Warga Desa Kadaleman, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, menyimpan mimpi sederhana, yakni bisa melintasi jalan mulus tanpa harus terguncang lubang dan bebatuan. Namun, kenyataan berkata lain. Selama bertahun-tahun, sebagian besar ruas jalan di desa itu dibiarkan rusak tanpa perbaikan berarti.
Kondisi infrastruktur yang memprihatinkan membuat sejumlah warga memilih menyuarakan keluhannya melalui media sosial. Mereka memviralkan foto dan video jalan rusak dengan harapan ada perhatian dari pemerintah. Salah satunya dilakukan seorang ibu rumah tangga, Ida Hasanah (27), warga Kampung Pasir Ipis. Namun, upaya Ida justru berujung tekanan.
“Ada yang datang ke rumah, katanya stop jangan posting lagi, alasannya katanya isin (malu), malu kenapa kata saya, emang faktanya seperti itu jalanan jelek apalagi ke sini belum pernah diaspal sama sekali,” ujar Ida, Kamis (4/9/2025).
Ida bercerita, tekanan tak hanya datang dari orang tak dikenal. Komentar miring juga diterimanya dari pihak Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
“Ada, pihak BPD juga ada yang berkomentar nggak enak itu di media sosial saya,” katanya.
Menurut Ida, keluhan soal jalan rusak bukan hanya darinya. Banyak warga lain yang juga mengalami dampak serupa. Jalan yang tak kunjung diperbaiki membuat akses pendidikan, pelayanan kesehatan, hingga kegiatan ekonomi sehari-hari terganggu.
“Iya sering banget, jalannya benar benar jelek, sekarang kan ada sekolah PAUD kan di sini, kan ibu-ibu yang sekolah PAUD yang ngantarin anaknya suka ngeluh kapan jalannya diperbaiki gitu, kadang dari pihak-pihak oknum itu katanya ya udah perbaiki saja sendiri, itu kebanyakan jalan desa yang rusak iya, pokoknya jalan desa gak ada yang bagus intinya,” kata Ida.
Ida menuturkan, pernah menyampaikan keluhan langsung ke pihak kecamatan. Namun, jawaban yang diterima warga dinilai belum memuaskan.
“Makanya saya menyuarakan itu sampai dapat perhatian dari kecamatan, kata pihak kecamatan kurang puas aja, maksudnya kan sebagai masyarakat kan kemarin juga pak camat bilang gini, pak kalau nggak percaya sama masyarakat boleh bapak lihat langsung ke lokasi, kan gitu,” ungkapnya.
Menurut Ida, persoalan jalan rusak ini sudah ia sampaikan sejak lama. Namun, hingga kini tanggapan pemerintah desa dan kecamatan dinilai belum memadai.
“Terus pas kemarin saya bilang gini, pak saya mau bertanya masalah jalan di kampung saya, itukan udah beberapa kali ganti kepala desa tapi tidak pernah tersentuh aspal sama sekali, ada apa? kata saya gitu. Terus pak camatnya bilang udah tanyain saja ke pak Kadus, sedangkan pak kadus itu bilangnya ke sana kemari, kita kan sebagai masyarakat pengen gini pak camat tuh, ya udah kenapa pak kadus ini jalan nggak diaspal-aspal, gitu kan, ini pak kadusnya banyak alasan ini itu, pak camat nggak tahu, baru soalnya,” ujarnya.
Ida menyebut, warga hanya ingin memiliki jalan yang layak dan bisa diakses tanpa kendala. Namun, hingga kini belum terlihat tanda-tanda perbaikan.
“Iya, saya di Kampung Pasir Ipis, Desa Kadaleman, Kecamatan Surade, sampai sejauh ini belum ada kelihatan mau ada tanda-tanda perbaikan jalan di sekitar desa ini, belum ada,” kata Ida.
Ida menuturkan, aspirasi masyarakat kerap diabaikan. Bahkan, menurutnya, ada oknum perangkat desa yang merespons dengan nada mengejek.
“Ada kayanya, ada kemarin juga ada pas di sana teh, terus kan kata dia kan seharusnya pak kadus bermusyawarah dulu sama RT sama masyarakat, tahun ini ada pembangunan apa, jangan langsung bangun ini gitu kan, sedangkan masyarakat itu kata dia teh, membutuhkan jalan yang bagus, otomatis jalan dulu yang dipentingkan dibangun jangan yang lain, sedangkan yang lain itu apa, nggak ada, nggak kelihatan dia membangun apa,” ucap Ida.
Ia melanjutkan, keluhan serupa juga disuarakan warga lainnya, termasuk soal dugaan penggunaan dana desa yang tak transparan.
“Kemarin kata dia itu kan masalahnya dana itu pakai ini pakai itu sedangkan gak ada buktinya, terus kemarin juga orang itu teh menyuarakan kaya gitu, kan masyarakat pengen jalan yang bagus, biar yang jualan, yang anterin anak sekolah, yang beraktivitas enak, kata dia gitu kan, terus kata asa oknum desa yang ngomong kaya gini, ya udah kamu jadi presiden aja, katanya gitu, sambil pada ketawa semua, gak sakit hati kita digituin,” tuturnya.
Tak berhenti di situ, Ida mengaku sering diminta menghapus unggahan soal jalan rusak. Menurutnya, permintaan itu datang baik dari aparat desa maupun pesan pribadi warga lainnya.
“Sering, tapi gak ada tanggapan serius, setahu saya menyuarakan soal jalan udah lama, dari bulan Juni tahun kemarin, inikan banyak teman-teman yang pertamanya nyuarain kan, terus mereka bilang, aduh katanya, sebelum aku nyuarain, kata dia teh, kenapa itu dihapus, ada yang inbox katanya suruh dihapus, kata dia gitu kan, terus itu teh banyak bukan satu dua orang mereka yang dari aparat desa menginbox orang yang posting jalan gitu kan, setiap orang yang posting jalan selalu disuruh hapus lah,” ujarnya.
Menurut Ida, tekanan tak hanya berhenti di pesan pribadi. Bahkan, mandor proyek pernah datang ke rumahnya untuk menegur soal unggahannya.
“Terus sama saya diviralkan yang jalan aku, itu kan selama 5 hari gak ada yang chat, gak ada yang ini itu, pas itu ada yang pihak mandor ke sini, pas saya kebetulan gak ada di rumah, kebetulan pihak mandor ke si bapak, katanya itu ke si itu jangan posting jalan ya, malu, pas itu teh sama aku ditelepon langsung ke pak mandornya, malu kenapa pak, kan ini fakta jalannya jelek, iya neng mau diaspal katanya, cuman kemarin salah ngirim barang, tah kemarin pas digituin di depan camat dianya ngeles gak cerita salah ngirim barang, sedangkan jalan ke sini katanya mau diaspal, tapi CV-nya salah ngirim barang malah ke Pasir Ipis Kidul, itu gara-gara diviralkan diaspalnya juga, ada yang viralkan pertama gitu, jadi diaspal,” jelasnya.
Saat dikonfirmasi infoJabar, Asep Komarudin, Sekretaris Desa Kadaleman, tidak merespons saat ditanya soal adanya warga yang kerap memviralkan kondisi jalan. Asep memilih menjelaskan soal kondisi infrastruktur dan beberapa titik yang menjadi perhatian pihaknya.
“Di kami itu yang paling memprihatinkan itu di jembatan jalur kabupaten, kondisinya sudah hampir roboh, perbatasan antara Kadaleman dan Caringin Nunggal,” kata Asep.
Asep menambahkan, ada sejumlah progres perbaikan jalan yang sudah disiapkan pemerintah desa, meskipun beberapa ruas menjadi kewenangan kabupaten.
“Jadi pembangunan tahun ini ada, akhir tahun ada lagi jalan desa. Kalau jalan (di bawah kewenangan) kabupaten sudah menghubungi pihak PU katanya di (anggaran) perubahan. Dampak dari bencana untuk jembatan dampak dari bencana. Tahun berjalan, kata dinas PU,” pungkasnya.
Kritik soal Kualitas Pembangunan Jalan
Respons Ejekan dari Oknum Perangkat Desa
Respons Sekretaris Desa
Ida menuturkan, aspirasi masyarakat kerap diabaikan. Bahkan, menurutnya, ada oknum perangkat desa yang merespons dengan nada mengejek.
“Ada kayanya, ada kemarin juga ada pas di sana teh, terus kan kata dia kan seharusnya pak kadus bermusyawarah dulu sama RT sama masyarakat, tahun ini ada pembangunan apa, jangan langsung bangun ini gitu kan, sedangkan masyarakat itu kata dia teh, membutuhkan jalan yang bagus, otomatis jalan dulu yang dipentingkan dibangun jangan yang lain, sedangkan yang lain itu apa, nggak ada, nggak kelihatan dia membangun apa,” ucap Ida.
Ia melanjutkan, keluhan serupa juga disuarakan warga lainnya, termasuk soal dugaan penggunaan dana desa yang tak transparan.
“Kemarin kata dia itu kan masalahnya dana itu pakai ini pakai itu sedangkan gak ada buktinya, terus kemarin juga orang itu teh menyuarakan kaya gitu, kan masyarakat pengen jalan yang bagus, biar yang jualan, yang anterin anak sekolah, yang beraktivitas enak, kata dia gitu kan, terus kata asa oknum desa yang ngomong kaya gini, ya udah kamu jadi presiden aja, katanya gitu, sambil pada ketawa semua, gak sakit hati kita digituin,” tuturnya.
Tak berhenti di situ, Ida mengaku sering diminta menghapus unggahan soal jalan rusak. Menurutnya, permintaan itu datang baik dari aparat desa maupun pesan pribadi warga lainnya.
“Sering, tapi gak ada tanggapan serius, setahu saya menyuarakan soal jalan udah lama, dari bulan Juni tahun kemarin, inikan banyak teman-teman yang pertamanya nyuarain kan, terus mereka bilang, aduh katanya, sebelum aku nyuarain, kata dia teh, kenapa itu dihapus, ada yang inbox katanya suruh dihapus, kata dia gitu kan, terus itu teh banyak bukan satu dua orang mereka yang dari aparat desa menginbox orang yang posting jalan gitu kan, setiap orang yang posting jalan selalu disuruh hapus lah,” ujarnya.
Menurut Ida, tekanan tak hanya berhenti di pesan pribadi. Bahkan, mandor proyek pernah datang ke rumahnya untuk menegur soal unggahannya.
“Terus sama saya diviralkan yang jalan aku, itu kan selama 5 hari gak ada yang chat, gak ada yang ini itu, pas itu ada yang pihak mandor ke sini, pas saya kebetulan gak ada di rumah, kebetulan pihak mandor ke si bapak, katanya itu ke si itu jangan posting jalan ya, malu, pas itu teh sama aku ditelepon langsung ke pak mandornya, malu kenapa pak, kan ini fakta jalannya jelek, iya neng mau diaspal katanya, cuman kemarin salah ngirim barang, tah kemarin pas digituin di depan camat dianya ngeles gak cerita salah ngirim barang, sedangkan jalan ke sini katanya mau diaspal, tapi CV-nya salah ngirim barang malah ke Pasir Ipis Kidul, itu gara-gara diviralkan diaspalnya juga, ada yang viralkan pertama gitu, jadi diaspal,” jelasnya.
Saat dikonfirmasi infoJabar, Asep Komarudin, Sekretaris Desa Kadaleman, tidak merespons saat ditanya soal adanya warga yang kerap memviralkan kondisi jalan. Asep memilih menjelaskan soal kondisi infrastruktur dan beberapa titik yang menjadi perhatian pihaknya.
“Di kami itu yang paling memprihatinkan itu di jembatan jalur kabupaten, kondisinya sudah hampir roboh, perbatasan antara Kadaleman dan Caringin Nunggal,” kata Asep.
Asep menambahkan, ada sejumlah progres perbaikan jalan yang sudah disiapkan pemerintah desa, meskipun beberapa ruas menjadi kewenangan kabupaten.
“Jadi pembangunan tahun ini ada, akhir tahun ada lagi jalan desa. Kalau jalan (di bawah kewenangan) kabupaten sudah menghubungi pihak PU katanya di (anggaran) perubahan. Dampak dari bencana untuk jembatan dampak dari bencana. Tahun berjalan, kata dinas PU,” pungkasnya.