Jalan Pekalangan sepintas mungkin terlihat biasa saja, sama seperti ruas jalan lainnya yang ramai oleh lalu lintas kendaraan. Namun siapa sangka, di balik keramaian itu tersimpan kekayaan rasa yang menggoda selera.
Di sepanjang jalan ini, sejumlah warung sederhana hingga kedai legendaris menyajikan mi yamin dengan cita rasa yang khas dan memikat. Lebih sekadar makanan, mi yamin di Pekalangan seolah telah menjadi identitas bagi kawasan ini.
Jalan Pekalangan merupakan salah satu ruas jalan di Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Kawasan ini bisa dibilang sebagai salah satu wilayah yang cukup ramai.
Seperti yang tampak pada Kamis (17/7) sore. Lalu-lalang kendaraan memenuhi jalan, disertai deru mesin dan suara klakson yang bersahut-sahutan.
Namun, di balik hiruk-pikuk lalu lintas dan keramaian kendaraan, Jalan Pekalangan menyimpan daya tarik tersendiri, khususnya dalam hal kuliner. Salah satu yang paling menonjol adalah mi yamin.
Hampir di setiap sudut kawasan ini, pengunjung dapat menemukan para pedagang yang menyajikan mi yamin. Mulai dari warung sederhana hingga kedai yang sudah dikenal luas.
Maka tak heran jika Jalan Pekalangan memang identik dengan mi yamin. Sejak lama, kawasan ini telah menjadi tujuan para pencinta kuliner yang memburu cita rasa khas dari semangkuk mi yamin.
Di antara para pelanggan, salah seorang warga Cirebon yang kerap menyambangi Pekalangan adalah Arif. Ia mengaku telah berkali-kali datang bersama keluarga atau teman, hanya demi menikmati mi yamin.
“ke Pekalangan kadang-kadang sama keluarga, kadang-kadang sama temen. Ya buat makan mi yamin aja. Memang kalau Pekalangan terkenal sama mi yamin-nya,” kata dia.
Ia menyebutkan beberapa tempat penjual mi yamin yang ada di Pekalangan. Salah satu yang pernah ia kunjungi adalah Mie Colot, tempat yang cukup dikenal di kawasan ini. Lokasinya tak jauh dari pintu masuk Jalan Pekalangan. Jika datang dari arah Jalan Karanggetas, tempatnya berada di sisi kiri jalan.
“Katanya itu yang legend kalau di Jalan Pekalangan. Rasa mi yaminnya juga enak,” kata Arif.
Tapi, tempat itu bukan satu-satunya yang pernah dikunjungi Arif. Ia juga pernah menikmati mi yamin yang ada di beberapa sudut lain di Pekalangan.
“Yang di deket perempatan jalan juga pernah. Kalau yang itu pakai gerobak, mangkal di pinggir jalan. Rasanya juga enak. Tapi kadang cari tempat duduknya aja yang agak susah,” kata dia sambil tersenyum kecil.
Dari amatan infoJabar, di kawasan Jalan Pekalangan memang cukup banyak para pedagang yang menjual mi yamin. Setibanya di perempatan jalan, penjual mi yamin juga bisa ditemukan, baik jika berbelok ke kiri maupun ke kanan.
Jika belok dari Jalan Pekalangan ke arah Jalan Kebon Cai, di sana terdapat sebuah tempat penjual mi yamin. Nama warungnya adalah Mi Yamin Kipas Mang Darto.
Dinamakan Mi Yamin Kipas karena dilihat dari proses pembuatannya. Mi ini dimasak di atas tungku berbahan bakar arang, lalu dikipas secara manual agar bara apinya tetap menyala.
Pemilik warung mi yamin itu adalah Darto (60). Sore itu, ia berdiri di salah satu sudut warung, memperhatikan aktivitas di sekelilingnya. Di hadapannya, berbagai bahan untuk membuat mi yamin tersusun rapi di atas meja.
Sementara itu, di depan gerobak tempat memasak, seorang pegawainya tampak sibuk meracik mi yamin yang akan diantar ke pelanggan. Sesekali, matanya tertuju ke arah tungku, lalu mengibaskan kipas di tangannya, memastikan bara api tetap menyala.
Sejak 2011, Darto setia berjualan mi yamin di kawasan ini. Setiap pagi, sekitar pukul sembilan, ia mulai membuka warungnya yang sederhana. Satu porsi mi yamin ia jual seharga Rp17 ribu. Harga yang cukup terjangkau untuk seporsi mi yamin lengkap dengan berbagai bahan tambahan lainnya.
“Jualan dari tahun 2011. Jualannya di sini terus. Jam bukannya dari jam 9 pagi sampai habis maghrib, maksimal,” kata dia.
Di warung Darto, mi yamin disajikan dengan dua varian rasa, yaitu manis gurih dan guris asin. “Rasanya ada manis, ada yang asin. Cuma memang rata-rata pada pilih yang manis,” kata dia.
Dalam penyajiannya, mi yamin akan dihidangkan dengan kuah yang disiapkan di mangkuk terpisah. Di samping itu, ada juga beberapa toping pelengkapnya, seperti bakso, pangsit hingga tahu.
“Jadi penyajiannya itu nanti ada kuahnya yang dipisah. Terus ada bakso, pangsit, tahu, siomay” kata Darto.
Tidak jauh dari warung Darto, suasana sore di Pekalangan tetap ramai seperti biasa. Di sudut lain kawasan ini, seorang pria paruh baya terlihat sedang duduk santai di sebuah warung pinggir jalan, sembari menikmati segelas kopi dan menyaksikan keramaian kendaraan yang melintas di hadapannya.
Pria itu adalah Mul (51), warga setempat. Hampir setiap sore Mul menyempatkan diri untuk duduk-duduk santai, sekadar melepas penat sembari menatap keramaian lalu lintas di Jalan Pekalangan.
“Kalau sore di sini memang selalu ramai,” kata Mul, sambil sesekali menyeruput segelas kopi yang ada di sampingnya.
Sebagai warga yang telah lama tinggal di kawasan ini, Mul paham betul tentang keseharian di Pekalangan, termasuk soal kulinernya. Menurutnya, di kawasan ini memang banyak para pedagang yang menjajakan berbagai macam makanan, baik saat siang maupun sore hari.
Namun, di antara makanan-makanan yang ada, menurutnya mi yamin merupakan yang paling tersohor dari kawasan ini. Ia menyebut ada banyak penjual mi yamin yang bisa dijumpai di kawasan Pekalangan.
“Kalau di sini memang banyak yang jual mi yamin. Banyak pokoknya kalau mi mah. Di sini ada, di sana juga ada. Di jalur ini aja ada beberapa, belum lagi yang sana. Tapi yang tua sih di sana, Mie Colot,” kata Mul sambil menunjuk ke berbagai arah, menggambarkan betapa banyaknya para penjual mi di Pekalangan.
“Mungkin kurang lebih sepuluh sih ada yang jualan mi di daerah sini,” kata dia menambahkan.