Lebih dari satu dekade lalu, pemugaran besar-besaran dilakukan di sejumlah taman di Kota Bandung. Selain perombakan taman eksisting, beberapa ruang terbuka baru juga dibangun.
Wali Kota Bandung kala itu Ridwan Kamil memiliki ambisi untuk mengaktifkan taman kota sebagai tempat rekreasi dan pusat kegiatan warga yang murah-meriah. Sebelumnya, beberapa titik taman kota identik dengan tumpukan sampah dan suasana yang ‘suram’ serta minim penerangan.
Bukan sekadar taman biasa, ia menginginkan ‘taman tematik’ untuk bisa hadir di berbagai sudut kota. Taman-taman tersebut dinamai sesuai peruntukannya. Seperti Taman Musik untuk berkegiatan musik, Taman Fitness untuk berorlahraga, hingga Pet Park sebagai tempat mengajak binatang peliharaan berjalan-jalan.
“Di Kota Bandung, kita bangun banyak taman tematik. Dulu banyak orang tua yang mengeluhkan biaya mahal untuk mengajak anaknya main tiap weekend, sekarang setelah dibangun taman tematik mereka tidak usah mengeluarkan biaya banyak untuk membahagiakan anaknya. Cukup dengan ongkos saja ke lokasi taman,” ujar Ridwan Kamil di tahun 2017, sebagaimana dilansir dari portal web Pemerintah Kota Bandung.
Tahun demi tahun berlalu, saat ini taman-taman tematik tersebut masih eksis berdiri di sudut-sudut kota. Meskipun, banyak di antaranya yang tak lagi beroperasi sesuai fungsi.
Seperti Pet Park misalnya. Ketika infoJabar menyambangi taman yang terletak di Jalan Cilaki tersebut belum lama ini, tak ada orang yang membawa hewan peliharaan berjalan-jalan di dalamnya. Sejumlah area duduk diisi oleh warga yang tengah beristirahat sambil menikmati jajanan dari PKL di sekitar.
Memasuki area taman, beberapa bagian lantai batu di area jalan setapak tampak sudah pecah. Terdapat ranting-ranting pohon yang berjatuhan dan sebagian menyangkut di lampu penerangan taman.
Bahkan, lampu-lampu taman tersebut terus menyala di siang hari terik. Sampah dan WC yang kotor pun menjadi pelengkap yang membuat Pet Park tampak kurang terawat.
Nasib serupa tampak dialami Taman Musik Bandung, meskipun kebersihannya terlihat lebih terawat. Terletak di depan SMAN 5 dan SMAN 3 Bandung, awalnya taman ini dibuat untuk menampung berbagai kegiatan warga untuk bermusik.
Namun, kini tak ada lagi kegiatan musik yang dihelat di tempat tersebut. Tak ubahanya taman pada umumnya, Taman Musik siang itu dikunjungi warga untuk duduk-duduk beristirahat hingga bermain bersama anak.
Selain itu, taman lainnya seperti Taman Fitness yang terletak di Jalan Teuku Umar juga tampak tak lagi berfungsi sesuai tujuan awalnya. Berdasarkan pantauan infoJabar, dari enam alat olahraga yang dipasang di taman tersebut, hanya lima alat yang masih berada di tempatnya. Pun mayoritas kondisinya sudah tak layak pakai dan dipenuhi karat.
Salah satu warga yang ditemui di Taman Fitness, Hengky Sulaksono (31) mengaku dirinya kerap menyambangi taman tersebut untuk sarapan. Di sekitaran taman, terdapat cukup banyak pedagang makanan yang berjualan sejak pagi. Mulai dari makanan berat hingga warung minuman.
Meski cukup sering datang ke Taman Fitnes, namun ia menyebut belum pernah hadir dengan niatan berolahraga. Ia juga mengatakan beberapa kali sengaja datang ke taman-taman kota lainnya untuk mencari makanan murah-meriah.
“Datang ke sini biasanya untuk nyari sarapan, karena enak banyak yang jualan dan tempatnya adem. Belum pernah sih kalau untuk olahraga,” ungkapnya.
Ketika ditanya soal taman-taman tematik di Kota Bandung, ia mengaku merasa penamaannya tidak mengacu pada fungsi. Ia menilai, penamaan taman-taman kota lebih sesuai bila merujuk pada lokasi taman tersebut berada.
“Tapi memang saya suka bingung sih sama penamaan taman di Bandung. Kadang jadi sungkan juga, seperti Taman Film. Awalnya saya kira itu dibuat untuk nonton film gratis. Mungkin lebih baik nama taman itu dibuat sesuai dengan nama jalan atau lokasinya saja,” paparnya.
Tak ubahnya taman-taman tematik lain, Taman Pers di Jalan Malabar pun tak memiliki ciri khusus yang merujuk pada namanya. Di 2015, Ridwan Kamil memugar taman tersebut untuk kemudian dipasangi papan yang memajang koran-koran sesuai waktu terbit. Sehingga, masyarakat bisa membaca berita secara cuma-cuma. Selain itu, Taman Pers juga disebut akan dipasang akses WiFi hingga tempat duduk.
Satu dekade berlalu, yang tersisa dari taman tersebut adalah area duduk yang tampak kurang terawat, serta sederet penjaja makanan yang menanti untuk disambangi karyawan di jam istirahat.
Meskipun titel taman-taman tematik di Kota Bandung kerap tinggal sekedar nama, perannya sebagai ruang terbuka hijau yang bermanfaat bagi warga tetap tak terbantahkan. Berdasarkan pengamatan infoJabar, hampir di setiap taman terdapat warga yang memanfaatkan fasilitasnya untuk sekedar duduk-duduk, beristirahat, hingga berekreasi.
Ketika ditemui di Taman Musik, Sandy Satriana (38) yang sehari-harinya bekerja sebagai pengemudi ojek online mengaku kerap menjadikan taman-taman kota sebagai tempatnya menarik napas sejenak dari aktivitas. Siang itu, ia tampak tengah menikmati segelas kopi seduh sembari berteduh.
“Saya suka nongkrong di sini karena memang suka tempat yang banyak pohon-pohonnya, teduh. Kadang kalau ke taman itu untuk ngopi aja sambil istirahat,” ungkapnya.
Tak hanya di Taman Musik, ia juga mengaku sering menyambangi taman-taman lainnya seperti Taman Saparua atau Taman Cibeunying. Pertimbangan akses yang dekat ke berbagai tempat menjadi alasan.
Ia juga mengaku selama ini cukup puas dengan fasilitas yang tersedia di taman kota. Meskipun, ia berharap ada tempat-tempat untuk mengisi daya baterai smartphone.
“Karena dekat ke mana-mana, jadi gampang untuk ambil orderan. Fasilitas mah cukup sih, mungkin bisa ditambah tempat charge aja,” ujarnya.
Hamidah (29) juga menjadi salah satu dari banyak orang yang sering memanfaatkan taman kota untuk bermain bersama sang buah hati. Taman yang rutin ia kunjungi adalah yang memiliki fasilitas bermain anak, seperti Taman Monumen Perjuangan, Taman Foto, hingga Taman Superhero.
“Saya lebih pilih main ke taman-taman biar anak main di ruang terbuka hijau, kalau playground kan tertutup. Lebih enak kalau ada matahari masuk. Di sini juga sudah pakai rumput sintetis, enak untuk lesehan,” kata Hamidah ketika ditemui di Taman Foto.
Taman dengan fasilitas arena bermain anak memang kerap menjadi primadona untuk rekreasi keluarga, terlebih di akhir pekan. Akses masuk yang gratis, fasilitas bermain yang cukup memadai, hingga dekat dengan pusat kuliner menjadi magnet tersendiri.
Bahkan hingga malam hari, taman kota masih jadi incaran warga untuk ‘nongkrong’. Di Taman Maluku misalnya, warga yang tengah berbincang, makan, hingga bermain gitar masih meramaikan suasana hingga menjelang tengah malam.
Padahal, sejumlah stigma negatif seperti suasananya yang angker dan gelap cukup lama melekat pada taman yang terletak di sebrang markas Kodam III Siliwangi tersebut.
Tak hanya untuk Taman Maluku, kesan kumuh dan tak terjamah dari taman-taman kota lainnya perlahan pudar dari ingatan kolektif masyarakat meski fasilitasnya belum terawat sempurna.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Seksi Pemeliharaan Pertamanan dan Dekorasi Kota DPKP Kota Bandung Yuli Ekadianty mengatakan bahwa kendala utama pemeliharaan taman-taman tematik di Kota Bandung tak lain adalah anggaran. Ia pun tak menampik bahwa mayoritas taman tematik di Kota Bandung tak lagi berfungsi sesuai namanya.
“Kami tahu persis dan suka mendengar keluhan kalau taman-taman tematik di Bandung itu tidak sesuai namanya. Kenapa di Taman Film enggak memutar film, atau Taman Musik tidak dipakai acara musik,” ungkap Yuli ketika dihubungi infoJabar, Selasa (22/7/2025).
Untuk Taman Film, ia menjabarkan bahwa videotron berukuran besar yang pernah digunakan untuk memutar film saat ini berada dalam kondisi rusak. Untuk memperbaikinya, dibutuhkan anggaran yang besar. Kasus serupa juga menjadi masalah yang terjadi di taman-taman tematik lainnya.
“Di Taman Film itu anak-anak sering bermain bola, layar yang besar itu rusak karena sering terkena tendangan bola. Sementara biaya untuk perbaikannya besar sekali. Kami juga sebenarnya sudah ada rencana untuk membuat Taman Musik kembali dipakai untuk acara-acara musik, tapi ya lagi-lagi terkendala biaya,” paparnya.
Ia mengatakan, idealnya dana pembenahan taman-taman tematik agar kembali sesuai “fitrahnya” tersebut bisa didapat dari pihak ketiga atau CSR, sehingga tak mengganggu APBD. Adapun dana APBD saat ini sedang difokuskan untuk perbaikan fasilitas fisik dan infrastrukur eksisting taman-taman tematik.
“Sejauh ini pemeliharaan memang baru terbatas pada infrastruktur fisik saja. Pembenahan taman tematik hingga kembali ke fungsinya ke awal memang susah. Total sekarang ada 26 taman tematik se-Kota Bandung yang berada di bawah pengelolaan DKPP,” ujarnya.
Meski demikian, ia menjanjikan pembenahan taman tematik akan dilakukan secara bertahap. Proyek teranyar adalah pemeliharaan Taman Foto dan rencana pembenahan Pet Park.
“Di Pet Park kami sedang melakukan penataan, tapi terbatas pada bagian depannya saja dulu. Rencananya akan ada fasilitas untuk komunitas burung dan kucing. Itu secepatnya di tahun ini akan dikerjakan,” pungkasnya.