Badan Geologi mewaspadai potensi keberlanjutan peningkatan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu sejak beberapa hari terakhir. Pengamatan terus dilakukan selama 24 jam setiap hari.
Penyelidik Bumi Ahli Utama pada Badan Geologi, Kristiyanto mengatakan, pihaknya terus mengevaluasi hasil pengamatan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu melihat kemungkinan naiknya status gunung tersebut.
Aktivitas kegempaan gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang itu terus meningkat sejak beberapa hari terakhir. Pada 3 Juni 2025 misalnya, jumlah gempa low frequency yang tercatat melonjak drastis menjadi 270 kejadian dari hari sebelumnya yang hanya 134 kejadian.
“Setiap hari kami terus melakukan evaluasi dan kaji data aktivitas, kita masih terus koordinasikan soal kenaikan level ini. Sampai info ini, Gunung Tangkuban Parahu masih Level 1 atau normal,” kata Kristiyanto saat ditemui, Rabu (4/5/2025).
Pihaknya mengkaji juga pola aktivitas yang meningkat saat ini dengan pola sebelum erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada tahun 2019 lalu. Saat itu, erupsi freatik yang terjadi tanpa diawali oleh peningkatan aktivitas.
“Kita kaji polanya ya. Gunung ini termasuk gunung yang sering terjadi erupsi freatik, yakni erupsi yang tidak didahului dengan peningkatan aktivitas secara signifikan,” ujar Kristiyanto.
Sementara itu, Direktur Operasional Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu, Ruslan Kaban mengatakan, pihaknya tetap mengoperasikan TWA seperti biasanya.
“Operasional kita tetap, cuma kan di sini sesuai dengan SOP. Contohnya kendaraan roda empat itu harus terparkir dengan posisi bagian depan menghadap keluar,” kata Ruslan.
Pihaknya tetap menunggu update informasi dan rekomendasi dari pihak berwenang dalam hal ini Badan Geologi dan PVMBG mengenai aktivitas Gunung Tangkuban Parahu.
“Kita tetap kerja sama dengan vulkanologi, apa yang terjadi memang kita saling berkoordinasi. Jadi sejauh ini kondisinya dipastikan tetap aman,” ujar Ruslan.
Sementara itu, wisatawan dan pedagang yang berkeliaran di sekitaran kawah ratu Gunung Tangkuban Parahu diminta mewaspadai peningkatan aktivitas sejak beberapa hari terakhir.
Sejak aktivitas gunung yang ada di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang itu dilaporkan, belum ada tanda-tanda peningkatan tersebut bakal menurun.
Justru aktivitas berupa kegempaan yang terjadi meningkat setiap harinya. Dalam beberapa hari terakhir, gempa low frequency yang terjadi mencapai 270 kejadian gempa.
“Sejauh ini belum terjadi erupsi freatik. Tapi Gunung Tangkuban Parahu ini merupakan jenis gunung yang sering terjadi erupsi freatik,” kata Penyelidik Bumi Ahli Utama pada Badan Geologi, Kristiyanto.
Ketua Tim Kerja Gunung Api pada Badan Geologi, Heruningtyas mengatakan potensi erupsi freatik di Gunung Tangkuban Parahu sangat terbuka seperti tahun 2019 lalu.
“Erupsi tipe freatik itu terjadi ketika panas dari magma itu bertemu dengan air. Nah kapan ketemunya, itu yang tidak bisa kita pastikan. Cuma memang untuk Tangkuban Parahu ini tipenya freatik,” kata Heruningtyas.
Namun salah satu fenomena alam yang bisa memicu terjadinya erupsi freatik itu yakni hujan, karena air meteorik yang bertemu dengan suhu panas dari magma menjadi uap panas yang menyembur ke atas.
“Beberapa hari ini ada peningkatan curah hujan. Waspada pastinya, kita tidak tahu yang namanya alam seperti apa. Dari tanda kegempaan dan metode deformasi ini ada peningkatan dan pola serta data mirip seperti 2019,” kata Heruningtyas.