Memori Pandemi yang Terabadikan di 6 Gang Tasikmalaya

Posted on

Pandemi COVID-19 di Indonesia sudah lama berlalu. Secara resmi, pandemi dimulai sejak Maret 2020 dan diakhiri Keputusan Presiden Nomor 17 pada Juni 2023.

Masa-masa sulit akibat penyebaran virus mematikan itu sudah menjadi bulir-bulir kenangan dalam ingatan masyarakat. Tentu saja, semua berharap situasi mencekam itu tak sampai terulang di masa yang akan datang. Apa yang sudah terjadi, telah dibenamkan dalam folder kenangan pahit dalam memori perjalanan hidup.

Namun demikian, jika kita berkunjung ke lingkungan RW 02 Kelurahan Argasari, Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, isi kepala kita seolah tertarik kembali ke masa-masa pandemi COVID-19. Mesin waktu yang menarik ingatan ke masa lalu seolah diaktifkan di sini.

Pemicunya nama-nama gang di perkampungan yang satu ini, berasal dari istilah-istilah yang populer di masa pandemi COVID-19. Ada nama Gang Lockdown, Gang Masker, Gang Jaga Jarak, Gang Hand Sanitizer, Gang Isolasi hingga Gang PSBB.

Pada Rabu (2/7/2025), infoJabar mencoba jalan santai menyusuri beberapa sudut perkampungan yang punya nama unik ini. Kampung ini memiliki lansekap layaknya permukiman padat di kawasan perkotaan. Rumah warga berderet rapat, gang kecil berliku dengan kondisi khas daerah urban.

Seperti riang anak-anak bermain di jalanan gang, gerobak pedagang keliling yang cekatan menerabas gang sempit. Pintu rumah yang dibiarkan terbuka dengan beberapa ibu-ibu bercengkerama, hingga sayup suara musik dangdut. Tak lupa juga beberapa sudut gang terasa lembab, akibat luput dari pancaran sinar matahari.

Tapi lingkungannya cukup bersih. Setiap halaman rumah dan jalanan gang relatif bebas sampah. “Penamaan gang bertema pandemi Corona itu ya sejak pandemi, sekitar Juni tahun 2020,” kata Ketua RW 02 Argasari, Dayat Suhendar.

Awalnya gang-gang itu belum memiliki nama resmi. Dari tujuh gang yang ada di wilayah RT 04 dan RT 05, hanya satu yang sudah punya nama. Namanya Gang Doremi, ini tak kalah unik karena diambil dari tiga notasi pertama dari tangga nada diatonis.

Alih-alih memberi nama lanjutan, misalnya Remifa, Mifasol dan seterusnya, warga di lingkungan itu justru memilih memberi nama dari istilah yang saat itu populer.

“Seingat saya idenya muncul dari Pak Asep, Ketua RT 04 pada saat itu. Terus direspons juga oleh anak-anak pemuda. Akhirnya disepakati enam gang itu diberi nama dari istilah-istilah yang sedang ramai waktu Corona,” ungkap Firman Suryaman, salah seorang warga.

Akhirnya, pada medio tahun 2020 itu, enam mulut gang dipasang plang nama Gang Lockdown, Gang Masker, Gang Jaga Jarak, Gang Hand Sanitizer, Gang Isolasi dan Gang PSBB.

Baik Dayat maupun Firman, membenarkan jika penamaan itu diniatkan untuk menjadi pengingat bahwa di Indonesia pernah terjadi pandemi Corona.

“Ya sebagai titimangsa saja, pengingat bahwa di Indonesia atau di dunia ini pernah ada musibah besar. Sekarang mungkin tak begitu penting, karena kita semua mengalami. Tapi bagi anak cucu kita kelak, ini akan jadi pengingat sejarah,” jelas Dayat.

Selain itu, keganasan virus Corona juga, kata Dayat telah merenggut nyawa salah seorang tokoh masyarakat setempat, bernama Uu Suhartadi. Uu merupakan Ketua RW yang menjabat selama puluhan tahun dan menjadi pemimpin yang mengayomi masyarakat setempat.

“Pengingat juga karena Pak Uu tokoh masyarakat sini, meninggal dunia karena terpapar virus Corona. Harusnya nama Pak Uu juga dijadikan nama gang,” kata Pak RW yang akrab disapa Pak Ogah ini.

Firman Suryaman, yang merupakan anak dari Uu Suhartadi membenarkan jika ayahnya meninggal dunia akibat serangan virus Corona.

“Iya kena Corona, meninggal tahun 2021. Jadi setelah pemberian nama gang, bapak saya terpapar,” kata Firman.

Dia menambahkan tujuan pemberian nama gang dengan istilah populer pandemi Corona, saat itu lebih ditekankan kepada upaya mengingatkan masyarakat agar selalu menerapkan protokol kesehatan.

“Awalnya supaya taat prokes, setelah pandemi usai ya biar jadi titimangsa, pengingat untuk kita,” kata Firman.

Doni, salah seorang warga lainnya, mengaku kerap menerima komentar warga pendatang yang tergelitik dengan penamaan nama gang itu. Banyak warga yang mengaku terkenang, tapi lucunya banyak yang lupa kepanjangan dari PSBB.

“Biasanya mereka yang mampir ngomongnya ‘wararaas‘ (terkenang). Saya suka iseng ngetes, tanya kepanjangan PSBB, ternyata banyak yang sudah lupa. Pembatasan sosial berskala besar,” pungkas Doni.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *