Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Di tengah berkembangnya budaya ngopi di Kota Bandung, sebuah kafe baru muncul dengan konsep yang tak biasa. Tak sekadar untuk nongkrong dan menikmati kuliner, kafe ini juga bisa menjadi gerbang untuk saling bertukar ilmu dan wawasan seputar teknologi terkini.
Kafe yang dinamai Invalogi Coffee ini baru berdiri sejak beberapa bulan belakangan. Terletak di Jalan Banten nomor 10 A, kafe ini mengusung konsep futuristik sebagai konsep desain interiornya. Dengan nuansa serba putih dan biru yang clean, Invalogi yang merupakan singkatan dari “Inovasi dan Teknologi” tersebut juga telah mengaplikasikan sejumlah teknologi hijau dalam operasional sehari-hari.
Pemilik Invalogi Coffee, Putra Ilham Setiyansyah (30) mengatakan, saat ini kafe tersebut telah menerapkan penggunaan pembangkit Listrik tenaga surya (PLTS) sebagai upaya efisiensi biaya listrik. Tak hanya itu, kegiatan dapur mereka pun tak lagi bergantung dengan gas LPG yang biasa digunakan masyarakat.
“Untuk masak dan lain-lain itu kita ganti ke CNG (compressed natural gas). Kita lagi coba optimalisasi sumber gas alam asli Indonesia. CNG ini memang rata-rata sumber gas-nya dari area utara pulau Jawa. Operasionalnya juga lebih mudah, tidak perlu angkat-angkat gas dan ganti regulator, tinggal di-inject saja,” ungkap Putra saat ditemui infoJabar, Jumat (14/11/2025).
Kafe ini juga berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi hijau. Salah satunya adalah pendaur ulang limbah plastik yang hasilnya diaplikasikan menjadi ornamen table top pada sejumlah meja di area depan kafe.
“Jadi Invalogi ini memang diniatkan untuk menjadi connected coffee, jadi tempat untuk menghubungkan perusahaan-perusahaan di bidang energi atau lingkungan, dengan masyarakat umum lewat edukasi. Ini yang sedang kita coba kembangkan,” jelas Putra.
Upaya tersebut salah satunya sempat diwujudkan lewat talkshow rutin “Tech Talk” yang mengundang sejumlah pakar di bidang teknologi untuk berbagi pengetahuan kepada khalayak. Topiknya beragam, mulai dari energi terbarukan, AI dan IoT (Internet of Things) dalam kehidupan sehari-hari, kendaraan listrik, dan sebagainya.
“Tapi ini sedang kita evaluasi dulu untuk menemukan formula yang pas seperti apa, karena ngomongin teknologi itu kan berat ya. Jadi sedang kita coba untuk upgrade sesi sharing pengetahuan soal teknologi ini menjadi lebih simpel,” terangnya.
Putra memaparkan, konsep kafe Invalogi yang diniatkan menjadi tempat bertemunya ide-ide di bidang teknologi tersebut berangkat dari kegelisahan pribadinya. Bahwa banyak teknologi baru, terutama yang masuk ke Indonesia, belum sepenuhnya dimanfaatkan masyarakat secara optimal.
“Kita kemarin ngelihat banyak teknologi-teknologi yang masuk dari luar, oleh anak-anak muda kita tuh belum dioptimalisasi. Misalkan AI, sekarang banyak dijadikan seperti main-main doang, misalkan jadi meme atau mengedit gambar saja. Sedangkan AI bisa lebih dari itu, bisa membantu pekerjaan dan pendidikan,” jelasnya.
Begitu pula dengan teknologi kendaraan listrik yang ramai dibicarakan tapi masih minim dipahami lebih lanjut. Oleh karenanya, ia mengatakan, Invalogi berupaya menghadirkan teknologi-teknologi yang saat ini tengah banyak digemari menjadi lebih dekat dan aksesibel.
Ketika memasuki area kafe, pengunjung mungkin tidak langsung sadar bahwa tempat ini dikelola dengan prinsip energi terbarukan. Namun siapa sangka, di area lahan parkirnya, tertanam tiga tabung gas yang mengalirkan gas alam untuk operasional dapur. Selain panel surya yang terpasang di atap, terdapat juga display teknologi kendaraan listrik yang dapat dilihat oleh pengunjung.
Tak jauh dari bar kopi, ada sebuah Vespa jadul yang sudah dikonversi menjadi kendaraan listrik. Konversi ini dilakukan bersama bengkel-bengkel lokal yang memang sedang bereksperimen mengubah motor konvensional menjadi motor listrik.
Putra mengatakan, salah satu konsep terdekatnya adalah menyediakan area untuk memajang hasil-hasil riset, terutama dari mahasiswa di bidang teknologi. Tujuannya adalah untuk menjadi jembatan antara periset dengan perusahaan potensial yang tertarik dengan konsep-konsep yang dipamerkan.
“Ke depannya ingin ada showcase khusus untuk memajang hasil riset mahasiswa. Karena dari penelitian itu kan ada aja yang bagus dan bisa diimplementasikan di masyarakat, tapi kurang exposure,” ungkapnya.
“Nanti siapa tahu ada perusahaan yang datang ke sini dan melihat peluang kerja sama. Ujung-ujungnya bisa menjadi akselerasi terhadap penerapan teknologi di masyarakat,” lanjutnya.
Walau menawarkan banyak inovasi, ia mengatakan, Invalogi tetap menjalankan perannya sebagai coffee shop. Kopi tetap diracik dengan serius, makanan disajikan dengan standar rasa yang nyaman untuk berbagai usia. Ruang-ruangnya didesain agar cocok digunakan untuk bekerja ataupun sekedar kongkow.
“Kalau secara produk makanan dan minuman saya jamin itu masuk untuk pengunjung berbagai usia. Ada makanan western dan juga lokal. Kita pun coba untuk up to date, seperti misalnya kemarin sedang musim matcha, kita juga menyediakan beberapa varian matcha,” jelasnya.







