Mimpi Wisata Edukasi Desa Hanjeli Terhalang Jalan Rusak Imbas Bencana

Posted on

Desa Wisata Hanjeli di Kecamatan Waluran, Sukabumi, tengah berjuang melewati masa-masa terberatnya. Dua kali bencana longsor, pada Desember 2024 dan Maret 2025, membuat akses utama dari Palabuhanratu menuju Waluran porak-poranda. Jalan rusak dan berlubang menjadi penghalang, menutup pintu rezeki bagi warga yang menggantungkan hidupnya dari wisata edukasi.

Sejak saat itu, belasan paket kunjungan yang sudah dijadwalkan terpaksa dibatalkan. Rombongan yang seharusnya datang belajar budaya dan pangan lokal, urung hadir.

“Pasca bencana Desember 2024 dan Maret 2025 sudah lebih dari 15 paket kunjungan/live in ke Hanjeli dibatalkan karena akses dari Palabuhanratu ke Waluran Desa Wisata Hanjeli masih banyak yang longsor belum diperbaiki,” ungkap penggagas Desa Wisata Hanjeli, Abah Asep Hidayat, kepada infoJabar, Selasa (30/9/2025).

Kerugian yang ditanggung warga pun bukan main. “Ini kerugian terbesar kami hingga ratusan juta rupiah karena akses jalan yang sangat buruk,” lanjutnya.

Padahal sejak awal, Desa Wisata Hanjeli digadang-gadang sebagai magnet baru. Targetnya jelas, sekolah-sekolah swasta dari Jabodetabek, Bandung, bahkan rombongan nasional hingga internasional. Mereka biasanya datang untuk program live in, merasakan langsung kehidupan pedesaan, sekaligus mengenal pangan lokal Sukabumi.

“Sejatinya target pasar atau marketing Desa Wisata Hanjeli adalah luar Sukabumi atau area Jabodetabek, Bandung, nasional maupun internasional. Khususnya anak sekolah swasta yang melakukan kegiatan live in,” tutur Abah Asep.

Namun semua itu sering kandas di jalan. Rombongan yang sudah melakukan survei, sudah sepakat dengan harga paket, bahkan merasa nyaman dengan suasana desa, terpaksa membatalkan kunjungan. Alasannya selalu sama, akses jalan tak memberi rasa aman.

“Jujur, kami dengan susah payah harus mencari klien atau customer paket wisata sendiri agar bisa datang ke kampung kami. Yang paling sedih adalah mereka sudah survei langsung ke hanjeli, harga paket kunjungan sudah deal bahkan mereka merasa nyaman. Lagi-lagi digagalkan oleh akses yang belum memberikan rasa aman dan keselamatan untuk dilalui,” ujarnya lirih.

Kini harapan mereka hanya satu, perbaikan jalan. “Semoga pemerintah bisa lebih cepat tanggap memperbaiki area yang longsor sehingga bus besar bisa normal dan aman dilalui yang pasti perekonomian masyarakat lokal bisa tumbuh kembali dengan baik,” katanya.

Abah Asep juga mengingatkan, pariwisata tak bisa hidup hanya dengan atraksi. Ia menegaskan ada tiga pilar yang harus diperhatikan.

“Pariwisata yang baik adalah harus ditunjang dengan atraksi wisata, amenitas yang lengkap dan aksesibilitas yang baik,” tegasnya.

Selain aksesibilitas, ia menilai fasilitas di desa wisata pun penting untuk diperhatikan pemerintah.

“Pemerintah harus bisa memperhatikan desa wisata. Selain aksesibilitas juga amenitas yaitu sarana dan prasarana di desa wisata,” imbuhnya.

Meski kerap kecewa, Abah Asep tetap optimistis. Ia mengajak sekolah-sekolah di Sukabumi sendiri untuk datang lebih sering, tak hanya menunggu rombongan dari luar kota.

“Sekolah-sekolah yang ada di Sukabumi bisa berkunjung. Jangan hanya yang jauh saja dari luar Sukabumi, agar bisa mengenal edukasi unggulan Sukabumi,” pungkasnya.