Di tengah terik matahari yang menyengat, suara domba dan sapi sesekali terdengar bersahutan di sebuah lapak hewan kurban di kawasan Setiabudi, Kota Bandung. Namun yang paling menarik perhatian bukanlah gemuknya hewan-hewan kurban yang terikat rapi di kandang, melainkan seorang pria yang berdiri di depan kamera ponsel, lengkap dengan tripod dan menyapa ratusan penonton daring yang sedang menyimak siaran langsung di akun TikTok miliknya.
“Assalamualaikum, lur! Ieu dombana mang. Ieu hargana genep juta, leuwihan wae jeung kopi. Mun rek meuli klik wae di Google Maps Saung Kurban Bandung. Nomor WA aya oge didinya ya,” serunya dengan Bahasa Sunda sambil mengarahkan kamera ke seekor domba.
Pria itu adalah Cecep Wahyudin, seorang pedagang hewan kurban yang tiap tahun selalu berjualan saat menjelang Hari Raya Iduladha tiba. Melihat lapak mulai sepi, Dadan dan beberapa pedagang lain di Bandung tak kehabisan akal.
Mereka merambah media sosial, belajar membuat konten, dan mulai siaran langsung dari kandang. Dengan cara itu, penjualan sedikit terbantu karena beberapa penonton yang akhirnya datang ke lokasi dan membeli hewan kurban.
“Bagi depot kami sangat membantu dan itu berhasil menaikkan penjualan. Kami sudah menggunakan media sosial sejak dua tahun lalu. Untuk live di tahun sekarang, sebelumnya hanya konten saja,” kata pria yang akrab disapa Kang Chepz saat berbincang dengan infoJabar, Kamis (5/6/2025).
“Karena sekarang itu sudah zamannya live streaming untuk penjualan apa pun. Jadi kami ingin memanfaatkan itu untuk penjualan di depot,” sambungnya.
Berjualan melalui live di media sosial ternyata membawa dampak positif bagi penjualan hewan kurban. Cecep menyebut ada peningkatan traffic calon pembeli baik yang datang langsung maupun bertanya di kolom komentar.
“Dampaknya ada dan itu sangat lumayan, membantu banget, traffic-nya juga banyak yang ke sini. Yang beli ada cuman enggak banyak, yang datang lumayan banyak, yang menghubungi ke admin juga banyak,” tuturnya.
Dalam aksinya memasarkan hewan kurban di live streaming, Cecep punya cara sendiri agar menarik penonton yakni dengan sikapnya yang humoris menggunakan Bahasa Sunda.
“Sekarang kalau live itu pengen yang unik, jadi saya harus mendalami peran sebagai orang Garut yang lagi ramai di media sosial. Jadi live-nya itu kami memaki-maki penonton, walaupun ada yang spill spill juga tetap kami maki-maki aja,” ungkap Cecep.
Bukan cuma itu, Cecep juga membuka challenge yakni akan mencium domba jika ada penonton yang memberi hadiah. “Jadi kami ikut challenge, satu donat cium domba. Mungkin ada yang mengirim 20 donat, itu tim kami cium kening domba,” katanya sambil tertawa.
Secara keseluruhan, penjualan hewan kurban jelang Iduladha 2025 menurutnya mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun jika melihat penjualan tahun 2024 lalu, ada kenaikan meski tak signifikan.
“Untuk Iduladha tahun ini Alhamdulillah ada kenaikan sedikit dibandingkan tahun lalu. Yang terjual sekarang sudah 90 ekor domba dan 10 ekor sapi. Kita harga jual dari Rp2 juta sampai Rp6 juta, untuk sapi Rp20 juta sampai Rp50 juta,” ujar Cecep.