Menilik Asal Usul Kampung Domba di Desa Wisata Cibuntu Kuningan

Posted on

Selain memiliki wisata alam yang memukau. Desa Wisata Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan juga memiliki destinasi wisata lain, yakni Kampung Domba. Bahkan, kampung domba di Cibuntu memiliki jumlah domba yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduknya.

Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) Cibuntu, Adang Sukanda memaparkan, bahwa ide untuk membuat objek wisata Kampung Domba Cibuntu bermula dari keresahan penduduk.

Menurutnya, sejak dulu penduduk Cibuntu banyak yang memelihara domba, namun, karena domba yang banyak membuat kotoran domba yang dihasilkan juga banyak serta mengeluarkan bau yang tidak sedap. Melihat kondisi tersebut, tercetuslah ide untuk mengumpulkan semua domba yang dimiliki penduduk desa dalam satu tempat yang jaraknya jauh dari perumahan penduduk.

“Awalnya karena sisi kesehatan, dombakan menimbulkan bau, kotor apalagi lokasinya dekat rumah. Tetangga yang tidak punya domba juga ngerasa bau. Akhirnya sama kepala desa dikasih lahan. Diarahkan supaya pindah tanpa dipungut biaya. Dan, alhamdulillah penduduk mau. Di Cibuntu sekarang sudah nggak ada kandang domba yang dekat permukiman. Semuanya kita satukan di satu tempat,” tutur Adang. Rabu (29/10/2025).

Adang memaparkan, ketika dikumpulkan ternyata jumlah domba tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk Desa Cibuntu. Ia menyebut, jumlah penduduk Desa Cibuntu hanya sekitar 900-an orang. Sedangkan jumlah domba yang terkumpul hingga sekarang mencapai 1.200 domba yang berasal dari 65 peternak domba yang ada di Desa Cibuntu.

“Pasti lebih banyak sekarang. Bisa 1.200 domba. Untuk penduduk desanya mah sedikit paling 900-an. Apalagi ini program KB-nya berhasil. Di situ ada 65 peternak. Satu peternak ada yang punya minimal 5 domba, ada yang 30 domba malah ada yang 50 domba. Yang punya BUMDes sendiri saja kan ada 114 domba,” tutur Adang.

Selain untuk mengatasi permasalahan lingkungan, Kampung Domba tersebut juga dijadikan sebagai tempat wisata edukasi bagi para pengunjung. Selama di kampung domba, pengunjung akan diajak untuk melihat atraksi domba, memberi makan domba hingga cara merawat domba. Bagi yang berminat, pengunjung juga bisa membeli domba secara langsung ke peternak.

“Apalagi sekarang jadi desa wisata. Banyak tamu yang menginap di homestay. Jadi buat wisata edukasi juga dari mulai atraksi domba hingga memberikan makan domba rumput. Untuk harga dombanya variatif. Apalagi kalau domba jalu atau laki-laki itu bisa Rp 2 juta sampai Rp 5 juta itu ada,” tutur Adang.

Selain sebagai wisata edukasi, kotoran domba yang dulu dianggap mengganggu juga, kini diubah menjadi pupuk organik yang punya manfaat dan nilai jual. Ke depan, agar lebih menarik pengunjung, pihaknya akan mengembangkan rumah makan yang khusus untuk mengelola olahan daging domba khas Cibuntu.

“Kotoran hewannya juga kita olah jadi pupuk organik. Kita fermentasi dan olah pupuknya. Jadi salah satu usaha Bumdes juga pupuknya. Minimal pupuknya bisa dipakai buat petani desa. Ke depan nanti kita coba pengembangan wisata domba yang lebih menarik seperti membuat warung sate khusus olahan domba. Karena di sini kandang banyak tamu yang menginap mau makanan secara langsung,” pungkas Adang.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *