Sudah sejak pagi buta, sejumlah warga RW 15 Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Di jalan gang, warga berlalu lalang, ada yang hendak berangkat kerja, dan ada yang mengantarkan anak ke sekolah.
Saat jarum jam menunjukkan Pukul 07.00 WIB, tiba-tiba ‘gempa bumi’ dengan getaran yang cukup kencang terjadi, hal tersebut membuat warga kaget dan berhamburan dari rumah menuju lapangan RW untuk menyelamatkan diri.
Karena masih banyak warga yang berdiam diri di dalam rumah, seorang warga berkeliling kampung dengan membawa kentongan bambu dan meminta warga untuk keluar rumah dan memerintahkan untuk segera menuju lapangan.
Warga kaget, menjerit ketakutan, begitupun anak-anak, mereka menangis karena mengalami pengalaman bencana luar biasa yang tidak akan bisa mereka lupakan hingga dewasa. Ada warga yang berlari membawa barang berharganya seperti perabotan hingga kasur, ada yang hanya sekadar membawa handphone saja, bahkan ada warga yang lupa menggunakan alas kaki saat berlari ke lapangan karena dia kaget.
Karena kawasan permukiman tersebut berada di daerah rawan bencana, RT, RW, pemuda dan tokoh masyarakatnya sudah dibekali keterampilan mitigasi bencana dari BPBD Kota Bandung.
Saat informasi gempa bumi disiarkan, BPBD Kota Bandung langsung menerjunkan tim dan terus berkoordinasi dengan relawan di lapangan. Puluhan petugas BPBD yang tiba di lokasi bencana itu dibagi dua, satu mendirikan tenda pengungsian dan tim lainnya melakukan evakuasi warga terdampak.
Ratusan warga sudah dikumpulkan di lapangan, mereka diimbau petugas untuk tetap waspada. Bahkan saat berlari ke lapangan, posisi kedua tangan mereka disimpan di atas kepala, karena khawatir terkena reruntuhan.
Petugas dan relawan pun melakukan evakuasi ke lokasi-lokasi terdampak gempa, utamanya ke lokasi bangunan yang mengalami kerusakan. Petugas juga menemukan warga yang kakinya luka akibat reruntuhan. Mereka berkoordinasi dengan PMI Kota Bandung untuk segera memberikan pertolongan pertama dengan membersihkan luka yang dialami warga.
Petugas dan relawan juga temukan warga yang kepalanya luka akibat tertimpa material bangunan sehingga harus diperban dan dilarikan ke rumah sakit. Selain itu ada juga warga yang dievakuasi dengan cara digendong, dibopong hingga menggunakan kursi roda dan tandu.
Setelah lokasi bencana seluruhnya sudah disisir dan dipastikan tidak ada korban, petugas dan relawan kembali ke lapangan. Mereka tetap meminta warga waspada dan tenang dengan kejadian bencana. Warga belum dapat kembali ke rumah karena peringatan gema bumi belum dicabut dan gempa susulan dikhawatirkan kembali terjadi.
Seraya itu, Dinas Sosial Kota Bandung juga turun ke TKP, mereka mendirikan tenda di sebelah tenda BPBD untuk mendirikan dapur umum. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan juga tiba di lokasi bencana dan berkoordinasi dengan Kepala BPBD Kota Bandung dan unsur lainnya untuk memastikan kondisi warga.
Itulah simulasi yang dilakukan oleh BPBD Kota Bandung bilamana, gempa bumi mengguncang Kota Bandung. Seperti diketahui, Kota Bandung sendiri ada di lintasan sesar Lembang. Simulasi tersebut merupakan kesiapsiagaan Kota Bandung untuk menghadapi bencana gempa bumi yang kapan saja bisa terjadi.
Ketua RW 15 Darsono mengatakan, tidak mudah mengumpulkan ratusan warga dan dilibatkan dalam kegiatan simulasi ini. Yono sebut, mereka antusias setelah mengetahui esensi dari kegiatan tersebut.
“Kita harus berdarah-darah kumpulkan warga, ini tidak instan, hampir 2 bulan, ngasih pemahaman sulit, tapi karena kita intens alhamdulillah mereka mau,” katanya.
“Penolakan enggak, ketakutan iya, mungkin karena tidak tahu ilmunya. Setelah tahu mereka senang,” tambahnya.
Darsono, warga yang terlibat lebih dari 600 orang yang yang memiliki peran beda-beda dari mulai berperan sebagai warga, relawan hingga petugas. “Yang terlibat 600 orang dari 900 KK warga sini,” ucap Darsono.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, simulasi ini dinilai bagus untuk meningkatkan pengetahuan kebencanaan bagi warga.
“Kita hari ini sudah melakukan simulasi bencana, simulasi ini intinya melibatkan masyarakat, semakin banyak yang terlibat semakin bagus , tujuannya untuk meningkatkan kesadaran,” ujarnya.
“Ini tidak boleh dilakukan sekali, harus dilakukan di semua tempat dan disosialisasikan di semua media,” sambungnya.
Farhan sebut jika sesar Lembang merupakan ancaman nyata, dia minta kesiapsiagaan semua pihak termasuk warga,
“Ini baru dua kali dilakukan, sosialisasi efektif seperti ini, tujuan kita sosialisasi yang dilakukan berulang. Kita terancam, Bandung ada di patahan Lembang,” pungkasnya.