Dafis (13) berdiri tegap di barisan depan, wajahnya berseri, matanya menatap lurus ke arah jalan masuk sekolah. Seragam olahraga merah putihnya tampak rapi. Terpenting dan utama, di kepalanya sudah tertanam satu cita-cita yang tak goyah, menjadi pasukan baret ungu, Marinir.
Dafis tahu, jalan ke sana tidak mudah. Tapi pagi itu, Kamis (7/8/2025), ketika Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Wamenko Polkam) Letjen (Purn) Lodewijk Freidrich Paulus datang berkunjung, ia merasa mimpi itu sedikit lebih dekat.
“Saya ingin jadi marinir,” ujar siswa asal Nanggewer, Cibinong, kepada infojabar dengan suara pelan namun yakin.
Putra dari buruh bangunan dan ibu rumah tangga ini adalah salah satu dari 100 siswa terpilih di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 yang terletak di Sentra Terpadu Inten Soeweno, Cibinong, Kabupaten Bogor.
Sekolah negeri berbasis asrama yang dibangun untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Semua fasilitas diberikan gratis, seperti makan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan.
Kepala Sekolah Fitri Puspitasari (44) menyebut bahwa proses seleksi sangat ketat. “Kami pastikan mereka benar-benar berasal dari keluarga yang membutuhkan. Ada 57 siswa laki-laki dan 43 perempuan, dan semuanya kami didik untuk mandiri dan berkarakter,” katanya.
Hari itu, suasana sekolah lebih hidup dari biasanya. Di bawah terik matahari, para siswa berjajar di kedua sisi menyambut kedatangan jenderal purnawirawan bintang tiga yang kini menjabat di kementerian. Sebagian siswa lainnya memantapkan yel-yel semangat yang akan dipersembahkan kepada tamu negara.
Dalam sambutannya, Lodewijk menegaskan pentingnya sekolah rakyat sebagai upaya memutus mata rantai kemiskinan.
“Anak-anak di sini mendapatkan pendidikan, makanan, seragam, dan tempat tinggal secara gratis. Ini layaknya sekolah berasrama unggulan,” ujarnya.
Ia menyoroti bahwa sistem boarding school bukan hanya soal tinggal bersama, tetapi juga membentuk karakter dan solidaritas.
“Jiwa korsa itu lahir dari penderitaan bersama. Anak-anak di sini belajar saling bantu dan tumbuh dalam solidaritas,” kata Lodewijk.
Fasilitas sekolah meliputi ruang kelas, laboratorium, ruang OSIS, ruang kesehatan, tempat ibadah, hingga sistem keamanan tertutup. Makanan yang disediakan juga telah mengikuti standar gizi untuk menunjang tumbuh kembang siswa.
Ia mencontohkan figur-figur pemimpin bangsa yang berasal dari kultur asrama, seperti Agus Harimurti Yudhoyono, Letkol Teddy, hingga Menlu Sugiono. Menurutnya, anak-anak seperti Dafis punya peluang besar menapaki jejak serupa.
Tak hanya memberikan motivasi, Wamenko Polkam juga menyerahkan bantuan perlengkapan olahraga untuk mendukung kegiatan fisik para siswa.
Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 adalah lebih dari sekadar sekolah gratis. Ia adalah ruang transformatif bagi anak-anak yang tak punya apa-apa, namun tak pernah kehilangan keberanian untuk bermimpi besar.
“Banggakan orang tua kalian. Dua puluh sampai dua puluh tiga tahun lagi, buktikan bahwa kalian adalah anak-anak yang berguna bagi bangsa dan negara,” pungkas Lodewijk di hadapan siswa-siswa yang kini menatap masa depan dengan dada lebih tegak.