Mengatur keuangan bukan hanya soal bisa menghitung, tapi juga tentang bagaimana memaknai hidup. Seorang dosen matematika di China membuktikan bahwa penghasilan besar tidak selalu berbanding lurus dengan gaya hidup mewah.
Dialah Wei Dongyi, pria bergelar PhD yang bergaji miliaran rupiah per tahun namun hanya mengeluarkan sekitar Rp 600 ribu setiap bulan.
Wei Dongyi adalah matematikawan jenius asal Shandong, China, sekaligus asisten dosen di Universitas Peking. Sosoknya viral bukan karena popularitas atau gaya hidup mewah, tapi karena kesederhanaan ekstrem yang ia jalani.
Meski berpenghasilan 600.000 yuan per tahun (setara Rp 1,3 miliar pertahun atau sekitar Rp 113 juta perbulan) pengeluarannya disebut hanya 300 yuan (sekitar Rp 680 ribu) per bulan.
Julukan ‘guru terjelek di Universitas Peking’ sempat ramai disematkan netizen padanya, namun prestasinya jauh lebih menarik perhatian. Wei Dongyi pernah memenangkan berbagai kompetisi matematika bergengsi dan sempat meraih Damo Academy Young Fellow Award yang bernilai US$ 140.000 (Rp 2,2 miliar). Namun pada 2021, pria 34 tahun itu dengan enteng menolak hadiah uang tersebut.
Dalam sebuah video yang viral, Wei terlihat mengenakan pakaian lusuh, membawa botol air minum, dan tiga buah bakpao dalam kantong plastik. Penampilannya yang sangat sederhana membuat banyak orang tak menyangka bahwa ia adalah dosen di salah satu universitas paling prestisius di China.
“Dunianya sangat lugu, hanya angka dan formula,” tulis seorang netizen.
“Tolong jangan ganggu dia, biarkan dia seperti itu,” tambah yang lain.
“Bagi dia, internet, media, uang, dan penampilan tidaklah penting. Ini adalah keluguan yang langka.”
Sepupu Wei mengungkapkan bahwa kunci pengeluaran minim sang dosen adalah fokus hidup yang nyaris total pada matematika. Wei sama sekali tidak tertarik pada hiburan, media sosial, atau aktivitas sosial lain yang sering menjadi sumber pengeluaran besar bagi kebanyakan orang.
Dengan rutinitas yang hanya berkutat pada angka dan rumus, Wei Dongyi menjelma jadi contoh nyata bahwa hidup sederhana bisa menjadi pilihan, bahkan di tengah gemerlap dunia akademik dan penghasilan besar.
Artikel ini telah tayang di