Menelisik Petilasan Pangeran Arya Kemuning di Kuningan

Posted on

Tidak jauh dari objek wisata Lembah Cilengkrang Kuningan terdapat sebuah situs bersejarah berupa petilasan, yaitu Petilasan Pangeran Arya Kemuning. Untuk sampai ke lokasi petilasan, pengunjung harus melewati jalan setapak dan tangga terlebih dahulu.

Di sebelah kanan-kiri tangga terdapat deretan tembok tua berwarna merah yang dikelilingi pepohonan rindang. Karena lokasinya di dekat lembah Gunung Ciremai, membuat suasana sejuk langsung terasa saat memasuki area situs. Setelah melewati tangga, terlihat sebuah batu berwarna hijau karena lumut yang dilindungi pagar.

Masuk lagi ke dalam, terdapat sebuah bangunan yang dibangun dari bata dan kayu, dengan atap berupa seng. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang dikelilingi kain berwarna putih. Di sekeliling ruangan tersebut terdapat karpet berwarna hijau yang menjadi tempat pengunjung untuk duduk berziarah.

Dosen sejarah dari Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon, Tendi memaparkan, karena lokasinya di lembah Gunung Ciremai, diperkirakan dulu petilasan tersebut merupakan tempat Pangeran Arya Kemuning untuk menyepi dan berlatih ilmu bela diri.

“Yang paling memungkinkan itu jadi tempat menyepi, semedi, berlatih dan tempat menyimpan kuda. Dan itu dilakukan setelah tahun 1500-an,” tutur Tendi, belum lama ini.

Selain digunakan untuk menyepi, di tempat itu, Pangeran Arya Kemuning memantau perkembangan dakwah Islam dan kehidupan masyarakat di kaki Gunung Ciremai.

“Tidak hanya bertahan dan berlatih ilmu kanuragan, tapi juga memperhatikan bagaimana perkembangan masyarakat yang ada di bawahnya. Kalau misal belum Islam, mungkin mencari strategi bagaimana menyebarkan Islam di sana,” tutur Tendi.

Menurut Tendi, di sebelah utara tempat Pangeran Arya Kemuning bersemedi, ditemukan banyak sumber mata air berupa balong (kolam) dan setu yang menjadi tanda bahwa dulu di situ merupakan pemukiman penduduk.

“Nah, ke sisi utara kan ada daerah Tegaljugul atau Sidamulya, Sadamecat yang sekarang Sukamukti. Balong dalem sekarang yang terkenal ada di Desa Babakanmulya, dulunya bagian dari Jalaksana dan beberapa tempat lain memiliki setu atau balong dalem. Nah kenapa balong dalem penting, karena itu jadi tanda tempat pemukiman penduduk,” tutur Tendi.

Tendi memaparkan, Pangeran Arya Kemuning merupakan anak Sunan Gunung Jati dengan Putri Ong Tien dari Tionghoa. Pangeran Arya Kemuning sendiri lahir pada tahun 1481 M.

“Kalau saya memiliki keyakinan bahwasanya Arya Kemuning merupakan putra kandung dari Sunan Gunung Jati, lahirnya itu 1481 M. Kemungkinan kehidupannya tahun 1500-an ,” tutur Tendi.

Meskipun Pangeran Arya Kemuning merupakan putra seorang raja dari Kerajaan Cirebon. Namun, oleh ayahnya, Sunan Gunung Jati, Pangeran Arya Kemuning ditugaskan di Kuningan.

Menurut Tendi, ada alasan tersendiri kenapa Pangeran Arya Kemuning ditugaskan di Kuningan yang jaraknya cukup jauh dari Kerajaan Cirebon. Kala itu, dikirimnya Pangeran Arya Kemuning oleh Sunan Gunung Jati bertujuan untuk menghindari konflik politik di Kerajaan Cirebon.

“Di zaman itu kekuasaan itu adalah suatu hal yang mutlak yang sangat menguntungkan, pasti akan diincar dengan berbagai macam cara termasuk dengan membunuh penguasa dan putra mahkotanya. Jadi beliau Sunan Gunung jadi tidak ingin agar putranya terlibat intrik politik di Keraton Cirebon,” tutur Tendi.

Di Kuningan, Pangeran Arya Kemuning dipercaya sebagai pemimpin yang memerintah Kuningan dengan gelar Sang Adipati Kuningan. Diperkirakan, Pangeran Arya Kemuning dilantik menjadi Adipati Kuningan pada usia 17 tahun.

“Menurut sejarah Kabupaten Kuningan, beliau dilantik sebagai penguasa Kuningan dengan gelar Sang Adipati Kuningan pada tahun 1498. Tepat usia 17 tahun. Ketika dilantik secara tidak langsung menggantikan penguasa Kuningan sebelumnya. Nah kebetulan, kalau merujuk pada naskah, Pangeran Kuningan berkuasa atas nama Cirebon, dalam artian bawahan Cirebon,” tutur Tendi.

Tendi juga memaparkan, ada tiga versi mengenai asal usul nama Kuningan itu sendiri. Pertama berasal dari nama Pangeran Arya Kemuning yang masih bayi, di mana kulitnya memiliki warna kuning mirip kulit ibunya Putri Ong Tien yang berasal dari Tionghoa.

Versi kedua berasal dari nama wilayah yang dipenuhi pohon Kemuning, yang dulu menjadi tempat Pangeran Arya Kemuning tinggal. Sedangkan versi terakhir, nama Kemuning berasal dari nama pengasuh Arya Kemuning yang bernama Ki Gedeng Kemuning.

Bagi yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh petilasan Pangeran Arya Kemuning bisa langsung datang ke Desa Pejambon, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan.

Sosok Pangeran Arya Kemuning

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *