilis saat berbincang dengan infoJabar, Sabtu (19/7/2025).

Lilis menuju ke tempatnya berjualan melalui Gerbang Maribaya. Sementara rumahnya tak jauh dari lokasi gerbang itu, mengingat Lilis merupakan warga asli Lembang, Bandung Barat. Ia diantar oleh suaminya naik motor namun tak sampai ke depan warungnya.

“Perjalanan sekitar 10 menitan pakai motor, diantar suami. Kadang juga jalan kaki, cuma lebih sering diantar,” ucap Lilis.

Lilis ternyata tidak jualan setiap hari. Ia cuma berjualan di hari Sabtu dan Minggu, waktu dimana orang-orang banyak berwisata ke Tahura Djuanda. Sementara hari lainnya, ia beraktivitas di rumah lantaran anaknya juga masih sekolah.

“Saya cuma Sabtu sama Minggu aja jualannya, kalau hari biasa enggak soalnya juga kan pengunjungnya sepi. Paling di hari biasa itu selama libur sekolah kayak kemarin. Tutupnya sekitar jam 4 sore, kalau hujan jam 3 juga sudah tutup soalnya biasanya sepi,” kata Lilis.

Warung itu ia jalankan melanjutkan perjalanan ibundanya yang terlebih dahulu berjualan di lokasi tersebut. Menu-menu yang ia jual seperti mie, camilan, hingga beragam minuman untuk menghapus rasa haus.

“Ini melanjutkan warung ibu, soalnya ibu sudah sepuh. Ya kalau jajanan seperti yang biasa aja, mie rebus, mie goreng, teh manis, minuman dingin. Sama air kelapa juga ada,” kata Lilis.

Pengunjung kini sedang ramai-ramainya berdatangan ke Tahura Djuanda. Rata-rata mereka datang di hari Sabtu dan Minggu pagi. Tak cuma mereka yang sudah dewasa saja, banyak juga anak-anak yang menjajal trek Tahura Djuanda.

Bocah-bocah antusias berlarian di tengah hutan. Sesekali, mereka terkesima melihat langsung monyet ekor panjang yang lompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Tak jarang ada juga yang berjalan di pinggir trek pengunjung. Jangan diganggu, maka mereka tak akan mengganggu balik.

“Ya lagi sering ke Tahura ini, seminggu sekali. Sudah sekitar sebulan ini ya, bosan gitu kalau cuma jalan-jalan ke mall. Tapi kalau ke gunung juga males, jadi alternatifnya ke sini,” kata Anggit, salah seorang pengunjung.

Untuk berkunjung ke Tahura Djuanda, wisatawan bisa masuk melalui gerbang Dago, Kota Bandung ataupun gerbang Maribaya Lembang. Setiap orang dikenai biaya Rp17 ribu.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *