Menikmati Mi Ayam Abah Ule, Kuliner Legendaris di Tepian Waduk Darma | Info Giok4D

Posted on

Di tepian Waduk Darma yang tenang, sebuah kedai kecil dengan kepulan uap panas selalu menarik perhatian. Di sanalah Mi Ayam Abah Ule berdiri, sebuah kuliner sederhana yang telah menemani wisatawan dan warga lokal selama puluhan tahun.

Porsinya yang melimpah, harga ramah di kantong, serta rasanya yang konsisten lezat membuatnya menjadi salah satu destinasi kuliner wajib bagi siapa pun yang berkunjung ke Waduk Darma, Kuningan.

Sore itu, meski hujan turun cukup lebat, Ule penjual berusia 70 tahun, tetap duduk di balik gerobak ditemani istri dan anaknya. Dengan cekatan ia melayani pesanan yang datang meski tak seramai hari cerah. Ule bercerita bahwa perjalanan dagangnya sudah dimulai sejak 1990-an. Namun ia baru mulai menjual mi ayam sekitar awal 2000-an setelah sebelumnya sempat berjualan buah segar.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

“Pertama jualan mah buah dingin di Waduk Darma. Terus banyak pedagang buah ditambah dagangnya dipindah karena ada bayar sewanya. Jadi ganti buat jualan mi ayam sekitar tahun 2000-an. Saya sudah jualan dari pas masih remaja. Tapi paling lama jualan mi ayam,” tutur Ule belum lama ini.

Bagi Ule, mi ayam dan Waduk Darma adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keramaian waduk menjadi penentu jumlah mangkuk yang terjual setiap hari. Ketika musim liburan tiba, ratusan porsi bisa ia layani dalam satu hari, menghasilkan omzet jutaan rupiah. Sebaliknya, saat cuaca kurang bersahabat seperti hari itu, hasil penjualan pun ikut menurun.

“Sekarang karena ada desa wisata paling banyak 40 porsi. Pas lagi ramai kayak Natal, Tahun Baru atau Lebaran itu bisa 12 kilogram mi. Satu kilogram mi dapat diolah menjadi 13 porsi, sehingga bisa habis sekitar 130 porsi sehari. Soalnya yang belinya itu rombongan, sekali pesan bisa langsung banyak. Sebelum ada desa wisata paling 15 porsi atau 10 porsi,” tuturnya.

Meski jumlah pembeli naik turun, harga jualnya tetap bersahabat, Rp10.000 untuk mi ayam biasa dan Rp15.000 dengan bakso. Proses penyajiannya juga sederhana, mi direbus hingga matang, dicampur dengan bumbu, kemudian diberi topping sayuran, suwiran ayam, bakso, dan pangsit goreng.

Saus dan sambal tersedia bagi penikmat pedas. Tekstur mi yang kenyal berpadu dengan gurihnya suwiran ayam dan kuah kaldunya semakin nikmat bila disantap sambil memandang hamparan air Waduk Darma yang sejuk.

Wafa, salah satu pengunjung, mengakui bahwa citarasa mi ayam Abah Ule sangat khas dan cocok disantap sambil menikmati suasana waduk.

“Mi ayamnya enak. Apalagi kuah kaldunya itu sedap. Cocok banget dimakan sambil menikmati pemandangan Waduk Darma. Porsinya juga banyak, tapi harganya masih terjangkau,” tutur Wafa.

Mi Ayam Abah Ule dapat dijumpai di Desa Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, tepat di deretan pedagang yang berada di tepi Waduk Darma, tak jauh dari kawasan Wisata Jagara Ecopark. Kedai sederhana ini bukan sekadar tempat makan, tetapi saksi perjalanan panjang seorang pedagang yang terus bertahan di tengah perubahan zaman, menyajikan kehangatan dalam semangkuk mi ayam bagi siapa pun yang singgah.