Mitos Warga di Kuningan Dilarang Makan Oyong, Ini Sebabnya

Posted on

Selain dikenal karena kuda legendarisnya, Si Windu, Pangeran Arya Kemuning juga memiliki mitos lain yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Kuningan. Mitos tersebut adalah tentang larangan memakan sayuran oyong atau gambas.

Konon, siapa saja keturunan Pangeran Arya Kemuning yang memakan tumbuhan sayuran berupa oyong atau gambas akan gatal-gatal, bahkan muntah. Menurut Tendi, mitos ini berasal dari Pangeran Arya Kemuning ketika perang melawan kerajaan Rajagaluh yang terjadi sekitar tahun 1520 M.

Diceritakan, kala itu, Pangeran Arya Kemuning memimpin pasukan Cirebon untuk berperang melawan Kerajaan Rajagaluh. Namun, saat berperang, Pangeran Arya Kemuning terjatuh karena kakinya terikat dengan tumbuhan Oyong. Karena terjatuh, Pangeran Arya Kemuning akhirnya kalah dan menjadi tawanan perang.

“Jadi dulu itu ketika pangeran Kuningan memimpin pasukan Cirebon untuk melawan Arya Kiban di Palimanan. Itu kan konon, perangnya lama sekali. Nah ketika bertarung itu, Pangeran Kuningan kakinya keselimpet sama tanaman Oyong,” tutur Dosen sejarah dari Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon, Tendi, belum lama ini.

Meskipun sudah menjadi tawanan perang, karena keahlian diplomasi dari Pangeran Cakrabuana dari Kerajaan Cirebon, Pangeran Arya Kemuning akhirnya bisa dibebaskan.

“Itu tuh sudah kalah, dan kemudian ditawan, tapi berkat strategi politiknya Pangeran Cakrabuana akhirnya bisa dibebaskan, disamping diplomasi antarsesama keturunan Prabu Siliwangi,” tutur Tendi.

Karena cerita kekalahan tersebut, akhirnya ada mitos yang menyebutkan bahwa keturunan Pangeran Arya Kemuning tidak bisa makan sayuran Oyong.

“Karena kekalahan yang diakibatkan sama tumbuhan Oyong itulah ada cerita bahwasannya Keturunan asli Pangeran Arya Kemuning tidak bisa makan Oyong. Entah alergi atau muntah,” tutur Tendi.

Terlepas dari benar atau tidaknya mitos tersebut, Pangeran Arya Kemuning merupakan tokoh yang cukup berpengaruh di Kuningan. Beliau memimpin Kuningan sejak usianya masih 17 tahun. Selain itu juga beliau dikenal sebagai sosok yang menyebarkan agama Islam di kaki Gunung Ciremai.

Salah satu jejak peninggalan dari Pangeran Arya Kemuning adalah Pemandian Kuda Si Windu yang ada di Desa Winduhaji, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan serta petilasan dari Pangeran Arya Kemuning.

Dulu, petilasan tersebut digunakan Pangeran Arya Kemuning untuk bersemedi sambil memantau perkembangan Islam di masyarakat yang tinggal di bawah kaki Gunung Ciremai. Untuk lokasi petilasannya sendiri ada di Desa Pejambon, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan.